Makalah
A. PENDAHULUAN
Dinasti Qojar adalah kerajaan yang menguasai negeri Iran selama abad ke-19 M, sampai awal abad ke-20
M. Di zaman itu Iran
sudah menghadapi perubahan-perubahan dunia baru, sejak bangkitnya Napoleon
Bonaparte dan terdesaknya kerajaan Turki Usmani. Apalagi dengan jatuhnya
kekuasaan kerajaan Mongol terakhir di anak benua India. Iran hidup terjepit di antara dua
kekuasaan r
aksasa Inggris dan Rusia. Saat itulah munculnya kerajaan Qojariyah.
aksasa Inggris dan Rusia. Saat itulah munculnya kerajaan Qojariyah.
Selama kurang lebih sembilan tahun lamanya terjadi perebitan kekuasaan
pada bangsa Iran
dalam menentukan siapa yang lebih kuat dan akan menjadi Syah in Syah di negeri
besar dan berkebudayaan kuno tersebut. Setelah banyak menumpahkan darah dan
meruntuhkan bangunan-bangunan kuno dalam peperangan yang menentukan siapa yang
lebih kuat, akhirnya Agha Muhammad Khan dapat mengalahkan lawan-lawannya da
menjadi pendiri Dinasti Qojariyah.
Makalah ini akan menguraikan tentang Dinasti Qojar, di mana
keberadaannya, kemunculannya sampai kehancurannya.
A. ASAL USUL DINASTI QOJAR
Qojar
adalah Dinasti yang berkuasa di Persia
dan berpusat di Iran
selama kurang lebih 150 tahun (1779 – 1924). Nenek moyang Dinasti Qojar adalah
bangsa Turki. Selama abad le-14, mereka bergerak memasuki kawasan Persia, Irak
dan kawasan lain di Timur Tengah. Nama Qojar sediri diambil dari nama salah
seorang tokoh mereka, yaitu Qojar Noyan, putra Sertaq Noyan, yang bekerja pada
Dinasti Ilkhaniyah sebagai tutor Gazan Khan. Karir Qojar Noyan berakhir dengan
dengan kematiannya di tangan Raja Baidu (w. 1295), karena tuduhan bersekongkol dengan
penguasa sebelumnya yaitu Gaykatu (1291 – 1295)[1].
Pada awal abad ke-16, suku Qojar
tampil memainkan peran dalam pejalanan sejarah Islam ketika ia besama enam suku
Turki lainnya bergabung dalam barisan tentara Qizilbash ikut mendirikan Dinasti
Safawi. Mengiringi kejatuhan Dinasti
Safawi, Persia
memasuki masa panjang pergolakan politik dan sosial. Suku Bakhtiyari, Qasyqayi,
Afsyari, Zand dan Qojar saling betempur memperebutkan dominasi pusat kekuasaan.
Pergolakan politik dan sosial tersebut baru berakhir ketika Aga Muhammad Khan,
dari suku Qojar berhasil menduduki singgasana kerajaan. Kemudian ia menggalang
aliansi militer dengan suku Bakhtiyari dan Afsyari untuk menaklukkan wilayah
tengah Persia.
Dan dengan bantuan penguasa propinsi Syiraz, Aga Munammad Khan berhasil
mengalahkan Dinasti Zand, sehingga daerah selatan Persia jatuh ke tangannya[2]. Pada
tahun 1779 Aga Muhammad Khan menjadi penguasa de facto atas hampir seluruh wilayah Persia.
B. PERKEMBANGAN DINASTI QOJAR
|
Pada
masa pemerintahan Agha Muhammad Khan, banyak disibukkan dengan perluasan
wilayah-wilayah kekuasaannya seperti propinsi Syiraz, Isfahan,
Tabriz dan
Masyhad. Dia memusatkan kekuasaannya di Teheran sebagai ibu kotanya[3].
Ciri-ciri pada masa kekuasaan Aga Muhammad Khan
a.
Kepemimpinan Negara didasarkan
kepada adat istiadat kesukuan dengan melibatkan secara langsung pemimpin Negara
untuk membangun jaringan antarsuku.
b.
Mengadakan kerjasama antarsuku
guna memerangi suku lain yang menjadi saingannya, sekaligus memperkuat
kekuasaannya sendiri[4].
2. Fath Ali Syah (1797 – 1834)
Ciri-ciri pada
masa kekuasaan Fath Ali Syah
- Pengembangan birokrasi Negara pada seluruh level pemerintahan dengan Teheran sebagai pusat kekuasaannya.
- Pembangunan angkatan bersenjata yang permanen.
- Pemberlakuan etika kerajaan sebagaimana dipakai oleh kerajaan Persia Kino[5].
Perkembangan dan perubahan birokrasi pemerintahan dan
angkatan bersenjata tersebut berkaitan erat dengan masuknya pengaruh Eropa ke Persia
pada awal abad ke-19. Namun, masuknya Negara-negara Eropa seperti Rusia dan
Inggris memiliki misi tertentu untuk menguasai daerah kekuasaan Qojar Persia.
Pada tahun 1813, Dinasti Qojar mengalami kekalahan perang dengan Rusia,
sehingga harus menandatangani perjanjian Gulistan yang menyatakan bahwa daerah
Georgia, Kaukasus dan pengawasan pelayaran Laut Kaspia menjadi daerah kekuasaan
Rusia, yang sebelumnya menjadi kekuasaan Dinasti Qojar. Hal tersebut menurunkan
reputasi Dinasti Qojar di mata rakyat[6].
Rusia memperlakukan rakyat terutama para ulama dan penduduk
muslim dengan kejam di daerah Kaukasus, ini merupakan ancaman langsung terhadap
eksistensi umat Islam di Persia. Melalui mimbar khotbah dan pengajian, ulama
mendesak pemerintah untuk melaksanakan jihad melawan Rusia. Fath Ali Syah
memenuhi tuntutan rakyat sehingga pada tahun 1826 ia menyatakan perang melawan
Rusia. Namun, untuk kedua kalinya Qojar mengalami kekalahan dan harus
menandatangani perjanjian Turkomanchai pada tahun 1828 yang menyatakan:
1.
Propinsi Erivan dan Nakhichevan
harus diserahkan kepada Rusia
2.
Rusia mendapat konsesi tarif yang
rendah di bidang perdagangan
3.
Rusia mendapatkan rampasan perang
yang banyak
4.
Kebebasan memberlakukan hokum
Rusia bagi orang Rusia yang berada di Kerajaan Qojar[7].
Di pihak lain, perjanjian Turkomanchai
ini mengakibatkan ekonomi rakyat lumpuh karena mereka terkena beban pajak dan
tariff yang tinggi. Pemberontakan suku-suku timbil di mana-mana, sehingga
stabilitas politik terganggu dan pusat pemerintahan Teheran menjadi lemah.
Kondisi yang demikian terus berlangsung hingga Fath Ali Syah wafat pada tahun
1834[8].
3.
Muhammad Syah (1834 – 1848)
Pengangkatan Muhammad Syah sebagai raja
Dinasti Qojar berjalan lancar berkat keterlibatan diplomatic Inggris dan Rusia.
Bahkan inggris memberikan dukungan langsung secara militer dalam rangka
menindas gerakan oposisi suku-suku local terhadap tahta kekuasaan Muhammad
Syah. Dan sebagai imbalannya Muhammad Syah memberikan konsesi di bidang tarif
dan hak ekstra territorial pada tahun 1836 dan 1841, pimpinan Qojar
menandatangani pakta perjanjian. Pakta ini menguntungkan Inggris karena
memperoleh keistimewaan-kwiatimewaan sebagaimana diberikan penguasa Qojar
sebelumnya kepada Rusia.
Meningkatnya pengaruh Inggris dan
Rusia menghadirkan dampak yang sangat dalam terhadap kehidupan rakyat Persia.
Perkembangan industrialisasi di Eropa yang begitu pesat tidak saja membutuhkan
bahan mentah untuk mekanisme industri, melainkan juga membutuhkan daerah-daerah
untuk pemasaran produksi yang dihasilkan. Konsesi yang diberikan kepada Inggris
dan Rusia telah menghasilkan perdagangan bebas di Persia
dan mengakibatkan ekonomi Eropa semakin menusuk jantung perekonomian masyarakat
Persia.
Barang yang diproduksi oleh berbagai pabrik di Inggris dan Rusia dengan harga
murah dan tarif import yang rendah mulai membanjiri Persia. Sebaliknya, para pedagang
local menjadi lemah karena kualitas barangnya lebih rendah dan harus membayar
pajak yang tinggi.
Cengkraman kekuatan asing terhadap
berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi perdagangan, yang menyebabkan
kelumpuhan ekonomi rakyat, telah menumbuhkan kebencian dan perlawanan terhadap
kekuatan asing tersebut. Diantara gerakan perlawanan terpenting pada masa
Muhammad Syah adalah perlawanan kelompok masyarakat Syi’ah Ismailiyah di bawah
pimpinan Aga Khan, di wilayah Iran
tengah dan selatan. Namun, Dinasti Qojar dengan bantuan militer Inggris dapat
memukul mundur perlawanan tersebut. Di samping itu juga ada gerakan perlawanan
yang dikenal dengan gerakan Mesiah, Pendiri gerakan ini adalah Sayid Ali
Muhammad yang lahir di kota
Syiraz pada tahun 1819. dalam waktu yang relative singkat (1844 -1850)[9],
gerakan ini telah menjadi gerakan perlawanan yang bersifat nasional dan telah
menggoncang stabilitas politik Dinasti Qojar dan kepentingan asing di dalam
negeri Qojar. Di tengah situasi seprti ini, Muhammad Syah meninggal dunia pada
tahun 1848[10].
4.
Nasiruddin Syah (1848 – 1896)
Di bawah perlindungan dan jaminan Inggris Rusia, Nasiruddin Syah, naik
menduduku tahta kerajaan dan menjadi penguasa Qojar yang paling lama berkuasa
yakni dari tahun 1848 sampai 1896. Awal kekuasaan Nasiruddin Syah disibukkan
dengan pemberontakan gerakan Mesiah. Pada tahun 1850 Nasiruddin dapat menangkap
dan mengeksekusi pimpinan gerakan Mesiah, Sayid Ali Muhammad, dengan dukungan
dan bantuan Inggris dan Rusia. Kesuksesan membasmi gerakan Mesiah tidak
menjadikan Dinasti Qojar semakin mandiri. Sebaliknya, Dinasti Qojar semakin
terjerembak dalam kekangan Inggris dan Rusia. Beberapa daerah kekuasaannya seperti
Tashkent, Samarkand
dan Bukhara dicaplok
oleh Rusia. Dan pada tahun 1857 Nasiruddin mengalami kekalahan perang dan harus
menandatangani perjanjian Paris
yang menyatakan bahwa:
1.
Qojar harus keluar dan membebaskan
daerah Heart
2.
Qojar harus mengakui kemerdekaan Afghanistan
3.
Memberikan konsesi perdagangan
yang lebih luas kepada Inggris[11].
Pada tahun 1872 Nasiruddin mengadakan kerjasama dengan
perusahaan Baron de Reuter dari
Inggris untuk melakukan modernisasi dengan mengadakan perubahan-perubahan
diantaranya:
a. Di bidang Ekonomi
1.
Pembangunan jalan rel kereta api
2.
Pengadaan listrik
3.
Mengekplorasi sumber mineral dan
logam
4.
Membangun kanal dan irigasi
seluruh negeri
5.
Membangun jalan raya
6.
Membangun jaringan telepon
7.
Membangun pabrik-pabrik
8.
mendirikan bank nasional
b. Di bidang
Militer
1. Pendidikan prajurit yang memadai
c. Di bidang
Pendidikan
1. Mendirikan perguruan tinggi
modern “Darul Funun”
2. Administrasi dan birokrasi
berbasis kekuasaan pemerintah pusat ala Eropa.
3. Penterjemahan buku ilmu pengetahuan dari bahasa
Eropa ke dalam bahasa Persia[12]
Dengan demikian, periode ini merupakan masa awal yang berpengaruh besar
pada kebangkitan dunia pendidikan Iran di kemudian hari.
Pada tahun 1890, Nasiruddin
memberikan konsesi kepada perusahaan Talbot
dari Inggris untuk memonopoli produksi, penjualan dan ekspor tembakau yang
banyak ditanam petani Iran.
Modernisasi yang dilakukan oleh Nasiruddin Syah menimbulkan kebencian dan
perlawanan masyarakat. Para intelektual
menyerang kediktatoran para penguasa dan praktek korupsi yang meluas di
kalangan penguasa. Kaum Bazari, memprotes atas konsensi yang diberikan Syah
kepada orang asing yang mengakibatkan mereka bangkrut dan kalah bersaing. Para petani memprotaes rendahnya daya jual hasil
pertaniannya. Dan para ulama memandang bahwa kuatnya pengaruh asing akan
membahayakan keberadaan agama Islam di Iran.
Berbagai kebencian tersebut
kemudian berkembang menjadi perlawanan nasional pada tahun 1891 – 1892. Ulama,
intelektual, kaum Bazari, petani dan sebagian aparatur pemerintah berkoalisi
berdemonstrasi di berbagai kota penting seperti
Syiraz, Isfahan, Tabriz dan Masyhad. Sebuah fatwa dikeluarkan
oleh Mirza Husein Syirazi, pemimpin ulama tertinggi (Marja’ at-Taqlid) komunitas Syi’ah, untuk melakukan boikot terhadap
monopoli tembakau dan penghapusan konsesi yang diberikan kepada Inggris. Inilah
yang kemudian disebut sebagai “The
Tobacco Movement”. Akhirnya Nasyiruddin Syah mengabulkan tuntutan para
demontran dan sebagai akibatnya Dinasti Qojar menanggung hutan 500.000 pound
sterling[13].
Untuk membayar hutang Nasiruddin meminjam kepada Rusia. Hal tersebut
membuat kemarahan rakyat timbul kembali dan pada tahun 1896 Nasiruddin Syah
akhirnya dibunuh oleh salah seorang pengikut al-Afgani.
5.
Muzaffaruddin Syah (1896 – 1907)
Di bawah pemerintahan Muzaffaruddin Syah, keadaan Dinasti Qojar semakin
melemah. Masa kekuasaannya lebih banyak diwarnai oleh perebutan pengaruh antara
Inggris dan Rusia, oposisi rakyat semakin kuat dan hutang yang semakin banyak.
Pada tahun 1900 Syah mendapat pinjaman dari Rusia sebesar 2.400.000 pound
sterling dan dua tahun kemudian 1902 menerima penjaman kembali sebesar
10.000.000 rubel. Hutang Syah yang meninggi, cengkeraman Rusia dan Inggris yang
semakin kuat serta memburuknya perekonomian rakyat membuat suhu kebencian oposisi
rakyat terhadap Dinasti Qojar semakin menaik. Situasi yang demikian membuat
terwujudnya apa yang dikenal dalam sejarah dengan “Revolusi Konstitusional
(1905 – 1911)[14]
Revolusi tersebut memaksa agar Muzaffaruddin mendirikan Majelis Nasional,
yang akhirnya didirikan pertama kali pada awal Agustus 1906 di Iran.
Dengan kehadiran Majelis Nasional tersebut kehidupan rakyat mengalami perubahan
hingga meninggalnya Muzaffaruddin Syah pada tahun 1907.
6. Muhammad Ali Syah (1907 – 1909)
Muhammad Ali Syah sangat membenci Majelis Nasional dan berambisi untuk
membubarkannya. Dengan menggunakan kekuaran militer dan dibantu oleh Rusia
akhirnya Syah dapat membekukan Majelis Nasional bahkan membunuh beberapa
anggata Majelis Nasional.
Kejadian tersebut membuat perlawanan rakyat meluas kembali dan menuntut
agar Majelis Nasional bentuk kembali. Pada tahun 1909 akhirnya Majelis Nasional
dibentuk kembali dan menuntut agar Muhammad Aki Syah Mundur dari jabatannya. Dan
digantikan oleh putranya[15].
7. Ahmad Syah (1909 – 1925)
Dinasti Qojar tidak mengalami kemajuan yang berarti di bawah pimpinan
Ahmad Syah. Bahkan sebaliknya, kesatuan kedaulatan Qojar terpecah-pecah,
wilayah utara Iran
di bawah pengawasan Rusia, wilayah selatan di bawah pengawasan Inggris dan
hanya wilayah tengah yang sempit sebagai zona netral. Di tambah lagi selama
perang dunia 1, Iran
digunakan sebagai salah satu medan
pertempuran yang membuat Qojar semakin terpojok dan mengalami kerusakan ekonomi
yang parah.
Lemahnya kekuasaan pusat Dinasti Qojar dimanfaatkan oleh Reza Syah,
seorang militer karir, yang melakukan persiapan untuk mengambil alih kekuasaan.
Dengan menggalang aliansi bersama Kabinet Ziauddin dan Qawam as-Sultanah,
posisi reza Syah semakin kuat. Dengan dukungan militer yang terdidik secara
modern dan terlatih, Reza Syah kemudian mengontrol hamper seluruh birokrasi
pemerintahan. Dan pada tahun 1925 Reza berhasil mengahiri keberadaan Dinasti Qojar
dengan memecat Ahmad Syah sebagai penguasa terakhir. Sebagai gantinya, Reza
memproklamirkan berdirinya Dinasti Pahlevi dan ia sendiri menjadi raja yang pertama[16].
C. KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DICAPAI DINASTI
QOJAR
Pada
masa pemerintahan Nassiruddin Syah dengan
bantuan kapitalis-kapitalis asing (Inggris), Baron Julius de Reuter mengadakan pembangunan
lintasan kereta api, menambang sejumlah tambang mineral dan baja, membangun
kanal dan proyek irigasi, proyek jalan raya, telegrap, dengan royalti pada Shah
Qojar. Tahun 1889 dengan
bantuan Inggris Bank Kerajaan (Imperial Bank) didirikan. Tahun 1890
sebuah perusahaan swasta Inggris (Mr. Talbot) diberi hak monopoli industri
tembakau Iran termasuk memonopoli penjualan dalam negeri maupun ekspor.
Tembakau adalah komoditas yang populer dan digemari oleh masyarakat Iran pada
saat itu. Rusia juga mendirikan Discount Bank of Persia di Teheran pada
tahun 1891.
Darul Funun didirikan di Teheran pada tahun 1851, Sekolah Politeknik
yang merupakan salah satu bagian dari modernisasi yang dicanangkan oleh Mirza
Taqi Khan Amir Kabir (Perdana Menteri Nassiruddin Qajar). Darul Funun
merupakan lembaga pendidikan yang cenderung sekuler, berbeda dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang dirikan komunitas agama.
Darul Funun juga berfungsi sebagai pencetak tenaga militer
yang baru dalam bidang balistik (roket militer) dan teknik militer serta
pegawai sipil. Demikian juga di bidang pengobatan, ilmu pengetahuan dan
matematika. Buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam Bahasa Persia, banyak pula
majalah dan buku yang diterbitkan. Sekolah-sekolah missionaris yang didirikan
di Iran juga banyak mendatangkan teknik-teknik Barat ke Iran. Bahkan antara
tahun 1878 dan 1880 penasihat Rusia dan Austria turut membantu Iran dengan
mengorganisir kembali pasukan kaveleri dan membentuk Brigade Cossack (Kozak) [17].
D. KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI QOJAR
Sebagai akibat interaksi antara Iran
dengan bangsa Barat. Berkembang paham-paham baru dari Barat serta bertambahnya
kaum intelektual di Iran pada masa sesudahnya. Adanya pandangan bahwa
modernisasi Iran adalah satu-satunya cara yang efektif untuk melawan kekuasaan
asing dan untuk memperbaiki kondisi kehidupan sebagian besar masyarakat Iran.
Komunitas yang terdiri atas orang-orang yang berpendidikan Barat dan pejabat
pemerintah Qajar yang terlibat dengan Eropa serta komunitas minoritas yang
lebih radikal berkolaborasi dalam gerakan yang menentang Shah Qajar (negara).
Antara tahun 1891-1892 komunitas agama
bersama dengan pedagang, intelektual liberal serta para pegawai mengadakan
demonstrasi besar-besaran dan memboikot monopoli tembakau pada perusahaan
Inggris. Para ulama memimpin demonstasi ini di berbagai kota seperti Shiraz,
Isfahan, Tabriz dan Mashad, yang terkenal dengan Pemberontakan Tembakau (Tobacco
Protest 1891-1892).
Peristiwa penting di Iran pada awal abad
ke-20 selain ditemukannya sumber minyak bumi adalah ”Revolusi Konstitusional".
Peristiwa yang terjadi pada periode Dinasti Qajar ini mengakhiri kekuasaan
absolut raja. Revolusi ini merupakan bentuk gerakan nasionalisme rakyat Iran
pada abad ke-20.
Pada tahun 1925 Dinasti Qojar ditumbangkan oleh Dinasti Pahlevi.
Terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan hal ini terjadi. Faktor
internal yang paling menonjol adalah lemahnya pemerintahan pusat dan terjadinya
pemberontakan-pemberontakan lokal. Berbagai pemberontakan itu tidak mampu
dibendung dan diredam oleh pemerintahan pusat sebagai pengendali utama
keamanan, semakin lama pemberontakan itu menggerogoti kekuasaan Dinasti Qojar
dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk berlawanan dengan
kekuasaan Dinasti Qojar[18].
Faktor eksternal yang muncul adalah pecahnya Perang Dunia I yang menjadikan Iran sebagai arena pertempuran, walaupun secara politik posisi Iran dalam perang itu adalah netral. Rusia ngotot untuk mempertahankan cadangan minyak di Baku dan Laut Kaspia. Tentara Ru¬sia terlibat dalam pertempuran sengit dengan tentara Turki di Iran barat laut. Imperialis Inggris, di pihak lain, mempertahankan kepentingan mereka di ladang minyak Khuzistan. Situasi pelik dan kacau demikian itu menyulut Sayid Ziauddin Taba Tabai, seorang politisi Iran, dan Reza Khan, seorang perwira kavaleri, memanfaatkan situasi untuk melancarkan pemberontakan atas dinasti Qojar.
Faktor eksternal yang muncul adalah pecahnya Perang Dunia I yang menjadikan Iran sebagai arena pertempuran, walaupun secara politik posisi Iran dalam perang itu adalah netral. Rusia ngotot untuk mempertahankan cadangan minyak di Baku dan Laut Kaspia. Tentara Ru¬sia terlibat dalam pertempuran sengit dengan tentara Turki di Iran barat laut. Imperialis Inggris, di pihak lain, mempertahankan kepentingan mereka di ladang minyak Khuzistan. Situasi pelik dan kacau demikian itu menyulut Sayid Ziauddin Taba Tabai, seorang politisi Iran, dan Reza Khan, seorang perwira kavaleri, memanfaatkan situasi untuk melancarkan pemberontakan atas dinasti Qojar.
PENUTUP
Terlepas dari kelemahan yang ada, Dinasti Qojar telah memainkan peran
penting dalam mengenalkan program modernisasi, baik di dalam bidang pendidikan,
politik, ekonomi, maupun militer. Yang di kemudian hari memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi terbentuknya Negara Iran modern.
PENGUASA DINASTI QOJAR
- Agha Mohammad Khan Qojar (1794-1797)
- Fath Ali Shah (1797-1834)
- Mohammad Shah Qojar (1834-1848);
- Nasser-al-Din Shah (1848-1896)
- Mozaffar al-Din Shah Qojar (1896-1907)
- Mohammad Ali Shah (1907-1909)
- Soltan Ahmad Shah Qojar (1909-1925)[19]
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jakarta:
Perpuatakaan Nasional RI, cet II, 2003.
Chair, Abdl. Dkk. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.
t.t. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve
Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Nasional PTE
LTD Singapura, Cet. V, 2005.
Hamka, Sejarah Ummat Islam Jilid III. Jakarta:
Bulan Bintang, 1960.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam III, Jakarta:
Grafindo, 2000.
Soebantardjo, Sari Sejarah Asia-Australia,
Yogyakarta: Bopkri, 1957.
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2005.
Esposito, John L. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Jilid II, Bandung: Penerbit Mizan. 2001.
[1]
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam (Jakarta:
Perpuatakaan Nasional RI, cet II, 2003), h. 169 – 170.
[2]
Abdullah, Islam., h. 170
[3] Http://www.pesantrenonline.com
[4]
Abdullah, Islam., h. 170
[5]
Abdullah, Islam., h. 170
[6]
Abdullah, Islam., h. 171
[7]
Abdullah, Islam., h. 170
[8]
Abdullah, Islam., h. 170
[9]
Hamka, Sejarah Umat Islam (Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura, Cet. V, 2005), h. 474
[10]
Abdullah, Islam., h. 172
[11]
Abdullah, Islam., h. 173
[12]
Abdullah, Islam., h. 173
[14]
Abdullah, Islam., h. 175
[15]
Abdullah, Islam., h. 175
[16]
Hamka, Sejarah, h. 478
[18] Soebantardjo, Sari Sejarah
Asia-Australia (Yogyakarta: Bopkri, 1957), h. 124
[19]
Http://www.kadjarfamily.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar