A. PENDAHULUAN
Dinasti Qojar adalah kerajaan yang menguasai negeri Iran selama abad ke-19 M, sampai awal abad ke-20 M. Di zaman itu Iran sudah menghadapi perubahan-perubahan dunia baru, sejak bangkitnya Napoleon Bonaparte dan terdesaknya kerajaan Turki Usmani. Apalagi dengan jatuhnya kekuasaan kerajaan Mongol terakhir di anak benua India. Iran hidup terjepit di antara dua kekuasaan raksasa Inggris dan Rusia. Saat itulah munculnya kerajaan Qojariyah.
Selama kurang lebih sembilan tahun lamanya terjadi perebitan kekuasaan pada bangsa Iran dalam menentukan siapa yang lebih kuat dan akan menjadi Syah in Syah di negeri besar dan berkebudayaan kuno tersebut. Setelah banyak menumpahkan darah dan meruntuhkan bangunan-bangunan kuno dalam peperangan yang menentukan siapa yang lebih kuat, akhirnya Agha Muhammad Khan dapat mengalahkan lawan-lawannya da menjadi pendiri Dinasti Qojariyah.
Makalah ini akan menguraikan tentang Dinasti Qojar, di mana keberadaannya, kemunculannya sampai kehancurannya.
A. ASAL USUL DINASTI QOJAR
Qojar adalah Dinasti yang berkuasa di Persia dan berpusat di Iran selama kurang lebih 150 tahun (1779 – 1924). Nenek moyang Dinasti Qojar adalah bangsa Turki. Selama abad le-14, mereka bergerak memasuki kawasan Persia, Irak dan kawasan lain di Timur Tengah. Nama Qojar sediri diambil dari nama salah seorang tokoh mereka, yaitu Qojar Noyan, putra Sertaq Noyan, yang bekerja pada Dinasti Ilkhaniyah sebagai tutor Gazan Khan. Karir Qojar Noyan berakhir dengan dengan kematiannya di tangan Raja Baidu (w. 1295), karena tuduhan bersekongkol dengan penguasa sebelumnya yaitu Gaykatu (1291 – 1295) .
Pada awal abad ke-16, suku Qojar tampil memainkan peran dalam pejalanan sejarah Islam ketika ia besama enam suku Turki lainnya bergabung dalam barisan tentara Qizilbash ikut mendirikan Dinasti Safawi. Mengiringi kejatuhan Dinasti Safawi, Persia memasuki masa panjang pergolakan politik dan sosial. Suku Bakhtiyari, Qasyqayi, Afsyari, Zand dan Qojar saling betempur memperebutkan dominasi pusat kekuasaan. Pergolakan politik dan sosial tersebut baru berakhir ketika Aga Muhammad Khan, dari suku Qojar berhasil menduduki singgasana kerajaan. Kemudian ia menggalang aliansi militer dengan suku Bakhtiyari dan Afsyari untuk menaklukkan wilayah tengah Persia. Dan dengan bantuan penguasa propinsi Syiraz, Aga Munammad Khan berhasil mengalahkan Dinasti Zand, sehingga daerah selatan Persia jatuh ke tangannya . Pada tahun 1779 Aga Muhammad Khan menjadi penguasa de facto atas hampir seluruh wilayah Persia.
B. PERKEMBANGAN DINASTI QOJAR
1. Agha Muhammad Khan (1779 – 1797)
Pada masa pemerintahan Agha Muhammad Khan, banyak disibukkan dengan perluasan wilayah-wilayah kekuasaannya seperti propinsi Syiraz, Isfahan, Tabriz dan Masyhad. Dia memusatkan kekuasaannya di Teheran sebagai ibu kotanya .
Ciri-ciri pada masa kekuasaan Aga Muhammad Khan
a. Kepemimpinan Negara didasarkan kepada adat istiadat kesukuan dengan melibatkan secara langsung pemimpin Negara untuk membangun jaringan antarsuku.
b. Mengadakan kerjasama antarsuku guna memerangi suku lain yang menjadi saingannya, sekaligus memperkuat kekuasaannya sendiri .
2. Fath Ali Syah (1797 – 1834)
Ciri-ciri pada masa kekuasaan Fath Ali Syah
a. Pengembangan birokrasi Negara pada seluruh level pemerintahan dengan Teheran sebagai pusat kekuasaannya.
b. Pembangunan angkatan bersenjata yang permanen.
c. Pemberlakuan etika kerajaan sebagaimana dipakai oleh kerajaan Persia Kino .
Perkembangan dan perubahan birokrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata tersebut berkaitan erat dengan masuknya pengaruh Eropa ke Persia pada awal abad ke-19. Namun, masuknya Negara-negara Eropa seperti Rusia dan Inggris memiliki misi tertentu untuk menguasai daerah kekuasaan Qojar Persia. Pada tahun 1813, Dinasti Qojar mengalami kekalahan perang dengan Rusia, sehingga harus menandatangani perjanjian Gulistan yang menyatakan bahwa daerah Georgia, Kaukasus dan pengawasan pelayaran Laut Kaspia menjadi daerah kekuasaan Rusia, yang sebelumnya menjadi kekuasaan Dinasti Qojar. Hal tersebut menurunkan reputasi Dinasti Qojar di mata rakyat .
Rusia memperlakukan rakyat terutama para ulama dan penduduk muslim dengan kejam di daerah Kaukasus, ini merupakan ancaman langsung terhadap eksistensi umat Islam di Persia. Melalui mimbar khotbah dan pengajian, ulama mendesak pemerintah untuk melaksanakan jihad melawan Rusia. Fath Ali Syah memenuhi tuntutan rakyat sehingga pada tahun 1826 ia menyatakan perang melawan Rusia. Namun, untuk kedua kalinya Qojar mengalami kekalahan dan harus menandatangani perjanjian Turkomanchai pada tahun 1828 yang menyatakan:
1. Propinsi Erivan dan Nakhichevan harus diserahkan kepada Rusia
2. Rusia mendapat konsesi tarif yang rendah di bidang perdagangan
3. Rusia mendapatkan rampasan perang yang banyak
4. Kebebasan memberlakukan hokum Rusia bagi orang Rusia yang berada di Kerajaan Qojar .
Di pihak lain, perjanjian Turkomanchai ini mengakibatkan ekonomi rakyat lumpuh karena mereka terkena beban pajak dan tariff yang tinggi. Pemberontakan suku-suku timbil di mana-mana, sehingga stabilitas politik terganggu dan pusat pemerintahan Teheran menjadi lemah. Kondisi yang demikian terus berlangsung hingga Fath Ali Syah wafat pada tahun 1834 .
3. Muhammad Syah (1834 – 1848)
Pengangkatan Muhammad Syah sebagai raja Dinasti Qojar berjalan lancar berkat keterlibatan diplomatic Inggris dan Rusia. Bahkan inggris memberikan dukungan langsung secara militer dalam rangka menindas gerakan oposisi suku-suku local terhadap tahta kekuasaan Muhammad Syah. Dan sebagai imbalannya Muhammad Syah memberikan konsesi di bidang tarif dan hak ekstra territorial pada tahun 1836 dan 1841, pimpinan Qojar menandatangani pakta perjanjian. Pakta ini menguntungkan Inggris karena memperoleh keistimewaan-kwiatimewaan sebagaimana diberikan penguasa Qojar sebelumnya kepada Rusia.
Meningkatnya pengaruh Inggris dan Rusia menghadirkan dampak yang sangat dalam terhadap kehidupan rakyat Persia. Perkembangan industrialisasi di Eropa yang begitu pesat tidak saja membutuhkan bahan mentah untuk mekanisme industri, melainkan juga membutuhkan daerah-daerah untuk pemasaran produksi yang dihasilkan. Konsesi yang diberikan kepada Inggris dan Rusia telah menghasilkan perdagangan bebas di Persia dan mengakibatkan ekonomi Eropa semakin menusuk jantung perekonomian masyarakat Persia. Barang yang diproduksi oleh berbagai pabrik di Inggris dan Rusia dengan harga murah dan tarif import yang rendah mulai membanjiri Persia. Sebaliknya, para pedagang local menjadi lemah karena kualitas barangnya lebih rendah dan harus membayar pajak yang tinggi.
Cengkraman kekuatan asing terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi perdagangan, yang menyebabkan kelumpuhan ekonomi rakyat, telah menumbuhkan kebencian dan perlawanan terhadap kekuatan asing tersebut. Diantara gerakan perlawanan terpenting pada masa Muhammad Syah adalah perlawanan kelompok masyarakat Syi’ah Ismailiyah di bawah pimpinan Aga Khan, di wilayah Iran tengah dan selatan. Namun, Dinasti Qojar dengan bantuan militer Inggris dapat memukul mundur perlawanan tersebut. Di samping itu juga ada gerakan perlawanan yang dikenal dengan gerakan Mesiah, Pendiri gerakan ini adalah Sayid Ali Muhammad yang lahir di kota Syiraz pada tahun 1819. dalam waktu yang relative singkat (1844 -1850) , gerakan ini telah menjadi gerakan perlawanan yang bersifat nasional dan telah menggoncang stabilitas politik Dinasti Qojar dan kepentingan asing di dalam negeri Qojar. Di tengah situasi seprti ini, Muhammad Syah meninggal dunia pada tahun 1848 .
4. Nasiruddin Syah (1848 – 1896)
Di bawah perlindungan dan jaminan Inggris Rusia, Nasiruddin Syah, naik menduduku tahta kerajaan dan menjadi penguasa Qojar yang paling lama berkuasa yakni dari tahun 1848 sampai 1896. Awal kekuasaan Nasiruddin Syah disibukkan dengan pemberontakan gerakan Mesiah. Pada tahun 1850 Nasiruddin dapat menangkap dan mengeksekusi pimpinan gerakan Mesiah, Sayid Ali Muhammad, dengan dukungan dan bantuan Inggris dan Rusia. Kesuksesan membasmi gerakan Mesiah tidak menjadikan Dinasti Qojar semakin mandiri. Sebaliknya, Dinasti Qojar semakin terjerembak dalam kekangan Inggris dan Rusia. Beberapa daerah kekuasaannya seperti Tashkent, Samarkand dan Bukhara dicaplok oleh Rusia. Dan pada tahun 1857 Nasiruddin mengalami kekalahan perang dan harus menandatangani perjanjian Paris yang menyatakan bahwa:
1. Qojar harus keluar dan membebaskan daerah Heart
2. Qojar harus mengakui kemerdekaan Afghanistan
3. Memberikan konsesi perdagangan yang lebih luas kepada Inggris .
Pada tahun 1872 Nasiruddin mengadakan kerjasama dengan perusahaan Baron de Reuter dari Inggris untuk melakukan modernisasi dengan mengadakan perubahan-perubahan diantaranya:
a. Di bidang Ekonomi
1. Pembangunan jalan rel kereta api
2. Pengadaan listrik
3. Mengekplorasi sumber mineral dan logam
4. Membangun kanal dan irigasi seluruh negeri
5. Membangun jalan raya
6. Membangun jaringan telepon
7. Membangun pabrik-pabrik
8. mendirikan bank nasional
b. Di bidang Militer
1. Pendidikan prajurit yang memadai
c. Di bidang Pendidikan
1. Mendirikan perguruan tinggi modern “Darul Funun”
2. Administrasi dan birokrasi berbasis kekuasaan pemerintah pusat ala Eropa.
3. Penterjemahan buku ilmu pengetahuan dari bahasa Eropa ke dalam bahasa Persia
Dengan demikian, periode ini merupakan masa awal yang berpengaruh besar pada kebangkitan dunia pendidikan Iran di kemudian hari.
Pada tahun 1890, Nasiruddin memberikan konsesi kepada perusahaan Talbot dari Inggris untuk memonopoli produksi, penjualan dan ekspor tembakau yang banyak ditanam petani Iran. Modernisasi yang dilakukan oleh Nasiruddin Syah menimbulkan kebencian dan perlawanan masyarakat. Para intelektual menyerang kediktatoran para penguasa dan praktek korupsi yang meluas di kalangan penguasa. Kaum Bazari, memprotes atas konsensi yang diberikan Syah kepada orang asing yang mengakibatkan mereka bangkrut dan kalah bersaing. Para petani memprotaes rendahnya daya jual hasil pertaniannya. Dan para ulama memandang bahwa kuatnya pengaruh asing akan membahayakan keberadaan agama Islam di Iran.
Berbagai kebencian tersebut kemudian berkembang menjadi perlawanan nasional pada tahun 1891 – 1892. Ulama, intelektual, kaum Bazari, petani dan sebagian aparatur pemerintah berkoalisi berdemonstrasi di berbagai kota penting seperti Syiraz, Isfahan, Tabriz dan Masyhad. Sebuah fatwa dikeluarkan oleh Mirza Husein Syirazi, pemimpin ulama tertinggi (Marja’ at-Taqlid) komunitas Syi’ah, untuk melakukan boikot terhadap monopoli tembakau dan penghapusan konsesi yang diberikan kepada Inggris. Inilah yang kemudian disebut sebagai “The Tobacco Movement”. Akhirnya Nasyiruddin Syah mengabulkan tuntutan para demontran dan sebagai akibatnya Dinasti Qojar menanggung hutan 500.000 pound sterling .
Untuk membayar hutang Nasiruddin meminjam kepada Rusia. Hal tersebut membuat kemarahan rakyat timbul kembali dan pada tahun 1896 Nasiruddin Syah akhirnya dibunuh oleh salah seorang pengikut al-Afgani.
5. Muzaffaruddin Syah (1896 – 1907)
Di bawah pemerintahan Muzaffaruddin Syah, keadaan Dinasti Qojar semakin melemah. Masa kekuasaannya lebih banyak diwarnai oleh perebutan pengaruh antara Inggris dan Rusia, oposisi rakyat semakin kuat dan hutang yang semakin banyak.
Pada tahun 1900 Syah mendapat pinjaman dari Rusia sebesar 2.400.000 pound sterling dan dua tahun kemudian 1902 menerima penjaman kembali sebesar 10.000.000 rubel. Hutang Syah yang meninggi, cengkeraman Rusia dan Inggris yang semakin kuat serta memburuknya perekonomian rakyat membuat suhu kebencian oposisi rakyat terhadap Dinasti Qojar semakin menaik. Situasi yang demikian membuat terwujudnya apa yang dikenal dalam sejarah dengan “Revolusi Konstitusional (1905 – 1911)
Revolusi tersebut memaksa agar Muzaffaruddin mendirikan Majelis Nasional, yang akhirnya didirikan pertama kali pada awal Agustus 1906 di Iran. Dengan kehadiran Majelis Nasional tersebut kehidupan rakyat mengalami perubahan hingga meninggalnya Muzaffaruddin Syah pada tahun 1907.
6. Muhammad Ali Syah (1907 – 1909)
Muhammad Ali Syah sangat membenci Majelis Nasional dan berambisi untuk membubarkannya. Dengan menggunakan kekuaran militer dan dibantu oleh Rusia akhirnya Syah dapat membekukan Majelis Nasional bahkan membunuh beberapa anggata Majelis Nasional.
Kejadian tersebut membuat perlawanan rakyat meluas kembali dan menuntut agar Majelis Nasional bentuk kembali. Pada tahun 1909 akhirnya Majelis Nasional dibentuk kembali dan menuntut agar Muhammad Aki Syah Mundur dari jabatannya. Dan digantikan oleh putranya .
7. Ahmad Syah (1909 – 1925)
Dinasti Qojar tidak mengalami kemajuan yang berarti di bawah pimpinan Ahmad Syah. Bahkan sebaliknya, kesatuan kedaulatan Qojar terpecah-pecah, wilayah utara Iran di bawah pengawasan Rusia, wilayah selatan di bawah pengawasan Inggris dan hanya wilayah tengah yang sempit sebagai zona netral. Di tambah lagi selama perang dunia 1, Iran digunakan sebagai salah satu medan pertempuran yang membuat Qojar semakin terpojok dan mengalami kerusakan ekonomi yang parah.
Lemahnya kekuasaan pusat Dinasti Qojar dimanfaatkan oleh Reza Syah, seorang militer karir, yang melakukan persiapan untuk mengambil alih kekuasaan. Dengan menggalang aliansi bersama Kabinet Ziauddin dan Qawam as-Sultanah, posisi reza Syah semakin kuat. Dengan dukungan militer yang terdidik secara modern dan terlatih, Reza Syah kemudian mengontrol hamper seluruh birokrasi pemerintahan. Dan pada tahun 1925 Reza berhasil mengahiri keberadaan Dinasti Qojar dengan memecat Ahmad Syah sebagai penguasa terakhir. Sebagai gantinya, Reza memproklamirkan berdirinya Dinasti Pahlevi dan ia sendiri menjadi raja yang pertama .
C. KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DICAPAI DINASTI QOJAR
Pada masa pemerintahan Nassiruddin Syah dengan bantuan kapitalis-kapitalis asing (Inggris), Baron Julius de Reuter mengadakan pembangunan lintasan kereta api, menambang sejumlah tambang mineral dan baja, membangun kanal dan proyek irigasi, proyek jalan raya, telegrap, dengan royalti pada Shah Qojar. Tahun 1889 dengan bantuan Inggris Bank Kerajaan (Imperial Bank) didirikan. Tahun 1890 sebuah perusahaan swasta Inggris (Mr. Talbot) diberi hak monopoli industri tembakau Iran termasuk memonopoli penjualan dalam negeri maupun ekspor. Tembakau adalah komoditas yang populer dan digemari oleh masyarakat Iran pada saat itu. Rusia juga mendirikan Discount Bank of Persia di Teheran pada tahun 1891.
Darul Funun didirikan di Teheran pada tahun 1851, Sekolah Politeknik yang merupakan salah satu bagian dari modernisasi yang dicanangkan oleh Mirza Taqi Khan Amir Kabir (Perdana Menteri Nassiruddin Qajar). Darul Funun merupakan lembaga pendidikan yang cenderung sekuler, berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang dirikan komunitas agama.
Darul Funun juga berfungsi sebagai pencetak tenaga militer yang baru dalam bidang balistik (roket militer) dan teknik militer serta pegawai sipil. Demikian juga di bidang pengobatan, ilmu pengetahuan dan matematika. Buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam Bahasa Persia, banyak pula majalah dan buku yang diterbitkan. Sekolah-sekolah missionaris yang didirikan di Iran juga banyak mendatangkan teknik-teknik Barat ke Iran. Bahkan antara tahun 1878 dan 1880 penasihat Rusia dan Austria turut membantu Iran dengan mengorganisir kembali pasukan kaveleri dan membentuk Brigade Cossack (Kozak) .
D. KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI QOJAR
Sebagai akibat interaksi antara Iran dengan bangsa Barat. Berkembang paham-paham baru dari Barat serta bertambahnya kaum intelektual di Iran pada masa sesudahnya. Adanya pandangan bahwa modernisasi Iran adalah satu-satunya cara yang efektif untuk melawan kekuasaan asing dan untuk memperbaiki kondisi kehidupan sebagian besar masyarakat Iran. Komunitas yang terdiri atas orang-orang yang berpendidikan Barat dan pejabat pemerintah Qajar yang terlibat dengan Eropa serta komunitas minoritas yang lebih radikal berkolaborasi dalam gerakan yang menentang Shah Qajar (negara).
Antara tahun 1891-1892 komunitas agama bersama dengan pedagang, intelektual liberal serta para pegawai mengadakan demonstrasi besar-besaran dan memboikot monopoli tembakau pada perusahaan Inggris. Para ulama memimpin demonstasi ini di berbagai kota seperti Shiraz, Isfahan, Tabriz dan Mashad, yang terkenal dengan Pemberontakan Tembakau (Tobacco Protest 1891-1892).
Peristiwa penting di Iran pada awal abad ke-20 selain ditemukannya sumber minyak bumi adalah ”Revolusi Konstitusional". Peristiwa yang terjadi pada periode Dinasti Qajar ini mengakhiri kekuasaan absolut raja. Revolusi ini merupakan bentuk gerakan nasionalisme rakyat Iran pada abad ke-20.
Pada tahun 1925 Dinasti Qojar ditumbangkan oleh Dinasti Pahlevi. Terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan hal ini terjadi. Faktor internal yang paling menonjol adalah lemahnya pemerintahan pusat dan terjadinya pemberontakan-pemberontakan lokal. Berbagai pemberontakan itu tidak mampu dibendung dan diredam oleh pemerintahan pusat sebagai pengendali utama keamanan, semakin lama pemberontakan itu menggerogoti kekuasaan Dinasti Qojar dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk berlawanan dengan kekuasaan Dinasti Qojar .
Faktor eksternal yang muncul adalah pecahnya Perang Dunia I yang menjadikan Iran sebagai arena pertempuran, walaupun secara politik posisi Iran dalam perang itu adalah netral. Rusia ngotot untuk mempertahankan cadangan minyak di Baku dan Laut Kaspia. Tentara Ru¬sia terlibat dalam pertempuran sengit dengan tentara Turki di Iran barat laut. Imperialis Inggris, di pihak lain, mempertahankan kepentingan mereka di ladang minyak Khuzistan. Situasi pelik dan kacau demikian itu menyulut Sayid Ziauddin Taba Tabai, seorang politisi Iran, dan Reza Khan, seorang perwira kavaleri, memanfaatkan situasi untuk melancarkan pemberontakan atas dinasti Qojar.
PENUTUP
Terlepas dari kelemahan yang ada, Dinasti Qojar telah memainkan peran penting dalam mengenalkan program modernisasi, baik di dalam bidang pendidikan, politik, ekonomi, maupun militer. Yang di kemudian hari memberikan kontribusi yang sangat besar bagi terbentuknya Negara Iran modern.
PENGUASA DINASTI QOJAR
• Agha Mohammad Khan Qojar (1794-1797)
• Fath Ali Shah (1797-1834)
• Mohammad Shah Qojar (1834-1848);
• Nasser-al-Din Shah (1848-1896)
• Mozaffar al-Din Shah Qojar (1896-1907)
• Mohammad Ali Shah (1907-1909)
• Soltan Ahmad Shah Qojar (1909-1925)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: Perpuatakaan Nasional RI, cet II, 2003.
Chair, Abdl. Dkk. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. t.t. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve
Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, Cet. V, 2005.
Hamka, Sejarah Ummat Islam Jilid III. Jakarta: Bulan Bintang, 1960.
Http://www.kadjarfamily.org/
Http://www.pesantrenonline.com
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam III, Jakarta: Grafindo, 2000.
Soebantardjo, Sari Sejarah Asia-Australia, Yogyakarta: Bopkri, 1957.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.
Esposito, John L. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Jilid II, Bandung: Penerbit Mizan. 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar