A.
Pendahuluan
Apabila
disebut tentang sejarah, lazimnya kebanyakan kita akan menggambarkan ia sebagai
suatu topik yang membosankan. Sejarah selalu mendapat label sebagai
penghikayatan sesuatu yang telah berlalu dan sukar untuk dilihat. Jika benar
statemen itu,maka lebih dari sepertiga Ayat Al-qur`an adalah topik yang
membosankan, karena berisi tentang sejarah.
Al-qur`an
yang progresif, berdaya maju serta menjadi pendorong kejayaan, mengemukakan
aspek sejarah sebagai tubuh badannya yang utama. Al-qur`an selain ayat-ayat yang
berkaitan dengan aqidah kepercayaan, hukum amali dan akhlak diri, Al-quran juga
membentangkan persoalan sejarah di sebahagian ayat-ayat atau surat dalam
Al-quran .
Sesungguhnya Al-qur`an
telah memberikan suatu definisi yang istimewa kepada Sejarah. Catatan sejarah
di dalam al-qur`an terungkap di dalam apa yang dikenali sebagai Al-Qasas
al-Qurani, ia disifatkan oleh Al-qur`an sebagai ahsan al-Qasas atau
sebaik-baik kisah
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
Kisah-kisah yang menggambarkan
peristiwa yang pernah terjadi (sejarah) yang ada dalam Al-qur`an, sangat erat
kaitannya bertutur dengan masalah waktu, karena proses waktulah terbentuknya
sejarah keduniaan manusia , sebagaimana halnya QS. 18:58-59
59. dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka
berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.
Sesungguhnya
sejarah itu penuh iktibar dan ia hanya dapat resapi oleh mereka yang memanfaatkan
akal fikiran sebagai kurnia Allah. Sejarah menurut Al-Quran, adalah bicara yang
penuh iktibar. Namun, di sana terdapat kehalusan Al-Quran memilih istilah,
Pengajaran dari sejarah, diistilahkan oleh Al-qur`an sebagai ‘IBRAH’.
Sejarah
juga, dapat sebagai motivasi dan menjadi dukungan moril bagi penyampai dakwah
sebagai mana dalam QS. 11: 120
Menjelaskan kepada kita bahwa
Allah SWT menghendaki daripada pembentangan kisah-kisah Al-qur`an itu, kekuatan
hati bagi Nabi SAW serta hati sahabat, pengikut dan sekalian umatnya di setiap
tempat dan zaman. Ayat ini terletak di penghujung Surah Hud yaitu selepas Allah
SWT membentangkan himpunan kisah para Rasul seperti Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim,
Lut, Syuaib dan Musa as.
Kisah-kisah ini mengukuhkan hati Nabi Muhammad
SAW kerana ia tidak sendirian di jalan dakwah yang penuh cobaan, bahkan para
Rasul itu telah diuji sebagaimana Rasul diuji.
Demikianlah
Al-qur`an mengutarakan nilai sejarah berasaskan kepada tuntunan Ilahi, bagi umat
Islam yang peka kepada sejarah itu, mereka sentiasa berada di tahap kesadaran
yang maksimal tentang realitas hidup. Mereka yakin dengan petunjuk yang ada dan
mereka pasti dengan kesudahan yang dijanjikan. Bahkan dari aspek
dakwah, menjadikan sejarah sebagai sandaran hujah adalah suatu keperluan yang nyata.
Sejarah adalah dalil yang universal dan pembuktiannya menundukkan bantahan
orang-orang yang membantah.
Untuk berhujah semata-mata
dengan nas naqli, ada kalanya kita berhadapan dengan golongan yang menolak
kepercayaan kepada Al-qur`an dan Sunnah.
Namun, jika fakta yang sama
dapat dibuktikan oleh sejarah, maka ia menjadi suatu kebenaran yang universal.
B.
Defenisi Sejarah dan
Al-Qur`an
1. Pengertian Sejarah
Secara terminologis, sejarah sebagai istilah diangkat dari bahasa
Arab,Syajaratun yang berarti pohon. Secara terminologis saja, kata ini
memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis; karena
memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan”pohon"[1]. Pohon dijadikan sebagai sebuah ibarah
yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan
berkesinambungan, oleh karena itu, diperlukan kemampuan menagkap pesan-pesan sejarah yang ada di dalamnya.
Allah swt telah mewahyukan bahwa
hanya orang-orang yang mau menggunakan akal fikir untuk memahami
peristiwa-peristiwa di asa lampau yang dapat menjadikan pengajaran berharga.
Allah swt menyebut di dalam surat
Yusuf ayat 111 :
111.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Allah
SWT menyebut di dalam surah al-A’raaf ayat 176:
176. Maka Ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Ini
adalah tujuan pertama mempelajari sejarah berdasarkan disiplin al-Quran.
Manusia diseru supaya menjadikan sejarah dan pengiktibarannya sebagai bahan
berfikir. Dan diharapakan melalui pengamatan yang dibuat oleh manusia yang
memanfaatkan gabungan sejarah dan akal fikirannya itu dapat tercerahkan.
Menurut Murtadha
Mutahhari, sejarah dapat didefenisikan dalam tiga cara kesejarahan yang saling
berhubungan erat :
1. Pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa,
dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan
keadaan-keadaan masa kini.[2]
Oleh sebab itu segala sesuatu peristiwa yang terjadi saat ini, begitu berlalu
waktunya maka ia larut bersama masa lalu dan menjadi bagian sejarah.
2. Sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak
menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis
atas peristiwa-peristiwa masa lampau[3].
Dalam tahapan ini sejarah telah menjadi sebuah kajian ilmiah yang memiliki
objek dan untuk menemukan sebab akibat sekaligus dapat menjadikannya sebagai
satu sumber pengetahuan dalam mengenal diri dan mengendalikan masa depannya.
3. Falsafah kesejarahan didasarkan pada pengetahuan tentang
perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ketahap
yang lain[4].
Arti sejarah dalam tahapan ini telah menjadi sebuah kajian mendalam untuk
membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan yakni ilmu tentang
menjadi masyarakat, bukan tentang maujudnya saja.
2. Keutamaan
Sejarah
Bila ditilik lebih jauh
lagi kajian tentang sejarah, dengan kata arabnya تريخ yang selalu digunakan dalam dunia
madrasah atau pesantren dan kitab-kitab arab, namun dalam Al-qur`an
sendiri memakai kalimat qishah.
Kata kisah berasal dari bahasa Arab yaitu al qishshah bentuk jamak dari
kata qishash yang berarti mencari, mengikuti jejak atau mengulang
kembali masa lalu. Arti ini diperoleh dari uraian al qur`an surat al Kahfi ayat 64 dan al qasas ayat 11:
فارتدا على اثارهم قصصا
" Kedua orang itu kembali lagi untuk
mengikuti jejak dari mana keduanya datang “
Kata Qasas juga dapat berarti berita beruntun,[5]
arti ini diperoleh dari uraian al- Quran surat al Imran ayat 63 dan surat Yusuf
ayat 111 :
ان هذا
لهوالقصص الحق
“ Sesungguhnya ini adalah berita yang benar “
لقد كان فى قصصهم
عبرة لاولى اللباب
“Sesungguhnya
pada berita mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”
Oleh sebab itu Qasas dengan pengertian eksplanasi terhadap
peristiwa sejarah yang dihadapi para Rasul, sekaligus konsisten terhadap jalan
dan petunjuk yang telah dilakukan serta mempedomani kitab terbesar dan
termasyhur sepanjang sejarah alam(al-qur`an dan hadis). Oleh sebab itu kalimat
yang selalu disebut-sebut orang” yang sudah biarlah sudah tidak perlu diingat, biarkan
ia berlalu dan lupakan saja” merupakan konvensasi dari kesan negatif
dalam dirinya saja, bahkan lebih ironis lagi sejarah dianggap tidak memberikan
kontribusi apapun dalam realitas kehidupan, yang ada hanya masa kini yang terus
bergerak. Kenyataannya bahwa yang terjadi sekarang ini merupakan produk dari
masa lalu.
Kerana itulah Ibn Khaldun (1332 – 1406M / 732
– 808H) memulakan bicara di dalam Muqaddimahnya yang masyhur dengan
menghuraikan tentang keutamaan ilmu sejarah. Beliau menegaskan betapa melalui
sejarah, kita akan dapat mempelajari tentang Sunnatullah fee al-Kaun wa
al-Hayah tersebut. Melalui pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah
beroleh nilai dan dengan nilai tersebut, ia mengkorelasikan sejarah dengan
zaman-zaman yang menyusul. Dalam arti kata, walaupun generasi
dan zaman silih berganti, manusia dan sekalian alam tetap tersusun teratur
mengikut ketetapan Allah yang sama. Beruntunglah mereka yang meneladani sunnah
yang baik serta binasalah mereka yang memilih untuk mengulangi sejarah yang
hitam[6]. Oleh sebab itu
peristiwa-peristiwa yang membuat perubahan yang terjadi haruslah dijadikan
peringatan dan pelajaran.
Bila lebih jauh lagi ke depan merenungkan proses
waktu yang terus bergerak, maka akan kita dapatkan sebuah prinsip berpikir
progresif, mengingat akan peristiwa yang akan terjadi dimasa akan datang telah
menanti, itu sebabnya:”Semua peristiwa yang kelak akan terjadi difirmankan
Allah dengan fi`il madhiy, karena Allah Maha tinggi mengatasi waktu dan
tempat...Jadi segala sesuatu dalam pengetahuan Allah telah terjadi[7]. Artinya Kisah Sejarah dan
semua cakupannya yang terjadi dari seluruh peristiwa dan rangkaiannya, di sisi
Allah swt merupakan suatu totalitas (mujmal) yang telah tersurat di
dalam Ummul kitab.
C.
Pengertian dan Dimensi Kajian
Al-Qur`an
1.
Pengertian Al-Qur`an
Secara
etimologi, ada beberapa perbedaan pendapat dasar kata turunan al-qur’an. Perdebatan
tersebut berkisar pada asal kata qarana dan qara’a yang berarti
menghimpun, mengkaitkan dan membaca.[8]
Menurut pendapat Hasbi as-Shiddiq bahwa kata Alquran secara bahasa
berarti bacaan atau yang dibaca.[9]
Alquran adalah mashdar dari kata qara’a yang artinya dibaca.Sedangkan
menurut istilah, Alquran al-Karim berarti nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. Yang ditulis dalam mushaf.[10]
Sedangkan Subhi as-Shalih mendefenisikannya sebagai firman Allah swt.
Yang berfungsi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Muhammad saw. Melalui
perantaraan Jibril yang disampaikan secara mutawatir dan ditulis dalam mushaf
yang dimulai dari surah al-Fatihah dan ditutup oleh surah an-Nas.[11]
Agaknya, tentang defenisi Alquran
al-Karim tidak terlalu diperdebatkan dalam kalangan sarjanawan pada masa
sekarang ini, karena memang masing-masing kita mengetahui apa itu Alquran
al-Karim. Maka Al-qur`an juga dapat di sebut sebagai sumber dan miniatur alam semesta sejak proses
awal hingga akhir perjalanannya.
2.
Dimensi Kajian Al-Qur`an
Al-Qur'an telah membangkitkan ummat
memperbaharui masyarakat, dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam
sejarah, ia menampilkan orang Arab dari kehidupan sebagai penggembala unta dan
kambing menjadi pemimpin bangsa-bangsa, yang dapat menguasai dunia bahkan
sampai kepada negeri-negeri yang begitu jauh mengenalnya. Kesemuanya itu berkat Al-qur'an sebagai mu'jizat (Muhammad) penutup para Nabi dan
Rasul. Pertanyaannya
mengapa Muhammad dengan Al-qur`an, begitu cepat menorehkan prestasi gemilang
dan menakjubkan dunia hingga saat ini, hal ini disebabkan Al-qur`an diawali
turunya dengan kalimat Iqra (baca).
Iqra` berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah
ciri- ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri
sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra`
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya[12]. Al-qur`an dengan Wahyu
pertamanya berupa iqra` sangat relevan dengan dimensi kajian yang terdapat
dalam Al-qur`an, sebagai suatu alat dan jalan untuk menyampaikan kepada maksud
yang terkandung di dalamnya.
a.
Dimensi Ukhrowi ( yang menyangkut masalah hubungan Tuhan
dengan manusia sebagai hamba )
b.
Dimensi duniawi ( yang menyangkut hubungan antar sesama
manusia dan alam semesta dari segala aspeknya)
D.
Sejarah dan Al-qur`an
1.
Al-qur`an dalam Konteks
Sejarah
Al-qu`ran adalah kitab suci umat
Islam yang keotentikannya sangat dijaga, baik oleh yang memfirmankannya maupun
umat yang mengimaninya. Proses pendistribusian Firman Allah dari asalnya sampai
kepada ummatnya, sehingga menjadi seperti yang berada dan dimiliki umat Islam
saat ini, membutuhkan waktu,
perhatian dan juga banyaknya tercurah potensi umat Islam, yang relatif panjang.
Selanjutnya peristiwa demi
peristiwa yang terjadi di kalangan umat Islam membuat semakin terwujudnya
kesempurnaan untuk dapat dengan cepat dan mudah dipelajari dan dipahami oleh
yang mengimaninya.
Oleh sebab itu, proses wahyu yang diterima Rasulullah mengandung
proses sejarah yang panjang hingga zaman khulafaurrasyidin, dan melibatkan
berbagai potensi umat Islam demi terwujudkan kesatuan dan keseragaman, sehingga menjadi Mushaf (dalam
bentuk kitab).
Profesor Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat dalam terjemahan Al-quran bahwa isi dari wahyu pertama adalah "penghargaan terhadap kalam sebagai alat untuk pengetahuan manusia" dan dengan begitu maka menjadi jelas bagi kita "perhatian Nabi Muhammad untuk menjaga kelangsungan Al-quran dengan tulisan." [13]
Penulisan dan
pengumpulan Al-qur`an
di masa Rasulullah dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu; pertama
pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan serta pengumpulan dalam
catatan berupa penulisan kitab .[14]
Abu Bakar mengangkat Zaid ibn
Tsabit sebagai penulis kembali shuhuf-shuhuf yang ada di tangan para sahabat
seraya mengucapkan”Engkau telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah, oleh karena
itu carilah Al-qur`an dan kumpulkanlah”.[15]
Zaid di samping juru tulis wahyu pada masa Rasulullah juga memiliki kelebihan
seperti; Terkenal dengan qiroatnya, pemahamannya serta kehadirannya pada
pembacaan yang terakhir kali.
Disatu sisi perkembangan dan
perluasan daerah kekuasaan Islam sangat menggembirakan, namun disisi lain
menimbulkan kekhawatiran yang mendalam terutama perselisihan antara umat Islam
dalam bidang bacaan, maka pada masa tahun ketiga pemerintahan Usman Al-qur`an
pun dibukukan menjadi sebuah mushaf. Jelaslah bahwa Al-qur`an dalam proses pewahyuannya kepada Rasulullah
dan sekaligus menjadi sebuah mushaf telah Include di dalamnya menorehkan
sejarah bagi umat manusia dan dunia.
2.
Sejarah dalam perbincangan
Al-qur`an
Al-qur`an
selain ayat-ayat yang berkaitan dengan aqidah kepercayaan, hukum amali dan
akhlak diri, Al-qur`an juga membentangkan persoalan sejarah yang terdapat dalam beberapa surat atau ayat Al-qur`an. Sesungguhnya
Al-qur`an telah memberikan suatu kedudukan yang istimewa kepada Sejarah.
Melalui pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah beroleh nilai dan
dengan nilai tersebut, ia menghubung jalinkan sejarah dengan zaman-zaman yang
menyusul. Dalam arti kata yang lain, walaupun generasi dan zaman silih
berganti, manusia dan sekalian alam tetap tersusun teratur mengikut
ketetapanAllah. Seperti halnya tentang peristiwa-peristiwa kaum-kaum terdahulu dan
kehancurannya, dapat memotivasi manusia dengan kekuatan akal dan ilmiahnya
melakukan eksplorasi terhadap arkeologi dan antropologi.
Demikian juga halnya terhadap alam
semesta bagaimana Allah menjadikannya tersusun rapi dan berjalan sesuai
ketentuannya, adalah sebuah perjalanan sejarah yang sangat jauh kembali
kebelakang namun melahirkan sebuah revolusi ilmu yang bersifat kekinian;
geologi, astronomi, ekosistem, biologi serta fisika dan lain sebagainya. Kesemua ini telah
dipaparkan di dalam Al-qur`an dengan menggugah akal manusia sebagai alat dan
potensi manusia yang dijadikan sebagai penguasa alam.
Melalui
pengamatan terhadap Sunnatullah inilah, sejarah beroleh nilai dan dengan nilai
tersebut, ia menghubung jalinkan sejarah dengan zaman-zaman yang menyusul.
Dalam arti kata yang lain, walaupun generasi dan zaman silih berganti, manusia
dan sekalian alam tetap tersusun teratur mengikut ketetapan Allah
Firman Allah SWT di dalam
al-qur`an surah Al-Hajj ayat 45 – 46:
45. Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya,
yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh
menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan
dan istana yang tinggi,
46. Maka Apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.
Sesungguhnya
berfikir itu adalah kewajiban umat Islam yang diperintahkan berulang kali oleh
Al-qur`an. Kelalaian seseorang manusia terhadap kesadaran berfikirnya, adalah pertanda bahwa dirinya jauh dari Al-qur`an,
seterusnya terpinggir dari hidayah.
Sejarah
sebelum kedatangan nabi Muhammad saw.
·
Kelahiran nabi Muhammad saw.: 93:6
·
Kenabian nabi Muhammad saw.
·
Tanda-tanda kenabian Rasul saw.: 3:44, 7:157, 7:158, 10:15, 10:16, 11:100, 12:3, 12:102, 16:103, 28:44, 28:45, 28:46, 29:48, 38:69, 62:2
o Awal Wahyu Turun
·
Nabi Muhammad saw.
melihat Jibril: 53:7, 53:8, 53:9, 53:10, 53:11, 53:12, 53:13, 53:14, 53:15, 53:16, 53:17, 53:18, 81:23
·
Terputusnya wahyu: 93:3
·
Beratnya saat nabi
Muhammad saw. menerima wahyu: 73:5
- Penbuktian kerasulan Nabi saw.: 2:119, 3:61, 3:62, 3:81, 3:164, 4:79, 4:166, 4:170, 5:15, 5:19, 7:158, 9:33, 10:108, 36:3, 43:43, 47:2, 48:28
- Peristiwa Isra' dan
Mi'raj
- Malaikat naik ke langit bersama Nabi saw.: 17:1
- Dada Nabi saw. dibelah dan dikeluarkan hatinya: 94:1
- Nabi saw. melihat Jibril as. dalam bentuk aslinya: 53:14, 53:15, 53:16, 53:17, 53:18
- Nabi saw. melihat surga: 53:15, 53:16, 53:17, 53:18
- Kaum Quraisy mendustai peristiwa isra' dan mi'raj: 17:60, 53:10, 53:12
3.
Peran Al-qur`an dalam
mempengaruhi perubahan sejarah
Al-qur`an adalah kitab suci yang berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk
hidup manusia, kebenaran dan ketentraman
hidup akan didapat manakala Al-qur`an dijadikan sebagai penuntun. Oleh sebab
itu manusia haruslah menyesuaikan dirinya, sesuai tuntunan teks ayat dalam
segala aspek yang berkenaan dengan aktivitas manusia. Sesungguhnya Al-qur`an
adalah Absolut, tidak pernah berubah. apalagi menyesuaikan diri. Yang berubah dan
bisa menyesuaikan diri adalah “logika penafsiran” manusia atas teks-teks
Al-qur`an itu sendiri. Logika penafsiran itulah sejatinya berubah (relatif),
seiring dengan perubahan ruang dan waktu manusia.[16]
Oleh sebab itu sejalan dengan pendapat Mazheruddin S: Al-qur`an dengan jelas
menyatakan bahwa perubahan sejarah tidak terjadi secara tiba-tiba. Penyebab
perubahan tersebut terhimpun secara perlahan lahan dan berakhir dengan suatu
perubahan yang besar setelah tenggang waktu yang cukup lama[17]. Hakikat diturunkannya Al-qur`an adalah sebagai
acuan moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan problem sosial
yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya, Al-qur`an secara
kategoris dan tematik, justru dihadirkan untuk menjawab berbagai problema
aktual yang dihadapi masyarakat sesuai dengan konteks dan dinamika sejarahnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Al-qur`an diturunkan lima belas abad yang
lalu, itu persis di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Karena itu, misi
suci wahyu ini adalah ingin memperbaiki moralitas masyarakatnya yang rusak itu
dengan berdialog secara argumentatif ( akliyah) dan bijak (hikmah),
seraya mengajak umat yang “tak beradab” (jahiliyah) ini ke jalan yang
berkeadaban (madaniyah).[18]
Sebagian contoh yang
sangat jelas bagi kita tentang bagaimana Al-qur`an merubah sejarah manusia yang
sangat besar dalam bidang humanis adalah : “Ketentuan tentang perlakuan
terhadap budak, anak yatim dan musafir ( QS. 4 : 2, 3, 36 ; 16: 71; 24: 33)
yang menjadi ketentuan yang paling humanis dalam hukum Islam[19].
Dan pada paparan berikut adalah, ayat-ayat Al-qur`an yang berperan
dalam mempengaruhi perubahan sejarah, serta pola naik turunnya umat Islam dalam sejarah, dapat kita
lihat dan pahami dari
penuturan dan perjalanan sejarah Al-qur`an itu sendiri sebagai kitab suci
yang menjadi pedoman dan tuntunan kehidupan manusia.
o Perintah berdakwah secara terang-terangan:
15:94
o Kekhawatiran Nabi saw. terhadap kaumnya: 3:176, 5:41, 5:68, 6:33, 6:35, 9:80, 9:128, 10:99, 15:88, 16:37, 16:127, 18:6, 26:3, 26:214, 27:70, 34:46, 36:10, 39:19, 42:23, 43:40, 50:45, 80:6
o Masyarakat Mekah berpaling dari Nabi saw.:
2:170, 3:63, 3:176, 3:184, 5:104, 6:50, 6:147, 9:129, 11:5, 11:14, 17:45, 17:46, 17:47, 18:6, 18:57, 21:2, 21:6, 21:36, 22:15, 22:68, 23:69, 25:4, 25:5, 25:9, 25:30, 25:60, 26:5, 26:216, 27:80, 27:81, 28:50, 35:42, 38:68, 39:64, 41:4, 41:5, 41:26, 42:13, 43:31, 52:40, 54:2, 54:3, 54:44, 68:9, 70:36, 70:37
o Allah memantapkan (hati) RasulNya dalam mengemban risalah serta
melakukan tugas-tugas kenabiannya: 2:147, 2:252, 2:258, 3:12, 3:58, 3:120, 3:126, 3:139, 3:146, 3:174, 3:176, 3:184, 3:186, 3:196, 4:45, 4:63, 4:81, 4:84, 4:113, 4:166, 5:41, 5:42, 5:60, 5:67, 5:105, 6:10, 6:33, 6:34, 6:35, 6:42, 6:57, 6:58, 6:70, 6:106, 6:112, 6:114, 6:116, 6:123, 6:135, 6:147, 6:150, 7:2, 7:101, 7:184, 7:196, 7:203, 8:62, 8:64, 9:55, 9:85, 9:129, 10:20, 10:41, 10:46, 10:65, 10:71, 10:94, 10:98, 10:99, 10:109, 11:12, 11:14, 11:17, 11:49, 11:109, 11:112, 11:120, 12:102, 12:103, 12:110, 13:32, 13:38, 13:41, 13:42, 13:43, 14:9, 15:10, 15:11, 15:85, 15:88, 15:91, 15:94, 16:26, 16:43, 16:63, 16:127, 17:48, 17:107, 19:65, 20:9, 20:99, 20:130, 20:131, 21:41, 22:42, 22:43, 22:44, 22:52, 22:67, 22:69, 23:24, 23:72, 24:55, 25:20, 25:31, 25:32, 25:33, 25:36, 25:37, 25:38, 25:39, 25:43, 25:52, 26:69, 26:105, 26:123, 26:139, 26:158, 26:160, 26:174, 26:176, 26:190, 26:194, 27:6, 27:14, 27:45, 27:70, 27:79, 28:50, 28:87, 29:14, 29:36, 29:38, 30:47, 30:60, 31:23, 32:30, 33:48, 34:34, 35:4, 35:8, 35:25, 36:76, 37:174, 37:175, 37:178, 37:179, 38:17, 38:41, 38:45, 38:46, 38:47, 38:48, 39:36, 40:5, 40:55, 40:77, 40:78, 41:43, 43:6, 43:7, 43:8, 43:23, 43:43, 44:17, 46:21, 46:35, 47:13, 48:26, 50:12, 50:13, 50:14, 50:39, 51:52, 51:54, 52:45, 52:48, 68:48, 70:5, 73:10, 76:24, 79:15, 85:17, 85:18, 87:8, 93:4, 93:5, 93:6, 93:7, 93:8, 96:19
o Pendustaan Quraisy terhadap Nabi saw.: 3:61, 6:25, 6:26, 6:33, 6:35, 6:57, 6:66, 6:135, 6:148, 6:150, 6:156, 6:157, 9:9, 10:15, 10:39, 10:41, 10:53, 13:27, 13:31, 13:43, 15:7, 16:103, 16:113, 17:90, 17:91, 17:92, 17:93, 21:2, 21:3, 21:5, 21:6, 25:4, 26:216, 27:70, 27:80, 27:81, 28:48, 28:49, 32:3, 34:7, 34:8, 34:29, 34:43, 34:53, 35:4, 35:42, 36:69, 36:76, 37:12, 37:36, 37:170, 38:4, 38:5, 38:6, 38:7, 38:8, 38:68, 39:64, 41:4, 41:5, 42:13, 42:24, 43:24, 43:30, 43:31, 43:57, 43:58, 43:88, 44:14, 46:7, 46:8, 46:10, 50:2, 52:29, 52:30, 52:40, 52:42, 54:2, 54:3, 54:44, 68:9, 69:41, 70:36, 70:37, 74:52, 75:31, 75:32, 80:5, 80:6, 109:3, 109:5
o Cobaan kaum muslimin dari kaum Quraisy: 2:217, 3:140, 3:186, 3:195, 5:57, 5:58, 9:13, 9:40, 16:126, 16:127, 17:47, 17:76, 21:5, 21:6, 21:36, 22:40, 25:4, 27:70, 29:12, 34:53, 47:13, 52:30, 52:42, 60:1, 60:2, 60:9, 72:19, 83:29, 83:30, 83:31, 83:32, 83:33
o Kaum Quraisy meminta mukjizat: 2:118, 6:8, 6:37, 6:109, 6:111, 7:203, 10:20, 11:12, 13:7, 13:27, 13:38, 15:7, 17:90, 17:91, 17:93, 20:133, 21:5, 25:7, 25:8, 29:50, 98:1
o Abu Jahal menyakiti Nabi saw.
o
Orang-orang musyrik
mendustai Al qur`an: 4:140, 6:25, 6:68, 8:31, 10:15, 10:37, 10:38, 11:13, 11:35, 15:91, 16:24, 21:5, 25:4, 32:3, 34:8, 34:43, 36:69, 37:15, 42:24, 46:7, 46:11, 52:33, 68:44, 81:25, 83:13
o
Orang-orang musyrik
menuduh Nabi saw. menutup-nutupi wahyu: 81:24
o
Orang-orang musyrik
menuduh Nabi saw. mengetahui hal ghaib: 7:188
o
Kaum Quraisy menuduh
kaum Yahudi mengajari Nabi saw.: 6:105
o
Nabi saw. dituduh
sebagai penyihir: 6:7, 10:2, 11:7, 17:47, 21:3, 25:8, 34:43, 37:15, 38:4, 43:30, 46:7, 52:29, 69:42, 74:24
o
Nabi saw. dituduh
sebagai orang gila: 7:184, 15:6, 23:70, 34:8, 34:46, 37:36, 44:14, 52:29, 68:2, 68:51, 81:22
o
Nabi saw. dituduh
sebagai pembohong: 17:48
·
Perjanjian Aqabah kedua
o
Janji setia kaum wanita
pada malam 'Aqabah: 60:12
·
Persiapan untuk hijrah
o
Nabi saw. mengizinkan
para sahabat untuk berhijrah: 4:97
o
Izin Allah kepada Nabi
saw. untuk berhijrah: 29:56
o
Berhijrah di jalan
Allah: 2:218, 3:195, 4:89, 4:97, 4:100, 8:72, 8:74, 9:20, 16:41, 22:58, 24:22, 29:8, 59:8
·
Gua Tsur: 9:40
·
Nabi saw. memasuki kota
Madinah: 17:80
·
Cobaan kaum muslimin di
Madinah
o
Kaum Munafiq menyakiti
Rasulullah saw.: 4:61, 4:78, 4:81, 4:113, 5:41, 9:48, 9:50, 9:58, 9:61, 9:65, 9:74, 24:11, 63:5, 63:8
o
Orang Yahudi menyakiti
kaum muslimin: 2:142, 3:69, 3:72, 3:100, 3:111, 3:118, 3:186, 4:44, 4:46, 4:51, 5:41, 5:57, 5:58, 5:64, 58:8
o
Sikap orang-orang arab
badui terhadap Islam: 9:97, 9:98, 9:99, 9:101, 48:11, 48:12, 48:15, 48:16, 49:14, 49:17
·
Beberapa peristiwa di
tahun kedua Hijrah
o
Perang Bani Qainuqaa': 59:14
·
Beberapa peristiwa di
tahun ketiga Hijrah
·
Beberapa peristiwa di
tahun kelima Hijrah
·
Peperangan
o
Perang Uhud
§
Perang Uhud dan
pengaturan pasukan: 3:121
§
Beberapa hal pasukan dan
perang Uhud: 3:144
§
Perbuatan syetan dalam
perang Uhud: 3:155
§
Nabi saw. cidera: 3:144
o
Perang Hunain
§
Kekalahan muslimin pada
awal perang: 9:25
§
Hasil perang Hunain: 9:26
§
Janji setia tawanan
Hunain untuk memeluk Islam: 9:27
o
Perang Khandaq
§
Kegagalan pasukan Ahzab
(sekutu): 33:20
o
Perjanjian Hudaibiah
§
Kaum musyrikin
menghalangi pelaksanakan umrah: 2:114, 2:194, 2:196, 2:217, 5:2, 22:25, 48:24, 48:25, 48:26
§
Syarat-syarat perjanjian
Hudaibiyah: 60:10
§
Harta rampasan Khaibar
untuk mereka yang menghadiri Hudaibiah: 48:15
o
Perang Bani Nadhir
§
Harta yang diperoleh
dari Bani Nadhir: 59:6
o
Perang Tabuk
§
Penderitaan para sahabat
dalam perang Tabuk: 9:117
§
Perang Tabuk dalam
kondisi paceklik: 9:117
§
Sikap orang munafik
dalam perang Tabuk: 9:42, 9:44, 9:45, 9:46, 9:47, 9:49, 9:81, 9:83, 9:86, 9:87, 9:90, 9:93, 9:94, 9:95, 9:96
o
Penaklukan Kota Mekkah
§
Mimpi Nabi saw. tentang
pembukaan kota Mekah: 48:27
§
Kisah Hathib bin Abu
Balta'ah: 60:1
o Penaklukan Khaibar
§
Berita gembira
penaklukan Khaibar: 48:21
·
Beberapa surat dan
perjanjian kenegaraan (hubungan diplomasi)
o Memenuhi sumpah dan janji: 2:100, 2:177, 3:76, 3:81, 4:90, 5:1, 6:152, 8:56, 9:4, 9:7, 12:66, 13:20, 16:91, 16:92, 16:94, 16:95, 17:34, 23:8, 33:15, 33:23, 48:10, 61:2, 61:3, 70:32
Daftar Bacaan
:
-----------,
Departemen Agama RI, Al –Qur`an dan terjemah, (Jakarta: Bimbaga Depag , Thn, 1977)
-----------, Siddiqi Mazheruddin, Konsep
Qur`an tentang Sejarah, Terjemahan,
(Jakarta: Pustaka Pirdaus, cet. 2, 2003)
-----------, Mahmud Mustafa, Menangkap
Isyarat Qur`an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. 3,1994).
-----------, Akbar S. Ahmed,
Citra Muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, Terjemahan, (Jakarta:
Erlangga, 1992).
----------, Suryanegara
Mansur Ahmad, Menemukan
Sejarah,Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, cet. 3,
1996)
----------, Shihab Quraish. M, Wawasan Al-Quran, cet. 8,
(Bandung: Mizan, 1998)
----------, Umar Shihab, Kontekstual
Al-Qur`an,Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalm Al-Qur`an, (Jakarta: Peramadina, cet. 3, 2005).
----------, Mutahhari Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, Kritik Islam
atas Marxisme dan Teori Lainnya, Terjemahan, (Bandung: Mizan, 1986).
----------, Haekal Muhammad
Husain, Utsman Bin Affan,Terjemah,Ali Audah, (Jakarta, Litera
Antara Nusa,tahun,2007).
----------, Al-Munawwarah Said
Agil, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputra
Press, 2004)
-----------,
Khalil Manna al-Qattan, Fi Ulumul Quran,Terjemah,(Bogor:
Litera Antar Nusa, 2006)
----------, Hasbi as-Shiddiqy T.M,
Sejarah dan Pengantar Ilmu Alqur`an (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
----------, Ali Muhammad as-Shabuni, Pengantar Studi Alqura. Terj.
(Bandung: al-Ma’arif, 1987)
----------,
Zuhdi Masjfuk, Pengantar
Ulumul Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1993)
[1]
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan
Sejarah,Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, cet. 3, (Bandung: Mizan,
1996), h.20-21
[2] Murtadha Mutahhari,Masyarakat dan Sejarah,
Kritik Islam atas Marxisme dan Teori Lainnya, Terjemahan, (Bandung: Mizan,
1986), h.65
[3]
Ibid, h.66
[4] Ibid,
h.67
[5]
Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu al Quran, terj. Mudzakir AS
(Bogor : litera Antar Nusa, cet 3, 1973), h. 472
[6]
Ibn Khaldun, Muqaddimah , mukasurat 8, (Beirut
: Dar al-Kutb al-Ilmiyyah, 1413), h.1
[9] T.M. Hasbi
as-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), h. 1.
[10] Ibid.
[13]
Ibid.
[14] Said
Agil Al-Munawwar, Al-Qur`an
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,(Jakarta,Ciputra Press,tahun,2004),
h.16
[16] Umar Shihab, h. 16
[17] Mazheruddin Siddiqi, h.14
[18] Umar Shihab, h. 23
[19]
Philip K. Hitti, Histori Of The Arabs,
(New York : Palgrave Mac Milan, cet, II, 2006) h. 156
Tidak ada komentar:
Posting Komentar