I. Pendahuluan
Kota Mekah adalah tanah suci yang di tengah-tengahnya terletak Ka’bah. Suatu tempat suci yang diziarahi bangsa Arab semenjak Nabi Ibrahim dan putranya Ismail selesai membangun tempat itu. Penduduknya sangat kukuh dalam mempertahankan keyakinan dan adat istiadat. Menjelang diutusnya Nabi Muhammad saw, Ka’bah telah dikotori oleh berhala, darah korban binatang yang dipersembahkan untuk berhala dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kemusyrikan. Ka’bah dijadikan pusat pemujaan peribadatan jahiliyah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penyimpangan di tempat suci itu. Padahal sejak berabad-abad lamanya Ka’bah adalah pusat penyebaran agama tauhid lagi hanif.
Masyarakat Arab telah terjerumus kedalam kesesatan penyembahan berhala, berjudi, mabuk, ashabiah buta, perang, poligami bebas, menghilangkan hak-hak kemanusiaan. Mereka anggap itu semua adalah ajaran nenek moyang yang harus diikuti dan dipatuhi. Seperti yang dilukiskan dalam al-Quran yang terjemahannya:
“Apabila dikatakan kepada mereka : ‘Marilah mengikuti apa yang di turunkan Allah dan mengikuti Rasul’, mereka menjawab: ‘cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari nenek moyang kami’. Dan apakah (mereka akan mengikuti juga) sekalipun nenek moyang mereka tidak mengetahui sesuatu dan tidak (pula) mendapatkan petunjuk”.(Q.S. al-Maidah/5:104)
Dalam kondisi bangsa Arab yang demikian, Muhammad saw diutus untuk mengembalikan masyarakat Arab kepada agama tauhid lagi hanif. Inti dari ajarannya adalah memperbaiki aqidah tauhid dan akhlak Islami. Namun demikian apakah dakwah Muhammad saw dapat diterima begitu saja, tentu tidak. Nabi Muhammad saw dalam menjalankan dakwahnya berhadapan dengan penguasa / pemimpin jahiliyah yang melakukan berbagai cara untuk menentang dakwahnya. Didalam makalah ini khusus membahas: . Sejarah singkat Muhammad Saw, nenek moyang, kondisi dunia menjelang kelahiran, masa kecil hingga menikah, diangkat menjadi rasul, keagungan pribadi saw, sebagai pemimpin agama priode Mekah dan Madinah yang semuanya akan dikaji dan dianalisa secara kritis.
II. Sejarah Singkat Nabi Muhammad saw
A. Nenek moyang Muhammad Saw
1. Quraisyi dan Qusayy
Muhammad Saw adalah seorang bangsa Arab dari keturunan suku Quraisy. Quraisy adalah gelar dari Fihr, tokoh kuat Bani Ismail pada abad ke tiga masehi. Pada abad kelima masehi salah satu keturunan Quraisy yakni Qusayy, menjadi penguasa Mekah dan daerah sekitar Hijaz. Dia mempersatukan suku-suku Quraisy, dia juga yang mengambil alih Ka’bah . Ka’bah adalah rumah tua yang paling diberkati di seluruh semenanjung Arabia. Qusayy membuktikan dirinya mampu menjadi administrator, bahkan membangun majelis pertemuan (dar an-Nadwah ). Ia menyediakan air dan makanan bagi jamaah haji pada musim haji. Dan juga mendirikan lembaga untuk memperbaiki kehidupan sosial dan politik di Mekkah.
2. Abdu Manaf
Sebelum Qusayy meninggal (480 M), Beliau mempercayakan tanggunjawab mengurus Ka’bah, air minum, pelayanan jamaah haji, pendapatan dan bendera suku Quraisy kepada anaknya yang tertua, Abd Darr . Tetapi kepemimpinannya banyak diambil alih oleh adiknya yang bernama Abd al Manaf . Lalu Abd al Manaf digantikan oleh anaknya yang bernama Hasyim. Setelah Abdu Syam meninggal,puteranya Umaiyyah iri terhadap pamannya Hasyim, karena popularitasnya lebih rendah diantara suku Quraisy. Ia menghalang-halangi kekuasaan Hasyim secara terbuka, tetapi ia dapat dikalahkan. Setelah itu mahkamah Dar an Nadwah memutuskan untuk mengusir Umaiyyah dari Makkah selama sepuluh tahun. Inilah cikal bakal persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umaiyah di kemudian hari. Bani Umaiyyah menjadi pedagang kaya dan merupakan kelompok dagang yang menonjol di Arabia.
3. Hasyim
Hasyim adalah tokoh bijaksana dan yang paling dermawan pada masanya. Ia mengorganisasi Quraisy ke Yaman sebelah timur,dan ke Syria di Utara. Ia mengatur jalur perdagangan ke timur di Najd dan Mesopotamia, dan pasar Ukaz yang terbesar di Mekah. Karena keberaniannya dan kedermawanannya ia menjadi tokoh yang paling popular dan disegani.
Ketika dalam perjalanan ke Yastrib ia menikah dengan gadis yang bernama Salma. Dan mendapatkan anak laki-laki yang bernama Syaibah. Putera Hasyim ini tinggal di Yastrib selama delapan tahun. Dan setelah itu ikut pamannya (saudara ayahnya ) yang bernama Mutholib di Mekkah. Dan dikenal namanya sebagai Abdul Mutholib dari pada nama aslinya Syaibah .
4. Abdul Muthalib
Abdul Muthalib memiliki anak berjumlah sepuluh orang. Sebelum mendapatkan anak beliau bernazar, sekiranya diberi anak sepuluh orang dia akan mengurbankannya satu kepada dewa Hubal. Setelah nazarnya tercapai maka ia akan menepati janjinya dulu untuk mengurbankan anaknya. Maka diundilah nama anak-anaknya itu dan yang keluar tetap nama Abdullah. Ketika Abdullah akan disembelih seorang tokoh Quraisy melarangnya dan menyarankan agar penyembelihan itu ditebus dengan seratus ekor unta.
5. Abdullah dan Aminah
Setelah Abdullah dewasa, ia dinikahkan dengan Aminah binti Wahab bin Abd Manaf bin Zuhro, seorang pemimpin suku Zuhro . Tak berapa lama setelah pernikahan Aminahpun tinggal pada keluarga Abdul Muthalib. Kemudian Abdullah harus pergi berdagang ke Syria dan meninggalkan Aminah dalam keadaan hamil. Setelah selesai berdagang Abdullah singgah ke tempat saudara ayahnya di Madinah dan terserang penyakit , akhirnya meninggal dan dimakamkan disana .
B. Kondisi Dunia Menjelang Kelahiran
Menjelang kelahiran Muhammad Saw, ahli fikir bangsa Prancis Gustave Le bon mengungkapkan, bahwa sekitar tahun kelahiran Muhammad Saw (20 April 571 M), dunia pada umumnya sedang dilanda kegoncangan dan kekacauan yang sangat mengancam tatanan dunia. Di Eropa kerajaan-kerajaan kuno Spanyol, Prancis dan Inggris, kerajaan Romawi dan Yunan yang menguasai dunia saat itu sudah diambang kehancuran. Begitu juga,keadaan di Asia dua kerajaan besar Tibet dan Hindu sedang terlibat dalam perang saudara, ditambah lagi pertentangan agama yang melumpuhkan kekuatan mereka. Di Afrika orang-orang Yunani dan Romawi yang terdiri dari prajurit, pedagang dan orang pemerintah bersama-sama melakukan pemerasan dan penghisapan atas bumi dan orang-orang Mesir .
Sementara itu di Arab sendiri masyarakatnya dilanda krisis akhlak dan keyakinan. Mereka sudah mulai bosan menyembah patung-patung yang banyak terdapat di dalam Ka’bah. Pernah suatu hari masyarakat Quraisy sedang berkumpul merayakan sembahyang untuk dewa “ Uzza”. Empat orang dari mereka diam-diam meninggalkan acara itu. Mereka adalah Zaid bin Amr, Ustman bin al- Huwairith, Ubaidullah bin Jahsy dan Waraqah bin Naufal. Mereka satu sama lain berkata: “Ketahuilah bahwa masyarakat ini sedang sakit, tidak punya tujuan, mereka dalam kesesatan, apa artinya kita mengelilingi batu itu , mendengar tidak, melihat tidak, menguntungkan juga tidak. Hanya darah korban yang mengalir diatas batu. Saudara-saudara marilah kita mencari agama lain, bukan agama ini” Demikian juga apa yang terjadi di Madinah terjadi konflik berkepanjangan antar berbagai suku, dimana mereka sangat mendambakan lahirnya seorang tokoh yang dapat mendamaikan diantara mereka. Jadi dunia saat itu benar-benar mengharapkan lahirnya seorang tokoh.
C. Masa kecil -hingga menikah
Ketika Muhammad Saw lahir, kakeknya Abdul Muthalib sedang berada di Ka’bah. Dan disampaikan kabar bahwa cucunya telah lahir seorang laki-laki. Maka gembira sekali hatinya cepat-cepat dibawanya ke Ka’bah dan diberinya nama Muhammad .
Sebagaimana tradisi masyarakat bangsawan Arab, maka anak yang baru lahir diserahkan kepada ibu susuan yang biasanya tinggal di desa. Ibu susuan itu adalah Halimatuss’diyah dari bani Sa’ad .
Ketika Muhammad berusia lima tahun, Halimah mengembalikan Muhammad kepada ibunya –Aminah. Ketika pada suatu hari Aminah membawa Muhammad untuk ziarah ke makam ayahnya di Madinah. Pada saat perjalanan pulang ketika sampai di desa Abwa’, Aminah terserang penyakit, meninggal dan di makamkan disana. Lalu Muhammad yang berusia delapan tahun di asuh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Tidak berapa lama kakeknya pun meninggal maka Muhammad Saw diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib, yang kehidupan ekonominya sangat sederhana.
Ketika dalam pengasuhan Abu thalib, Muhammad Saw sudah mulai remaja. Muhammad ikut membantu pekerjaan keluarga ini sesuai kemampuanya. Termasuk ikut berdagang bersama Abu Thalib ke Syam. Usianya waktu itu baru dua belas tahun. Ketika mereka sampai di Bushra- sebelah selatan Syam, mereka bertemu rahib Bahira yang menunjukkan ada tanda kenabian pada diri Muhammad sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Injil. Lalu pendeta itu menasehatkan agar segera kembali ke Mekkah agar tidak di ganggu oleh orang Yahudi.
Dalam keluarga yang sederhana itu Muhammad Saw membantu pekerjaan keluarga itu sesuai kemampuannya. Beliau ikut berdagang , menggembala kambing, berperang dan mengikuti rapat keluarga seperti ” Hifzul Fuzul“. Kebanyakan para pemuda seusia Muhammad Saw pada waktu itu menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Mereka begadang, mabuk, judi, dan mencari kesenangan nafsu duniawi. Hal itu tidak pernah tersentuh oleh Muhammad Saw, oleh karena itu ia dijuluki “Al- Amin”.
Setelah usianya mencapai dua puluh lima tahun Ia pun bekerja pada Khadijah sebagai pedagang. Dan Khadijah pun memperoleh laba yang besar. Selama menjalankan dagangan Khadijah, kejujuran dan ketinggian pribadi Muhammad sangat mengagumkan bagi Khadijah dan Maisara budaknya. Tidak berapa lama mereka pun menikah dan memperoleh dua anak laki-laki yaitu Qasim dan Abdullah dan dan empat orang anak perempuan yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum,dan Fatimah.
D. Diangkat Menjadi Rasul
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab dari golongan pemikir, mereka beberapa waktu tertentu selalu menjauhkan diri dari keramaian, berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka. Dengan bertapa dan berdoa mereka mengharapkan diberi rizki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadat ini disebut juga dengan istilah tahannus.
Nabi Muhammad sangat tergoncang melihat kemungkaran masyarakat, penyembahan berhala dan kegiatan yang sangat tidak manusiawi. Ketika beliau mendekati usia empat puluh tahun ,ia meningkatkan kontemplasi dan tafakkur. Penyembahan berhala dan menurunnya moral masyarakat sangat menekan perasaannya. Karena itu ia mencari jalan yang lurus. Seperti yang diungkap dalam al-Qur-an:
“ Dan dia menemukanmu (Muhammad) sebagai seorang yang bingung, maka Dia memberi petunjuk kepadamu”. (Q.s, adh-Dhuha/93:7).
Nabi Muhammad Saw berkhalwat di gua Hira mencari jalan yang lurus selama tujuh tahun. Enm bulan terakhir ia meningkatkan frekwensi perenungannya. Ketika menginjak usia 40 tahun, satu masa yang menunjukkan kedewasaan pandangan dan kebijakan, dan kepribadian serta meningkatnya kematangan rohani semakin meningkat.
Suatu hari di bulan Ramadan 610 M (hari Senin, 17 Ramadhan), ketika ia sedang khusuk bertafakkur di gua, ia melihat malaikat Jibril, dan menyuruhnya membaca. Padahal dia Ummi. Karena itu ia gemetar dan tertegun, lantas mencoba berkata bahwa ia tidak bisa membaca. Malaikat Jibril lalu memeluknya erat dan menyuruhnya untuk membaca kembali. Tetapi ia sekali lagi menolak permintaan malaikat. Dan yang ketiga, malaikat Jibril memeluknya sambil berkata:
“ Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar dengan perantara pena. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahui”. (QS, al-Alaq/ 96:1-5).
Itulah wahyu pertama yang diturunkan kepada Muhammad Saw, Rasul terakhir dan penutup para Nabi. Munculnya Malaikat Jibril merupakan pengalaman yang asing bagi Muhammad Saw. Ketika itu gemetar seluruh badannya, dan beliau segera pulang kerumah, seraya minta pada isterinya, “Selimutilah aku, selimutilah aku”. Khadijah menyelimuti suaminya sampai hilang rasa takutnya. Lantas ia ceritakan semua kejadian kepada isterinya dan berkata: “Saya mencemaskan hidupku”. Khadijah tidak diam berpangku tangan, tetapi terus menghibur suaminya dengan berkata: “Demi Allah, Ia tidak akan membuatmu tertekan, apalagi engkau selalu bergaul dengan baik, menolong teman-teman, meringankan beban orang lain, menghindari kejahatan, ramah, lagi pula engkau selalu mempertahankan yang baik”.
Kemudian Khadijah mengajak suaminya ke rumah sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab suci Kristen dan Yahudi. Setelah mendengar seluruh kejadian yang dialami Muhammad, ia berkata: “Sepupuku”! Itulah Malaikat yang juga turun kepada Nabi Musa dan Nabi Isa”. Apakah aku tetap sehat dan panjang umur sehingga aku dapat menyaksikan masyarakat mengusirmu dari rumahmu”. Muhammad Saw kaget lantas bertanya: “Apakah mereka akan mengusirku?”. “Hal ini terjadi menimpa setiap Nabi yang datang membawa risalah Allah”. Kemudian wahyu terhenti sementara waktu, tiada lama berselang Waraqah bin Naufal berpulang menemui Tuhannya.
Setelah menerima wahyu yang pertama, selama kurang lebih enam bulan wahyu tidak turun. Baru kemudian turun wahyu kedua yaitu:
“ Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah”(Q.S. al Mudatstsir/74:1-5).
Setelah dua kali menerima wahyu barulah Muhammad Saw memaklumkan bahwa dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul yang memiliki tugas pokok mengajarkan keimanan yang berasaskan tauhid aqidah dan muamalah sesuai ajaran Islam. Beliau menyeru agar percaya kepada Allah Swt itu Maha Esa dan menyeru agar hanya menyembah kepadanya, dan meninggalkan pemujaan kepada berhala.
Dalam menyampaikan dakwahnya, Muhammad Saw berdakwah melalui dua fase.
Fase pertama yaitu:
Sesuai dengan firman Allahyang terjemahannya:
“ dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. (Q.S.Asy- syu’ara /26:214).
Beliau berdakwah kepada keluarga terdekat, Secara perorangan dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dalam fase ini, orang yang pertama sekali beriman adalah Siti Khadijah (isteri), Ali bin Abi Thalib (kemenakan), Zaid (hamba sahayanya), Abu Bakar ash-Shidiq (sahabat karib). Dengan perantara Abu Bakar banyak mereka yang masuk Islam. Dalam fase ini sentral kegiatan dakwahnya adalah di rumah Arqam bin Abil Arqam. Orang yang mula-mula masuk Islam disebut as-Sabiqunal aw-Walin.
Fase kedua, Dakwah beliau lakukan kepada sanak keluarga. Dakwah dalam fase ini ditujukan kepada sanak keluarganya (paman-pamannya). Sesuai dengan perintah Allah
artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Q.S.al-Hijr/15:94).
Dengan adanya komando dari Allah Swt, Nabi Muhammad saw mengundang penduduk Makkah agar berkumpl di bukt shafa. Mereka semua berkumpul, termasuk Abu Lahab dan mulailah beliau berpidato: “Bagaimanakah menurut pendapatmu, kalau saya memberi tahukan kepadamu bahwa seekor kuda keluar dari dalam gunung ini, lalu ia berkehendak mengubah kamu semua, adakah kamu semua tetap membenarkan aku?” Mereka menjawab: “ya, kami belum pernah melihat kamu berkata dusta”. Selanjutnya beliau bersabda: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepadamu dihadapan siksa yang keras”.Ucapan beliau itu lalu dipotong oleh Abu Lahab, pamannya: “Celakalah engkau Muhammad, apakah hanya untuk ini kami engkau kumpulkan?”. Lalu turun wahyu Allah,Q.S. Al-Lahab/111:1-5.
III. Keagungan Pribadi Rahasia kesuksesan Nabi Muhammad saw
A. Ketinggian Akhlak Nabi Muhammad saw Dan Pribadinya
Ketinggian Akhlak dan pribadi Nabi Muhammad saw terlukis dalam firman Allah Swt. “Sungguh engkau benar-benar berpijak diatas akhlak yang agung”. Selanjutnya Firman Allah Swt menyatakan bahwa: “ Beliau sebagai uswatun hasanah” teladan yang bagus bagi manusia.
Beliau adalah seorang yang tabah dan teguh pendiriannya. Sifat ini terlukis ketika beliau menghadapi berbagai rintangan dalam melakukan dakwah. Ketika malaikat menawarkan jasa untuk menghancurkan musyrikin Quraisy yang mengganggu jalannya dakwah Islam, dijawab oleh beliau: “ Biarkanlah mereka tidak beriman, namun aku berharap anak turunan mereka nantinya menjadi orang yang beriman”. Keteguhan pendirian beliau nampak sekal ketika beliau berkata kepada Abu Thalib: “ Demi Allah, sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidah akan meninggalkannya sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya”.
Beliau seorang pemaaf tidak memiliki rasa dendam. Sifat ini terbukti ketika pembebasan kota Mekah (Fathul mekah).Musyrikin Quraisy telah menyiksa dan mengusir beliau beserta pengikutnya. Sehingga belia dan pengikutnya harus pindah ke berbagai wilayah dan terakhir ke Madinah. Ketika kota Madinah dapat dikuasai oleh beliau saw, , ternyata beliau tidak membalas dendam terhadap musuhnya, melainkan mereka dimaafkan dan beliau berkata di depan mereka yang terjemahannya: “ Hari in adalah hari kasih sayang, tidak ada setetespun darah yang tertumpah, pergilah kamu sekalian bebas dan merdeka”.
Beliau bersikap adil pada siapapun tanpa pandang bulu. Sikap ini terlukis dalam ucapan beliau: “Demi Allah sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri niscaya kupotong tangannya”.
Beliau sangat menghargai orang lain dan bersikap rendah hati. Seperti terlukis dalam ke pemimpinan beliau betapa beliau amat menghargai sahabat dan bersikap rendah hati. Kerendahan hati Beliau terlukis pada setiap mukzijat yang datang, Beliau selalu berkata bahwa mukzijat itu terjadi atas kehendak dan izin Allah Swt. Beliau juga bersabda: “Janganlah kalian mendewa-dewakan aku, sebagaimana orang Nasrani mendewa-dewakan Isa bin Maryam”.
Beliau seorang yang dermawan. Sebuah riwayat muslim dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Shafwan bin Umaiyah pernah meminta kepada Beliau. Lalu Beliau memberikan semua kambingnya yang terletak di antara kedua gunung. Setelah itu ia kembali ke kaumnya, lalu berkata: “hai kaumku, masuk Islamlah kamu semua. Sebab Muhammad itu kalau memberi tidak perhitungan”. Tentu masih banyak sifat-sifat beliau yang terpuji dan sejak sebelum menjadi Rasul, Beliau dikenal dengan gelar “al-amin”.
B. Leadership Dan Kecerdasan Nabi Muhammad saw
Leadership atau kepemimpinan Nabi Muhammad saw, penuh dengan wibawa. Semangat kepatuhan dan rasa cinta pada sahabatnya, serta rasa segan musuhnya pada Beliau. Kepemimpinan beliau saw ditandai dengan rasa keakraban dan penghargaan kepada sahabatnya dan terbuka terhadap setiap saran dan kritik. Keakraban itu nampak sekali dengan menyebut para pengikut beliau dengan panggilan sahabat, tanpa pandang bulu baik mereka itu miskin atau kaya, bangsawan atau rakyat biasa, mepunyai latar belakang sebagai hamba sahaya atau merdeka.
Beliau memberi penghargaan kepada para sahabatnya sesuai dengan kepribadian dan dedikasinya. Abu Bakar disebut Ash-shiddiq (seorang yang jujur dan setia kawan), Umar disebut Al-Faruq (pemisah antara yang hak dan yang batil), Utsman disebut Dzun Nurain (pemilik dua cahaya). Ali bin Abi Thalib disebut Babul ilmi (pintu ilmu pengetahuan) dan masih banyak gelar baik yang diberikan beliau kepada para sahabat.
Sikap terbuka terhadap saran dan kritik juga menghiasi kepemimpinan beliau telah menempatkan pasukannya di sebuah tempat sesuai dengan posisi masing-masing. Kemudian Habab bin Munzir mengemukakan sebuah tempat yang lebih strategis, yaitu dekat perigi air. Tempat itu harus dikuasai, agar musuh tak dapat memanfaatkan air tersebut. Pendapat itu di setujui oleh beliau. Kisah lain ketika perang Khandaq, Salmam al- Farisi mengusulkan kepada beliau agar membuat parit sebagai benteng pertahanan untuk menghadang musuh yang merupakan gabungan dari musuh-musuh Islam. Usul itu di benarkan oleh beliau dan dilaksanakan oleh kaum muslimin.
Itulah di antara ciri-ciri kepemimpinan Nabi Muhammad saw yang menumbuhkan rasa kepatuhan dan kecintaan para sahabatnya kepada beliau. Kemampuan beliau sebagai pemimpin umat didukung pula dengan kecerdasannya dalam mnyelesaikan persoalan dan mempunyai jangkauan jauh ke depan. Beliau peka dan tanggap terhadap setiap persoalan.
Ketinggian akhlak dan pribadi beliau dapat dibaca dari sifat-sifat beliau. Kecerdasan beliau tampak dalam berbagai kasus yang mempunyai nilai histories dalam Islam. Contoh ketika beliau berangkat hijrah beliau mengatur strategi dari mulai siapa yang menggantikan posisi tidurnya sampai jalur yang ditempuh menuju Madinah, sehingga rombongan kafir Quraisy tidak berhasil menangkap beliau.
Ketika beliau berada di Madinah membuat perjanjian, antara kaum muslimin, Nasrani dan Yahudi yang sama-sama menjadi penduduk Madinah. Perjanjian itu dinamakan “Mitsaq al-Madinah” atau perjanjian Madinah. Isi perjanjian antara lain, bahwa kelompok yang terikat dengan perjanjian tersebut mempunyai hak menjatuan memberikan jaminan keamanan bagi mereka yang patuh. Beliau saw sangat paham sifat bangsa Yahudi yang biasa mengingkari janjinya. Ketika kaum Yahudi melanggar perjanjian tersebut, maka beliau mempunyai alasan untuk memerangi mereka dan mengusirnya.
IV. Muhammad SAW Sebagai Pemimpin Agama
A. Defenisi Pemimpin Agama
Amanah yang diberikan Allah Swt kepada Muhammad saw di antaranya adalah sebagai Pemimpin Agama. Jabatan tersebut adalah jabatan penuh resiko dan harus dipikul dengan penuh tanggung jawab. Namun demikian Muhammad saw mengamalkan panggilan Allah dengan hati yang mantap lalu bergegas untuk menyampaikan firman Allah kepada khalayak ramai serta menyelamatkan mereka dari jalan yang sesat dan mungkar. Sebagai Pemimpin agama pada kenyataannya dalam waktu singkat Muhammad Saw, telah berhasil dengan gemilang menyampaikan risalah Allah. Merobah masyarakat jahiliyah yang penuh pertentangan, pemerasan, penindasan, pemerkosaan, penganiayaan dan pembunuhan sesama manusia, menjadi masyarakat Islam yang penuh kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan lahir dan batin, fisik material dan mental spiritual.
Dalam memberikan batasan mengenai defenisi “pemimpin agama” maka penulis terlebih dahulu mengidentifikasikan istilah tersebut dengan kata kata; “nabi” dan “rasul” (istilah dalam Islam), “pendeta”, “bikhsu”, “paus” (istilah non Islam). Kata–kata di atas memiliki arti sebagai berikut: nabi berarti: “orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyunya, Rasul yaitu; Orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada manusia”, Pendeta; “pemimpin agama Hindu atau Budha”. Sedang “paus” berarti; “pemimpin tertinggi agama Katholik”.
Menurut Harun Nasution: “agama” dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan kata religi berasal dari bahasa Eropa. Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, di warisi turun temurun, teks atau kitab suci dan tuntunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti: “sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepecayaan itu”. Dalam memberikan defenisi “pemimpin agama” hingga saat revisi makalah ini penulis belum menemukan batasan istilah yang khusus, sehingga penulis hanya dapat merangkai dari dua istilah di atas. Pemimpin agama ialah: “Orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada manusia, berupa sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu”.
Menurut Michael H. Hart: “Muhammad saw adalah seorang pemimpin besar yang tangguh dan efektif. Muhammad saw adalah tokoh sentral yang memegang peran kunci menarik pengikutnya dalam mendirikan agama Islam. Lebih lagi dia adalah “pencatat” Kitab suci al-Quran yang diyakininya langsung dari wahyu Allah, berkaitan erat dengan pandangan dan ajaran-ajarannya karena ia bersandar pada wahyu Tuhan. Muhammad saw bukan hanya pemimpin agama tetapi juga adalah pemimpin duniawi”.
Dari beberapa pendapat diatas perlu kita bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “pemimpin agama” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Muhammad saw pemimpin agama terbesar sepanjang zaman.
2. Muhammad saw bapak revolusi sosial dan internasional.
3. Muhammad saw bapak demokrasi
4. Muhammad saw bapak kemanusiaan.
5. Muhammad saw bapak persaudaraan yang universal.
6. Muhammad saw bapak kebenaran, keadilan dan kebaikan.
7. Muhammad saw teragung dalam ucapan, perbuatan dan tingkah lakunya.
Karena keagungan pribadinya, Muhammad berhasil menjadi pemimpin agama. Dan tidak hanya dari pihak kawan, ternyata dari pihak lawanpun (orientalis) memberikan gelar sebagai bentuk kekaguman, seperti ungkapan: sayyidul mursalin (pemimpin dari semua rasul), Khatamun anbiya’ (penutup dari semua Nabi). Prof. Montet dari Geneve University menyebutnya: “The greatest of all reformes” yaitu pembawa perobahan terbesar dan sebagai bapak kemanusiaan.
Kemudian Raymond Lerouge dan La Martin ahli fikir dan penulis terkenal bangsa Prancis mengatakan: “Muhammad itu adalah ahli hikmah yang mengesankan, ahli fakir dan ahli retorika, Rasul dan ahli pencipta hukum, ahli perang yang berani dan ahli fikir yang besar yang selalu benar hasil pemikirannya dan tepat pensyariatannya. Ia membangun imperium ruhiyah”.
Alfred Martin mengatakan bahwa sejarah agama-agama tidak memiliki kebesaran seperti yang telah ditempuh oleh Muhammad dalam memperbaiki perundang-undangan yang telah rusak dan mengubah susunan masyarakat di jazirah Arab.
Satu hal yag patut dikagumi dan dinilai, ialah bahwa agama Yahudi dan agama Masehi dan bangsa Arab tidak mampu dalam abad-abad permulaan mengangkat derajat hidup dan kehidupan dan membasmi kerusakan yang berkembang di negeri Arab pada waktu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Muhammad saw.
B. Dua Jenis Agama
Dari banyaknya jumlah agama-agama yang ada didunia, maka agama-agama tersebut dapat dikelompokkan kepada dua yaitu:
1. Agama wahyu atau agama samawi (revealed religion)
2. Agama budaya atau agama ardhi (natural religion ).
Agama wahyu adalah agama yang diturunkan Allah dari langit melalui malaikat Jibril. Dan yang diakui oleh para ahli yang termasuk sebagai agama wahyu adalah sebagai berikut:
Agama Nabi Kitab Suci
Islam
Nasrani
Yahudi Muhammad SAW
Isa a.s
Taurat/Zabut Al-Qur’an
Injil
Musa dan Daud
Menurut Thomas W. Arnold bahwa Islam dan Nasrani disebut sebagai agama dakwah. Hal itu kerana, dalam ajaran agama Islam dan Nasrani terdapat perintah untuk mengajak, menyeru atau memotivasi orang lain untuk meyakini dan mengamalkannya.
Agama budaya atau agama ardhi ialah agama yang dihasilkan oleh perkembangan pemikiran manusia, bersumber dari budaya dan lingkungan manusia setempat. Contoh, agama Majusi, Lao tse, Kon fut tse, Hindu, Budha dan lain lain.
C. Defenisi Nabi dan Rasul
Nabi berasal dari bahasa Arab, dari kata naba, yang bermakna berita, yaitu berita-berita penting. Sedangkan Rasul secara bahasa bermakna yang diutus, yaitu utusan Allah SWT kepada manusia untuk menyampaikan wahyu.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara Nabi dan Rasul. Persamaan bahwa mereka sama-sama menerima wahyu. Namun Rasul menurut Majid Ali Khan Rasul menerima syari’ah atau hukum, sedangkan Nabi hanya menyampaikan syari’ah yang telah diturunkan kepada Rasul sebelumnya. Oleh karena itu, Rasul juga seorang Nabi, sedangkan Nabi bukanlah seorang Rasul. Jadi Nabi Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul bahkan baginda adalah penutup Nabi dan rasul.
A. Priode Mekkah
Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi rasul pada usia empat puluh tahun maka tugas kerasulanpun diembannya dengan penuh tanggungjawab. Apapun resiko ia hadapi walaupun tekanan pemuka-pemuka Quraisy semakin lama semakin keras namun ia tidak mundur sedikitpun. Pernah suatu ketika pemuka-pemuka Quraisy menawarkan kepada harta, tahta, dan wanita kepada Muhammad saw, asal beliau mau menghentikan dakwahnya. Namun dijawab oleh nya: “Sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya,atau aku binasa karenanya”.
Nabi Muhammad SAW berdakwah terhadap penduduk Makkah selama 13 tahun. Namun, hanya sebahagian kecil masyarakat Arab yang beriman. Inilah tingkat ujian yang paling berat di alami kaum mulimin. Yaitu menyampaikan sesuatu yang baru dan bertolak belakang dengan tradisi yang mereka yakini berasal dari nenek moyang. Seperti dikatakan oleh Thomas W. Arnold: “Diantara inti ajaran yang disampaikan Rasul adalah tentang tauhid, penghapusan dan penghancuran berhala-berhala dan masalah kewajiban pada Tuhan”.
Berbagai siksaan keji dan tipu daya terus menerus dilancarkan oleh orang-orang kafir musyrik terutama dari tokoh-tokoh masyarakatnya, selalu mengganggu jalannya dakwah Islam. Berbagai rintangan dialami oleh Nabi, dan perlakuan yang tidak manusiawi, seperti caci-maki, dilempar dengan batu, pemutusan hubungan atau embargo, sampai pada rencana dan usaha pembunuhan terhadap Nabi pada malam hijrah. Kota Makkah saat itu tidak lagi kondusif sebagai pusat kegiatan dakwah Islam. Atas perintah Allah Swt Kemudian Nabi melakukan hijrah ke Madinah.
B. Priode Madinah
Berbeda halnya dengan perlakuan orang Makkah, penduduk Madinah sangat mendambakan kedatangan Muhammad saw. Mereka memperlakukan Nabi dengan sangat hormat. Adalah tidak beralasan Nabi Muhammad disebut sebagai perampok kekuasaan terhadap penduduk Madinah. Sebab sebelum Nabi hijrah, legasi Madinah meminta Nabi untuk hijrah ke Madinah yang dikenal dengan perjanjian Aqabah. Delegasi tersebut mengharapkan agar Muhammad saw menjadi pemimpin mereka.
Berdasarkan permintaan permintaan penduduk Madinah maka Nabi pun hijrah. Program dakwah pada mulanya membangun masjid di Quba dan pembangunan masjid Nabawi di Madinah. Khususnyta Masjid Nabawi merupakan sentral kegiatan umat Islam pada masa itu. Selanjutnya, Nabi mempersaudarakan antara orang Muhajirin dengan Anshar. Mereka hidup saling membela, membantu dan bekerjasama. Setelah itu Nabi Muhammad membangun sebuah Negara yang berdaulat, yaitu Negara Madinah yang merupakan Negara Islam pertama, dengan konstitusi madinahnya.
V. Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas, maka di ketahui, di utusnya Nabi Muhammad saw di karenakan kondisi masyarakat sudah jauh menyimpang dari ajaran agama tauhid. Secara fitrah manusia membutuhkan agama tauhid. Walaupun banyak manusia yang menyimpang namun tetap saja ada yang berusaha mendapatkan petunjuk dengan jalan berkontemplasi (berkhalwat). Dalam menjalankan tugasnya Nabi Muhammad saw memiliki dua peran. Peran pertama, yaitu sebagai pemimpin agama dan peran kedua sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin negara.
Sebagai pemimpin agama, Nabi mendapat legalitas dari Allah SWT karena beliau mendapat wahyu. Namun demikian Nabi Muhammad dalam menyampaikan dakwahnya tetap mendapatkan berbagai rintangan dari umatnya. Karena Allah memberi mu’zijat kepadanya ilmiah dan rasional. Sesuai kondisi masyarakat pada ketika itu dan untuk agar selanjutnya Islam sesuai dengan tuntutan segala zaman.
Berdasarkan hal di atas Nabi saw dalam menjalankan tugasnya menampilkan keagungan pribadi, akhlaq mulia serta kecerdasan lahir dan batin. Sehingga di kagumi oleh pihak kawan maupun lawan.Oleh karenanya menurut Aisyah, Nabi Muhammad SAW adalah “Al-Qur’an berjalan”.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mustafa Yaqub. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi,Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Amin, M.Masyhur. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Fondation, 2004.
Departemen Agama R.I. Al-Quran Dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara, 1971.
Hamka. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional, 2005.
Michael H.Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh, terj. Tim Penerbit, Batam Centre : Karisma, 2005.
Husayn Ahmad Amin. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,1999.
Majid Ali Khan. Muhammad SAW Rasul Terakhir, Bandung: Pustaka. 1985.
Muhammad Husain Haekal. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa.
Thomas W. Arnold, The Preaching Of Islam (Terj). Nawawi Rambe, Jakarta: Wijata, 1985.
Mahmudunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya,1991.
Rousydi,T. A. Latief. Rasul Terbesar Muhammad SAW. Medan: Rimbow. 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar