Minggu, 14 Juni 2015

SEJARAH DAN AL-QUR`AN



A.    Pendahuluan
Apabila disebut tentang sejarah, lazimnya kebanyakan kita akan menggambarkan ia sebagai suatu topik yang membosankan. Sejarah selalu mendapat label sebagai penghikayatan sesuatu yang telah berlalu dan sukar untuk dilihat. Jika benar statemen itu,maka lebih dari sepertiga Ayat Al-qur`an adalah topik yang membosankan, karena berisi tentang sejarah.
Al-qur`an yang progresif, berdaya maju serta menjadi pendorong kejayaan, mengemukakan aspek sejarah sebagai tubuh badannya yang utama. Al-qur`an selain ayat-ayat yang berkaitan dengan aqidah kepercayaan, hukum amali dan akhlak diri, Al-quran juga membentangkan persoalan sejarah di sebahagian ayat-ayat atau surat dalam Al-quran .
Sesungguhnya Al-qur`an telah memberikan suatu definisi yang istimewa kepada Sejarah. Catatan sejarah di dalam al-qur`an terungkap di dalam apa yang dikenali sebagai Al-Qasas al-Qurani, ia disifatkan oleh Al-qur`an sebagai ahsan al-Qasas atau sebaik-baik kisah

 
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

Kisah-kisah yang menggambarkan peristiwa yang pernah terjadi (sejarah) yang ada dalam Al-qur`an, sangat erat kaitannya bertutur dengan masalah waktu, karena proses waktulah terbentuknya sejarah keduniaan manusia , sebagaimana halnya QS. 18:58-59

59. dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.

Sesungguhnya sejarah itu penuh iktibar dan ia hanya dapat resapi oleh mereka yang memanfaatkan akal fikiran sebagai kurnia Allah. Sejarah menurut Al-Quran, adalah bicara yang penuh iktibar. Namun, di sana terdapat kehalusan Al-Quran memilih istilah, Pengajaran dari sejarah, diistilahkan oleh Al-qur`an sebagai ‘IBRAH’.
Sejarah juga, dapat sebagai motivasi dan menjadi dukungan moril bagi penyampai dakwah sebagai mana dalam QS. 11: 120
Menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT menghendaki daripada pembentangan kisah-kisah Al-qur`an itu, kekuatan hati bagi Nabi SAW serta hati sahabat, pengikut dan sekalian umatnya di setiap tempat dan zaman. Ayat ini terletak di penghujung Surah Hud yaitu selepas Allah SWT membentangkan himpunan kisah para Rasul seperti Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Lut, Syuaib dan Musa as. Kisah-kisah ini mengukuhkan hati Nabi Muhammad SAW kerana ia tidak sendirian di jalan dakwah yang penuh cobaan, bahkan para Rasul itu telah diuji sebagaimana Rasul diuji.
Demikianlah Al-qur`an mengutarakan nilai sejarah berasaskan kepada tuntunan Ilahi, bagi umat Islam yang peka kepada sejarah itu, mereka sentiasa berada di tahap kesadaran yang maksimal tentang realitas hidup. Mereka yakin dengan petunjuk yang ada dan mereka pasti dengan kesudahan yang dijanjikan. Bahkan dari aspek dakwah, menjadikan sejarah sebagai sandaran hujah adalah suatu keperluan yang nyata. Sejarah adalah dalil yang universal dan pembuktiannya menundukkan bantahan orang-orang yang membantah.
Untuk berhujah semata-mata dengan nas naqli, ada kalanya kita berhadapan dengan golongan yang menolak kepercayaan kepada Al-qur`an dan Sunnah.
Namun, jika fakta yang sama dapat dibuktikan oleh sejarah, maka ia menjadi suatu kebenaran yang universal.
B.       Defenisi Sejarah dan Al-Qur`an
1.    Pengertian Sejarah
Secara terminologis, sejarah sebagai istilah diangkat dari bahasa Arab,Syajaratun yang berarti pohon. Secara terminologis saja, kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis; karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan”pohon"[1]. Pohon dijadikan sebagai sebuah ibarah yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan, oleh karena itu, diperlukan kemampuan menagkap  pesan-pesan sejarah yang ada di dalamnya.
Allah swt telah mewahyukan bahwa hanya orang-orang yang mau menggunakan akal fikir untuk memahami peristiwa-peristiwa di asa lampau yang dapat menjadikan pengajaran berharga.
Allah swt menyebut di dalam surat Yusuf  ayat 111 :
  
111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Allah SWT menyebut di dalam surah al-A’raaf ayat 176:
  
176. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Ini adalah tujuan pertama mempelajari sejarah berdasarkan disiplin al-Quran. Manusia diseru supaya menjadikan sejarah dan pengiktibarannya sebagai bahan berfikir. Dan diharapakan melalui pengamatan yang dibuat oleh manusia yang memanfaatkan gabungan sejarah dan akal fikirannya itu dapat tercerahkan.
Menurut Murtadha Mutahhari, sejarah dapat didefenisikan dalam tiga cara kesejarahan yang saling berhubungan erat :
1. Pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.[2] Oleh sebab itu segala sesuatu peristiwa yang terjadi saat ini, begitu berlalu waktunya maka ia larut bersama masa lalu dan menjadi bagian sejarah.
2. Sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau[3]. Dalam tahapan ini sejarah telah menjadi sebuah kajian ilmiah yang memiliki objek dan untuk menemukan sebab akibat sekaligus dapat menjadikannya sebagai satu sumber pengetahuan dalam mengenal diri dan mengendalikan masa depannya.
3. Falsafah kesejarahan didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ketahap yang lain[4]. Arti sejarah dalam tahapan ini telah menjadi sebuah kajian mendalam untuk membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan yakni ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang maujudnya saja.
2. Keutamaan Sejarah
Bila ditilik lebih jauh lagi kajian tentang sejarah, dengan kata arabnya    تريخ yang selalu digunakan dalam dunia madrasah atau pesantren dan kitab-kitab arab, namun dalam Al-qur`an sendiri  memakai kalimat qishah. Kata kisah berasal dari bahasa Arab yaitu al qishshah bentuk jamak dari kata qishash yang berarti mencari, mengikuti jejak atau mengulang kembali masa lalu. Arti ini diperoleh dari uraian al qur`an surat al Kahfi ayat 64 dan al qasas ayat 11:
                                                                                    فارتدا على اثارهم قصصا
      " Kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya datang
Kata Qasas juga dapat berarti berita beruntun,[5] arti ini diperoleh dari uraian al- Quran surat al Imran ayat 63 dan surat Yusuf ayat 111 :
                                                                            ان هذا لهوالقصص الحق        
Sesungguhnya ini adalah berita yang benar
                                                   لقد كان فى قصصهم عبرة لاولى اللباب
Sesungguhnya pada berita mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”
Oleh sebab itu Qasas dengan pengertian eksplanasi terhadap peristiwa sejarah yang dihadapi para Rasul, sekaligus konsisten terhadap jalan dan petunjuk yang telah dilakukan serta mempedomani kitab terbesar dan termasyhur sepanjang sejarah alam(al-qur`an dan hadis). Oleh sebab itu kalimat yang selalu disebut-sebut orang” yang sudah biarlah sudah tidak perlu diingat, biarkan ia berlalu dan lupakan saja” merupakan konvensasi dari kesan negatif dalam dirinya saja, bahkan lebih ironis lagi sejarah dianggap tidak memberikan kontribusi apapun dalam realitas kehidupan, yang ada hanya masa kini yang terus bergerak. Kenyataannya bahwa yang terjadi sekarang ini merupakan produk dari masa lalu.
  Kerana itulah Ibn Khaldun (1332 – 1406M / 732 – 808H) memulakan bicara di dalam Muqaddimahnya yang masyhur dengan menghuraikan tentang keutamaan ilmu sejarah. Beliau menegaskan betapa melalui sejarah, kita akan dapat mempelajari tentang Sunnatullah fee al-Kaun wa al-Hayah tersebut. Melalui pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah beroleh nilai dan dengan nilai tersebut, ia mengkorelasikan sejarah dengan zaman-zaman yang menyusul. Dalam arti kata, walaupun generasi dan zaman silih berganti, manusia dan sekalian alam tetap tersusun teratur mengikut ketetapan Allah yang sama. Beruntunglah mereka yang meneladani sunnah yang baik serta binasalah mereka yang memilih untuk mengulangi sejarah yang hitam[6]. Oleh sebab itu peristiwa-peristiwa yang membuat perubahan yang terjadi haruslah dijadikan peringatan dan pelajaran.
Bila  lebih jauh lagi ke depan merenungkan proses waktu yang terus bergerak, maka akan kita dapatkan sebuah prinsip berpikir progresif, mengingat akan peristiwa yang akan terjadi dimasa akan datang telah menanti, itu sebabnya:”Semua peristiwa yang kelak akan terjadi difirmankan Allah dengan fi`il madhiy, karena Allah Maha tinggi mengatasi waktu dan tempat...Jadi segala sesuatu dalam pengetahuan Allah telah terjadi[7]. Artinya Kisah Sejarah dan semua cakupannya yang terjadi dari seluruh peristiwa dan rangkaiannya, di sisi Allah swt merupakan suatu totalitas (mujmal) yang telah tersurat di dalam Ummul kitab.
C.     Pengertian dan Dimensi Kajian Al-Qur`an
1.              Pengertian Al-Qur`an
Secara etimologi, ada beberapa perbedaan pendapat dasar kata turunan al-qur’an. Perdebatan tersebut berkisar pada asal kata qarana dan qara’a yang berarti menghimpun, mengkaitkan dan membaca.[8]
Menurut pendapat Hasbi as-Shiddiq bahwa kata Alquran secara bahasa berarti bacaan atau yang dibaca.[9] Alquran adalah mashdar dari kata qara’a yang artinya dibaca.Sedangkan menurut istilah, Alquran al-Karim berarti nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Yang ditulis dalam mushaf.[10]
Sedangkan Subhi as-Shalih mendefenisikannya sebagai firman Allah swt. Yang berfungsi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Muhammad saw. Melalui perantaraan Jibril yang disampaikan secara mutawatir dan ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surah al-Fatihah dan ditutup oleh surah an-Nas.[11]  Agaknya, tentang defenisi Alquran al-Karim tidak terlalu diperdebatkan dalam kalangan sarjanawan pada masa sekarang ini, karena memang masing-masing kita mengetahui apa itu Alquran al-Karim. Maka Al-qur`an juga dapat di sebut sebagai  sumber dan miniatur alam semesta sejak proses awal hingga akhir perjalanannya.
2.              Dimensi  Kajian Al-Qur`an
Al-Qur'an telah membangkitkan ummat memperbaharui masyarakat, dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah, ia menampilkan orang Arab dari kehidupan sebagai penggembala unta dan kambing menjadi pemimpin bangsa-bangsa, yang dapat menguasai dunia bahkan sampai kepada negeri-negeri yang begitu jauh mengenalnya. Kesemuanya itu berkat Al-qur'an sebagai mu'jizat (Muhammad) penutup para Nabi dan Rasul. Pertanyaannya mengapa Muhammad dengan Al-qur`an, begitu cepat menorehkan prestasi gemilang dan menakjubkan dunia hingga saat ini, hal ini disebabkan Al-qur`an diawali turunya dengan kalimat Iqra (baca).
Iqra` berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri- ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra` mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya[12]. Al-qur`an dengan Wahyu pertamanya berupa iqra` sangat relevan dengan dimensi kajian yang terdapat dalam Al-qur`an, sebagai suatu alat dan jalan untuk menyampaikan kepada maksud yang terkandung di dalamnya.
a.    Dimensi Ukhrowi ( yang menyangkut masalah hubungan Tuhan dengan manusia sebagai hamba )
b.    Dimensi duniawi ( yang menyangkut hubungan antar sesama manusia dan alam semesta dari segala aspeknya)
D.  Sejarah dan Al-qur`an
1.              Al-qur`an dalam Konteks Sejarah
Al-qu`ran adalah kitab suci umat Islam yang keotentikannya sangat dijaga, baik oleh yang memfirmankannya maupun umat yang mengimaninya. Proses pendistribusian Firman Allah dari asalnya sampai kepada ummatnya, sehingga menjadi seperti yang berada dan dimiliki umat Islam saat ini, membutuhkan waktu, perhatian dan juga banyaknya tercurah potensi umat Islam, yang relatif panjang.
Selanjutnya peristiwa demi peristiwa yang terjadi di kalangan umat Islam membuat semakin terwujudnya kesempurnaan untuk dapat dengan cepat dan mudah dipelajari dan dipahami oleh yang mengimaninya.
Oleh sebab itu, proses wahyu yang diterima Rasulullah mengandung proses sejarah yang panjang hingga zaman khulafaurrasyidin, dan melibatkan berbagai potensi umat Islam demi terwujudkan kesatuan dan keseragaman, sehingga menjadi Mushaf (dalam bentuk kitab).
Profesor  Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat dalam  terjemahan Al-quran bahwa isi dari wahyu pertama  adalah "penghargaan  terhadap  kalam sebagai alat untuk pengetahuan manusia" dan dengan begitu  maka  menjadi  jelas  bagi  kita "perhatian  Nabi  Muhammad untuk menjaga kelangsungan Al-quran dengan tulisan." [13]
Penulisan dan pengumpulan Al-qur`an di masa Rasulullah dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu; pertama pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab .[14]
Abu Bakar mengangkat Zaid ibn Tsabit sebagai penulis kembali shuhuf-shuhuf yang ada di tangan para sahabat seraya mengucapkan”Engkau telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah, oleh karena itu carilah Al-qur`an dan kumpulkanlah”.[15] Zaid di samping juru tulis wahyu pada masa Rasulullah juga memiliki kelebihan seperti; Terkenal dengan qiroatnya, pemahamannya serta kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali.
Disatu sisi perkembangan dan perluasan daerah kekuasaan Islam sangat menggembirakan, namun disisi lain menimbulkan kekhawatiran yang mendalam terutama perselisihan antara umat Islam dalam bidang bacaan, maka pada masa tahun ketiga pemerintahan Usman Al-qur`an pun dibukukan menjadi sebuah mushaf. Jelaslah bahwa Al-qur`an dalam proses pewahyuannya kepada Rasulullah dan sekaligus menjadi sebuah mushaf telah Include di dalamnya menorehkan sejarah bagi umat manusia dan dunia.
2.      Sejarah dalam perbincangan Al-qur`an
Al-qur`an selain ayat-ayat yang berkaitan dengan aqidah kepercayaan, hukum amali dan akhlak diri, Al-qur`an juga membentangkan persoalan sejarah yang terdapat dalam beberapa surat atau ayat Al-qur`an. Sesungguhnya Al-qur`an telah memberikan suatu kedudukan yang istimewa kepada Sejarah. Melalui pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah beroleh nilai dan dengan nilai tersebut, ia menghubung jalinkan sejarah dengan zaman-zaman yang menyusul. Dalam arti kata yang lain, walaupun generasi dan zaman silih berganti, manusia dan sekalian alam tetap tersusun teratur mengikut ketetapanAllah. Seperti halnya tentang peristiwa-peristiwa kaum-kaum terdahulu dan kehancurannya, dapat memotivasi manusia dengan kekuatan akal dan ilmiahnya melakukan eksplorasi terhadap arkeologi dan antropologi.
Demikian juga halnya terhadap alam semesta bagaimana Allah menjadikannya tersusun rapi dan berjalan sesuai ketentuannya, adalah sebuah perjalanan sejarah yang sangat jauh kembali kebelakang namun melahirkan sebuah revolusi ilmu yang bersifat kekinian; geologi, astronomi, ekosistem, biologi serta fisika  dan lain sebagainya. Kesemua ini telah dipaparkan di dalam Al-qur`an dengan menggugah akal manusia sebagai alat dan potensi manusia yang dijadikan sebagai penguasa alam.
Melalui pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah beroleh nilai dan dengan nilai tersebut, ia menghubung jalinkan sejarah dengan zaman-zaman yang menyusul. Dalam arti kata yang lain, walaupun generasi dan zaman silih berganti, manusia dan sekalian alam tetap tersusun teratur mengikut ketetapan Allah
Firman Allah SWT di dalam al-qur`an surah Al-Hajj ayat 45 – 46:
  
45. Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi,
46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Sesungguhnya berfikir itu adalah kewajiban umat Islam yang diperintahkan berulang kali oleh Al-qur`an. Kelalaian seseorang manusia terhadap kesadaran  berfikirnya, adalah pertanda bahwa dirinya jauh dari Al-qur`an, seterusnya terpinggir dari hidayah.
Sejarah sebelum kedatangan nabi Muhammad saw.
·                      Kelahiran nabi Muhammad saw.: 93:6
·                      Pengasuhan nabi Muhammad saw.: 93:6
·                      Kenabian nabi Muhammad saw.
·                     Tanda-tanda kenabian Rasul saw.: 3:44, 7:157, 7:158, 10:15, 10:16, 11:100, 12:3, 12:102, 16:103, 28:44, 28:45, 28:46, 29:48, 38:69, 62:2
o    Awal Wahyu Turun
·         Nabi Muhammad saw. melihat Jibril: 53:7, 53:8, 53:9, 53:10, 53:11, 53:12, 53:13, 53:14, 53:15, 53:16, 53:17, 53:18, 81:23
·         Nabi Muhammad saw. buta huruf: 7:157, 7:158, 62:2
·         Terputusnya wahyu: 93:3
·         Beratnya saat nabi Muhammad saw. menerima wahyu: 73:5
- Penbuktian kerasulan Nabi saw.: 2:119, 3:61, 3:62, 3:81, 3:164, 4:79,  4:166, 4:170, 5:15, 5:19, 7:158, 9:33, 10:108, 36:3, 43:43, 47:2, 48:28
- Peristiwa Isra' dan Mi'raj
3.      Peran Al-qur`an dalam mempengaruhi perubahan sejarah
Al-qur`an adalah kitab suci yang berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia, kebenaran dan  ketentraman hidup akan didapat manakala Al-qur`an dijadikan sebagai penuntun. Oleh sebab itu manusia haruslah menyesuaikan dirinya, sesuai tuntunan teks ayat dalam segala aspek yang berkenaan dengan aktivitas manusia. Sesungguhnya Al-qur`an adalah Absolut, tidak pernah berubah.  apalagi menyesuaikan diri. Yang berubah dan bisa menyesuaikan diri adalah “logika penafsiran” manusia atas teks-teks Al-qur`an itu sendiri. Logika penafsiran itulah sejatinya berubah (relatif), seiring dengan perubahan ruang dan waktu manusia.[16] Oleh sebab itu sejalan dengan pendapat Mazheruddin S: Al-qur`an dengan jelas menyatakan bahwa perubahan sejarah tidak terjadi secara tiba-tiba. Penyebab perubahan tersebut terhimpun secara perlahan lahan dan berakhir dengan suatu perubahan yang besar setelah tenggang waktu yang cukup lama[17].  Hakikat diturunkannya Al-qur`an adalah sebagai acuan moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan problem sosial yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya, Al-qur`an secara kategoris dan tematik, justru dihadirkan untuk menjawab berbagai problema aktual yang dihadapi masyarakat sesuai dengan konteks dan dinamika sejarahnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Al-qur`an diturunkan lima belas abad yang lalu, itu persis di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Karena itu, misi suci wahyu ini adalah ingin memperbaiki moralitas masyarakatnya yang rusak itu dengan berdialog secara argumentatif ( akliyah) dan bijak (hikmah), seraya mengajak umat yang “tak beradab” (jahiliyah) ini ke jalan yang berkeadaban (madaniyah).[18]
Sebagian contoh yang sangat jelas bagi kita tentang bagaimana Al-qur`an merubah sejarah manusia yang sangat besar dalam bidang humanis adalah : “Ketentuan tentang perlakuan terhadap budak, anak yatim dan musafir ( QS. 4 : 2, 3, 36 ; 16: 71; 24: 33) yang menjadi ketentuan yang paling humanis dalam hukum Islam[19].
Dan pada paparan berikut adalah, ayat-ayat Al-qur`an yang berperan dalam mempengaruhi perubahan sejarah, serta pola naik turunnya umat Islam dalam sejarah, dapat kita lihat dan pahami dari penuturan dan perjalanan   sejarah Al-qur`an itu sendiri sebagai kitab suci yang menjadi pedoman dan tuntunan kehidupan manusia.
o Perintah berdakwah secara terang-terangan: 15:94
o Kekhawatiran Nabi saw. terhadap kaumnya: 3:176, 5:41, 5:68, 6:33, 6:35, 9:80, 9:128, 10:99, 15:88, 16:37, 16:127, 18:6, 26:3, 26:214, 27:70, 34:46, 36:10, 39:19, 42:23, 43:40, 50:45, 80:6
o Dakwah Nabi saw. kepada kaum kerabatnya: 6:92, 26:214
o    Cobaan kaum muslimin dari kaum Quraisy: 2:217, 3:140, 3:186, 3:195, 5:57, 5:58, 9:13, 9:40, 16:126, 16:127, 17:47, 17:76, 21:5, 21:6, 21:36, 22:40, 25:4, 27:70, 29:12, 34:53, 47:13, 52:30, 52:42, 60:1, 60:2, 60:9, 72:19, 83:29, 83:30, 83:31, 83:32, 83:33
o    Orang musyrik mengejekan kaum muslimin: 2:212, 34:7, 38:63, 83:29, 83:30, 83:31, 83:32
o    Kaum Quraisy meminta mukjizat: 2:118, 6:8, 6:37, 6:109, 6:111, 7:203, 10:20, 11:12, 13:7, 13:27, 13:38, 15:7, 17:90, 17:91, 17:93, 20:133, 21:5, 25:7, 25:8, 29:50, 98:1
o    Kaum Quraisy bersekutu untuk kufur: 8:30, 38:6, 38:7, 41:26, 51:53, 109:3, 109:5, 109:6
o    Abu Jahal menyakiti Nabi saw.
§  Permusuhan Abu Jahal: 96:9, 96:10, 96:11, 96:12
o     Permusuhan Abu Lahab: 111:1, 111:2, 111:3
o   Penyiksaan terhadap orang mukmin yang lemah: 4:75, 16:41, 16:110, 59:8, 60:1, 60:9
o   Orang-orang musyrik mendustai Al qur`an: 4:140, 6:25, 6:68, 8:31, 10:15, 10:37, 10:38, 11:13, 11:35, 15:91, 16:24, 21:5, 25:4, 32:3, 34:8, 34:43, 36:69, 37:15, 42:24, 46:7, 46:11, 52:33, 68:44, 81:25, 83:13
o   Orang-orang musyrik menuduh Nabi saw. menutup-nutupi wahyu: 81:24
o   Orang-orang musyrik menuduh Nabi saw. mengetahui hal ghaib: 7:188
o   Kaum Quraisy menuduh kaum Yahudi mengajari Nabi saw.: 6:105
o   Nabi saw. dituduh sebagai penyihir: 6:7, 10:2, 11:7, 17:47, 21:3, 25:8, 34:43, 37:15, 38:4, 43:30, 46:7, 52:29, 69:42, 74:24
o   Nabi saw. dituduh sebagai orang gila: 7:184, 15:6, 23:70, 34:8, 34:46, 37:36, 44:14, 52:29, 68:2, 68:51, 81:22
o   Nabi saw. dituduh sebagai pembohong: 17:48
o   Nabi saw. dituduh sebagai penyair: 21:5, 36:69, 37:36, 52:30, 69:41
·       Perjanjian Aqabah kedua
o            Janji setia untuk beriman dan meninggalkan syirik: 5:7, 57:8, 60:12
o            Janji setia kaum wanita pada malam 'Aqabah: 60:12
  ·  Hijrah
·       Persiapan untuk hijrah
o            Nabi saw. mengizinkan para sahabat untuk berhijrah: 4:97
o            Izin Allah kepada Nabi saw. untuk berhijrah: 29:56
o            Alasan tidak berhijrah: 4:98, 4:99
o            Berhijrah di jalan Allah: 2:218, 3:195, 4:89, 4:97, 4:100, 8:72, 8:74, 9:20, 16:41, 22:58, 24:22, 29:8, 59:8
·       Gua Tsur: 9:40
·       Nabi saw. memasuki kota Madinah: 17:80
·       Cobaan kaum muslimin di Madinah
o            Kaum Munafiq menyakiti Rasulullah saw.: 4:61, 4:78, 4:81, 4:113, 5:41, 9:48, 9:50, 9:58, 9:61, 9:65, 9:74, 24:11, 63:5, 63:8
o            Penderitaan para utusan yang ingin memeluk Islam: 6:26, 42:16
o            Orang Yahudi menyakiti kaum muslimin: 2:142, 3:69, 3:72, 3:100, 3:111, 3:118, 3:186, 4:44, 4:46, 4:51, 5:41, 5:57, 5:58, 5:64, 58:8
o            Sikap orang-orang arab badui terhadap Islam: 9:97, 9:98, 9:99, 9:101, 48:11, 48:12, 48:15, 48:16, 49:14, 49:17
·       Beberapa peristiwa di tahun kedua Hijrah
o            Perpindahan arah kiblat ke Ka'bah: 2:142, 2:143, 2:144, 2:150
o            Perang Badar Al Kubra: 8:8, 8:9
o            Perang Bani Qainuqaa': 59:14
·       Beberapa peristiwa di tahun ketiga Hijrah
o            Perang Hamra Al Asad: 3:172, 3:173, 3:174
·       Beberapa peristiwa di tahun kelima Hijrah
o            Tuduhan terhadap Aisyah ra.: 24:11, 24:12, 24:13, 24:14, 24:15, 24:16
·       Peperangan
§       Hasil perang Badar: 3:13, 3:123, 3:165, 8:8, 8:17, 54:45
§       Kaum musyrikin menebus tawanan perang Badar: 8:67, 8:68, 8:70
§       Harta rampasan perang Badar: 8:1, 8:41
o            Perang Uhud
§       Perang Uhud dan pengaturan pasukan: 3:121
§       Beberapa hal pasukan dan perang Uhud: 3:144
§       Cobaan besar dalam perang Uhud: 3:143, 3:153
§       Perbuatan syetan dalam perang Uhud: 3:155
§       Orang munafik kembali dalam perang Uhud: 3:167, 3:168, 4:88
§       Nabi saw. cidera: 3:144
§       Kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud: 3:140, 3:152, 3:153, 3:154, 3:155, 3:165, 3:166, 3:172
o            Perang Hunain
§       Kekalahan muslimin pada awal perang: 9:25
§       Hasil perang Hunain: 9:26
§       Janji setia tawanan Hunain untuk memeluk Islam: 9:27
o            Perang Khandaq
§       Kesulitan pada perang Khandak: 33:11, 33:22
§       Munculnya orang munafiq: 33:12, 33:13, 33:15, 33:18
§       Kegagalan pasukan Ahzab (sekutu): 33:20
o            Perjanjian Hudaibiah
§       Kaum musyrikin menghalangi pelaksanakan umrah: 2:114, 2:194, 2:196, 2:217, 5:2, 22:25, 48:24, 48:25, 48:26
§       Bai'at Ridwan: 48:10, 48:18
§       Keutamaan mereka yang berbai'at Ridwan: 48:10, 48:18, 48:19, 48:20
§       Tertundanya pelaksanaan umrah: 48:11, 48:12, 48:15, 48:16
§       Syarat-syarat perjanjian Hudaibiyah: 60:10
§       Harta rampasan Khaibar untuk mereka yang menghadiri Hudaibiah: 48:15
o            Perang Bani Nadhir
§       Persekongkolan orang munafik dengan Bani Nadhir: 59:11, 59:12, 59:13
§       Pengusiran Bani Nadhir: 59:2, 59:3, 59:5
§       Harta yang diperoleh dari Bani Nadhir: 59:6
o     Perang Tabuk
§       Penderitaan para sahabat dalam perang Tabuk: 9:117
§       Perang Tabuk dalam kondisi paceklik: 9:117
§       Beberapa orang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk: 9:38, 9:39, 9:45, 9:102, 9:106, 9:118
§       Sikap orang munafik dalam perang Tabuk: 9:42, 9:44, 9:45, 9:46, 9:47, 9:49, 9:81, 9:83, 9:86, 9:87, 9:90, 9:93, 9:94, 9:95, 9:96
§       Kisah Masjid Dhirar: 9:107, 9:108, 9:110
o   Penaklukan Kota Mekkah
§       Berita gembira tentang penaklukan kota Mekah: 28:85, 48:21
§       Mimpi Nabi saw. tentang pembukaan kota Mekah: 48:27
§       Kisah Hathib bin Abu Balta'ah: 60:1
§       Nabi dan para sahabat memasuki kota Mekah: 48:1, 48:27, 110:1
o     Penaklukan Khaibar
§       Berita gembira penaklukan Khaibar: 48:21
·       Beberapa surat dan perjanjian kenegaraan (hubungan diplomasi)
o     Memenuhi sumpah dan janji: 2:100, 2:177, 3:76, 3:81, 4:90, 5:1, 6:152, 8:56, 9:4, 9:7, 12:66, 13:20, 16:91, 16:92, 16:94, 16:95, 17:34, 23:8, 33:15, 33:23, 48:10, 61:2, 61:3, 70:32

 Daftar Bacaan :

-----------, Departemen Agama RI, Al –Qur`an dan terjemah, (Jakarta: Bimbaga Depag , Thn, 1977)
-----------, Siddiqi Mazheruddin, Konsep Qur`an tentang Sejarah, Terjemahan,  (Jakarta: Pustaka Pirdaus, cet. 2, 2003)
-----------, Mahmud Mustafa, Menangkap Isyarat Qur`an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. 3,1994).
-----------, Akbar S. Ahmed, Citra Muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, Terjemahan, (Jakarta: Erlangga, 1992).
----------, Suryanegara Mansur Ahmad, Menemukan Sejarah,Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, cet. 3, 1996)
----------, Shihab Quraish. M, Wawasan Al-Quran, cet. 8, (Bandung: Mizan, 1998)
----------, Umar Shihab, Kontekstual Al-Qur`an,Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalm Al-Qur`an, (Jakarta: Peramadina, cet. 3,  2005).
----------, Mutahhari Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, Kritik Islam atas Marxisme dan Teori Lainnya, Terjemahan, (Bandung: Mizan, 1986).
----------, Haekal Muhammad Husain, Utsman Bin Affan,Terjemah,Ali Audah, (Jakarta, Litera Antara Nusa,tahun,2007).
----------, Al-Munawwarah Said Agil, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputra Press, 2004)

-----------, Khalil Manna al-Qattan, Fi Ulumul Quran,Terjemah,(Bogor: Litera Antar Nusa, 2006)

----------, Hasbi as-Shiddiqy T.M, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alqur`an (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)

----------, Ali Muhammad as-Shabuni, Pengantar Studi Alqura. Terj. (Bandung: al-Ma’arif, 1987)

----------, Zuhdi Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1993)


[1] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah,Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, cet. 3, (Bandung: Mizan, 1996), h.20-21

[2]  Murtadha Mutahhari,Masyarakat dan Sejarah, Kritik Islam atas Marxisme dan Teori Lainnya, Terjemahan, (Bandung: Mizan, 1986), h.65
[3] Ibid, h.66
[4] Ibid, h.67
[5] Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu al Quran, terj. Mudzakir AS (Bogor : litera Antar Nusa, cet 3, 1973), h. 472
[6] Ibn Khaldun, Muqaddimah , mukasurat 8, (Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyyah, 1413), h.1
[7] Mustafa Mahmud, Menangkap Isyarat Qur`an (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet 3, 1994), h.17

[8]  Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), h. 2.
[9] T.M. Hasbi as-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 1.
[10] Ibid.
[11]  Muhammad Ali as-Shabuni, Pengantar Studi Alqura. Terj. (Bandung: al-Ma’arif, 1987), h. 18.
[12]  M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, cet. 8, 1998), h. 5

[13] Ibid.
[14] Said Agil Al-Munawwar, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,(Jakarta,Ciputra Press,tahun,2004), h.16
[15] Manna Khalil al-Qattan, Fi Ulumul Quran, Terjemah,(Bogor: Litera Antar Nusa,tahun,2006), h.189
[16]  Umar Shihab, h. 16
[17]  Mazheruddin Siddiqi, h.14
[18]  Umar Shihab, h. 23
[19]  Philip K. Hitti, Histori Of The Arabs, (New York : Palgrave Mac Milan, cet, II, 2006) h. 156

Tidak ada komentar:

Posting Komentar