1. PENDAHULUAN
Al-qu`ran adalah kitab suci umat Islam
yang keotentikannya sangat dijaga,baik oleh yang memfirmankannya maupun umat
yang mengimaninya. Proses pendistribusian Firman Allah dari asalnya sampai
kepada ummatnya sehingga menjadi seperti yang berada dan dimiliki umat Islam
saat ini,membutuhkan waktu yang relatif panjang dan silih bergantinya
asbab-asbab yang bervariasi.
Peristiwa demi peristiwa yang
terjadi di kalangan umat Islam membuat semakin terwujudnya kesempurnaannya
untuk dapat dengan cepat dan mudah dipelajari dan dipahami oleh yang mengimaninya.
Makalah ini merupakan salah satu
upaya untuk mendalami tentang sejarah
Mushaf al-qur`an,dan makalah ini berisi tentang bagaimana Al-qur`an yang dulunya berada dalam dada huffaz
dan para qurro ,diaktualisasikan dalam bentuk mushaf,dan dulunya mushaf ini berserakan
dalam berbagai benda yang dapat ditulis,dihimpun dalam bentuk satu kitab
sehingga menjadi pedoman dan bahan rujukan setiap umat Islam yang ingin
menulisnya kembali.
Selanjutnya pada
masa Usman ibn Affan(khalifah ketiga) perselisihan di kalangan Umat Islam dalam
hal bacaan ,yang satu sama lain berlainan,sehingga dapat dilakukan upaya
mempersatukan kembali keseragaman bacaan dengan terselesaikannya Mushaf Usman.
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas merupakan bukti bahwa adanya sinergitas antara
Firman Allah dengan upaya-upaya Usmat Islam dalam hal menjaga dan menghormati
Alqur`an.
II.
History Pembukuan Alqur`an
a. Masa Abu bakar
Dalam pembahasan tentang Mushaf
Usman tidak dapat mengetahui kesempurnaan penyusunannya sebelum terlebih dahulu
membahas bagaimana upaya kronologis pembukuan yang dilakukan pada masa khalifah
Abu Bakar ra.Karena Mushaf Usman secara kronologis Historisnya merupakan
kelanjutan penyempurnaan Mushaf yang dihasilkan pada masa Abu Bakar.Sejarah
pengumpulan Alqur`an masa Abu Bakar memiliki proses panjang sehingga menjadi
sebuah mushaf adalah :
1. Latar Belakang
Di baiatnya Abu Bakar ra
sepeninggal Rasulullah saw menjadi khalifah,berbagai masalah timbul kepermukaan,antara
lain;munculnya Nabi-Nabi palsu,banyaknya kaum muslimin yang murtad
kembali,serta pembangkangan untuk menunaikan kewajiban zakat,ini merupakan
masalah yang banyak menyita waktu dan potensi kekhalifaan Abu Bakar, bahkan tidak
jarang ditempuh dengan jalan pertempuran untuk menyelesaian masalah yang timbul
Pertempuran demi pertempuran pada masa Abu Bakar hingga yang terjadi di Yamamah
yang banyak menelan korban khususnya para Qurro/Huffaz(para sahabat Nabi yang
menghafal Alqur`an) ± 70 orang syuhada,peristiwa ini membuat Umar ibn Khattab
menjadi risau tentang”masa depan Alqur`an”.Karena itu beliau mengusulkan kepada
khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ditulis pada
masa Rasul”.[1]
Kerisauan Umar dalam hal ini adalah
sangat wajar dan pantas sebagai seorang muslim sejati yang mendalami makna
Alqur`an yang nantinya akan dapat membuat umat dalam perselisihan tentang
keotentikan Alqur`an di masa datang. Usulan Umar tidak langsung diterima oleh
Abu Bakar,mengingat Rasulullah tidak ada memerintahkan sehingga Abu Bakar
memiliki pendapat,apakah tidak menyalahi melakukan sesuatu yang besar ini yang
tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah,namun dengan cara Umar meyakinkan Abu
Bakar akhirnya menerima usulan yang baik tersebut.
Demikian pula hal Zaid ibn Tsabit
yang ditugas kan untuk menulis,awalnya sama dengan Abu bakar sikap dan
pendapatnya tentang hal ini,demikian juga sahabat-sahabat yang lain,akan tetapi
akhirnya usulan tersebut dapat disepakati juga.
“Penulisan dan
pengumpulan Alqur`an di masa Rasulullah dikelompokkan menjadi dua
kategori,yaitu;pertama pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan
serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab”.[2]
Ada
3 faktor yang menyebabkan Alqur`an tidak dikumpulkan menjadi satu shuhuf yakni;
1). Tidak adanya
faktor pendorong karena Rasulullah masih hidup
2). Alqur`an
diturunkan secara berangsur-angsur
3). Masih adanya
ayat-ayat yang mansukh
2. Proses
Pembukuan Alqur`an
Abu Bakar mengangkat Zaid ibn Tsabit sebagai penulis
kembali shuhuf-shuhuf yang ada di tangan para sahabat seraya mengucapkan”Engkau
telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah,oleh karena itu carilah Alqur`an dan
kumpulkanlah”.[3] Zaid di samping
juru tulis wahyu pada masa Rasulullah juga memiliki kelebihan seperti;Terkenal
dengan qiroatnya,pemahamannya serta kehadirannya pada pembacaan yang terakhir
kali.
Dalam memulai pengumpulannya Abu
Bakar mengeluarkan dekrit kepada Umat Islam untuk berpartisipasi. Proses
tersebut dilakukan di dalam Masjid Nabi sebagai pusat berkumpul.
Dalam memberi respon terhadap instruksi
seorang khalifah,Umar berdiri di depan pintu gerbang Masjid, mengumumkan pada
setiap orang yang memiliki tulisan ayat Alqur`an yang dibacakan oleh Nabi
Muhammad agar membawanya ke Masjid. Bilal juga melakukan hal yang sama dengan
umar dengan pergi keseluruh lorong-lorong di jalan-jalan di Kota Madinah”.[4]
Proses pengumpulan dan penulisan
selanjutnya yang dilakukan oleh Zaid sangatlah hati-hati sekali,dan tidak
langsung menerima tulisan-tulisan Alqur’an di pelepah kurma,kulit dan
papan begitu saja,sebelum melakukan
verifikasi dengan cara zaid sendiri,sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abu Daud
tentang himbauan Umar terhadap kaum muslimin,”mereka menuliskan Alqur`an itu
pada lembaran kertas,papan kayu dan pelepah kurma dan zaid tidak mau menerima
seseorang mengenai Qu’ran sebelum disaksikan oleh dua orang saksi.”[5]
Hal ini di lakukan zaid
sebagai sikap kehati-hatiaan sekalipun ia hafal betul tentang tulisan yang
diberikan kepadanya,cara ini dilakukan sebagai upaya mempertegas instruksi
khalifah Abu Bakar yang berkata kepada umar dan zaid”duduklah kamu berdua di
depan pintu masjid,bila ada yang datang padamu membawa dua orang saksi atas
sesuatu dari kitab Allah maka tulislah”.[6]
dalam pengumpulan dan penulisan Alqur`an yang dilakukan zaid tidak semuanya ia miliki dan dapat
dikumpulkan,karena ketika sampai pada penulisan surat at-taubat pada akhir ayat
beliau tidak menemukan tulisannya yakni ;
لقد كان لكم رسول من انفسكم عزيز عليكم
ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءف رحيم
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rosul dari
kaummu sendiri,berat terasa olehnya penderitaan,sangat menginginkannya
(keimanan dan keislaman)bagimu,amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang muslim.[7]
Dengan
kerja keras zaid akhirnya tulisan ayat tersebut di atas dapat ditemukan dari tangan
sahabat Abu khuzaimah al-anshari. Dengan demikian selesailah mushaf I yang
ditulis Zaid dan disimpan oleh khalifah Abu Bakar,selanjutnya Umar dan terakhir
ditangan Habsah binti umar(istri Rasul).
Sebelum
selesainya mushaf tersebut telah ada mushaf-mushaf pribadi yang dimiliki oleh
para sahabat seperti mushaf Ali bin Abi Thalib,Ibnu Mas’ud dan Ubai bin Ka’ab.
b. Usman bin Affan
1. latar belakang
Pada masa
khalifah Usman bin Affan perluasan daerah Islam semakin berkembang dengan pesat sekaligus penataan pemerintah juga
meningkat,dan diiringi tentunya dengan pembangunan daerah kekuasaan Islam ketika itu. Islam pada masa itu sudah
tersebar sampai ke wilayah Afrika,Syria,Persia,Tripoli Barat dan Armenia serta
Azerbaizan.
Disatu sisi perkembangan dan perluasan
daerah kekuasaan Islam sangat menggembirakan,namun disisi lain menimbulkan
kekhawatiran yang mendalam terutama perselisihan antara umat Islam dalam bidang
bacaan,maka pada masa tahun ketiga pemerintahan Usman telah terjadi peperangan
dengan Armenia dan Azerbaizan yang diikuti oleh Khuzaimah al-Yamaninyang
membawa sejumlah pasukan kedaerah tersebut,”dalam perang tersebut terdapat
banyak orang syam yang membaca Alqur`an menurut bacaan Miqdad bin Aswad dan Abu
Musa al-Asyary,sedang yang lain lebih suka menurut bacaan Zaid bin Tsabit”.[8]
Perselisihan pun terjadi satu sama lain dan mengklaim kebenaran bacaan masing –
masing,serta menyalahkan bacaan yang lainnya,ini merupakan pengaruh dari para
Qurro/Huffaz yang dikirim ke daerah-daerah yang ditaklukkan sebagai guru dalam
menyebarkan ajaran Islam. Melihat ini Khuzaimah langsung menemui khalifah Usman
ke Madinah dan menyampaikan pengalamannya.” Cepat selamatkan umat ini sebelum
menemui kehancuran!mengenai apa?tanya Usman,” Mengenai Kitabullah...saya
khawatir mereka akan berselisih tentang kitab suci kita seperti orang-orang
Yahudi dan Nasrani”.[9]
Demi mendengar penuturan Khuzaimah inilah
Usman pun mengeluarkan dekrit,”mengundang para sahabat Ansar dan Muhajirin
bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut,akhirnya
dicapai suatu kesepakatan agar mushaf Abu Bakar disalin kembali menjadi
beberapa mushaf”.[10]
III. Pemahaman Lisan Quraisy
Dalam upaya Usman untuk menyalin dan menyempurnakan
mushaf Quran dari mushaf Abu bakar,beliau menginstruksikan tentang penyeragaman
bacaan Alqur`an,usman memerintahkan Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair,Sa`id
bin Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk menyalinnya”merekapun
menyalinnya menjadi beberapa mushhaf dan Usman berkata kepada ketiga orang
quraisy itu;
اذااختلفتم وزيدبن ثابت في شيىءمن
القران فاكتبوبلسان قريش
فانه انما نزل بلسا نهم
Persi lain mengatakan bahwa Usman berkata kepada
mereka para penulis :
“Jika ada yang mereka perselisihkan supaya ditulis
menurut logat murdar”
Setelah mushaf tersebut selesai
ditulis dalam beberapa mushaf (ada yang menyatakan 4,ada juga 5 atau 7) lalu
dikirimlah mushaf-mushaf tersebut kedaerah-daerah kekuasaan Islam,dan
menghimbau seluruh umat Islam baik para sahabat dan tabi`in maupun para Qurro
,agar mengumpulkan mushaf mereka dan membakarnya.Hanya Mushaf Usman yang
dijadikan acuan. Adapun Mushaf yang berada di Madinah disebut mushaf Imam,atas
tindakan Usman dalam hal ini Ali bin Abi Thalib berkata;”Orang yang paling
besar jasanya dalam mengumpulkan Alqur`an ialah Abu Bakar,dialah yang pertama
sekali menghimpun quran menjadi dua loh”tetapi jasa Usman juga tidak kurang
dari jasa Abu Bakar,dengan diturunkan
dengan langkahnya mengoreksi adanya perbedaan(dalam ragam bacaan) dan
menghindari perselisihan”.[11]
Dari tindakan dan langkah Usman inilah bacaan Alqur`an hingga kini menjadi
seragam dengan logat bacaan arab quraisy,sebab Alqur`an diturunkan dengan bahasa
arab Quraisy.
IV. Panitia Pembukuan Alqur`an
Dalam melakukan tugas untuk membukukan Alqur`an Usman
membentuk sebuah tim kepanitiaan yang bertugas untuk menyalin mushaf Alqur`an
yang ada di tangan Habsah,karena mushaf tersebut dipandang sebagai mushaf
standar. Menurut jumhur Ulama tim penulis mushaf Alqur`an juga merupakan tim
penulis Wahyu pada zaman rasulullah yaitu; Zaid bin Tsabit,Abdullah bin
Zubair,Sa`id bin Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam”.[12]
Panitia penulis dan pengumpul Alqur`an masa Usman melakukan tugas mereka dengan
sangat hati-hati serta kerjasama yang solid satu sama lain,dan dengan seksama
memeriksa kembali hasil kerja penelitian tersebut. Dalam persi lain menyatakan
bahwa panitia yang dibentuk 12 orang,hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu
Sirin(w 110 H)
عن محمد ابن سيرين،أن عثمان جمع اثنى
عشر رجلا من قريش
والانصارفيهم ابى بن كعب وزيدبن ثابت
في جمع القران
Ketika Usman memutuskan untuk menyatukan Alqur`an,dia
mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari kedua-dua suku
quraisy dan ansar diantara mereka adalah Ubay bin Ka`ab dan Zaid bin Tsabit”.[13]
Yang
terpenting bagi umat Islam dapat terselesaikan mushaf Alqur`an pada tahun 25 H
dan tidak begitu penting berapa sebenarnya jumlah panitia dan tahun
penyelesaiannya. Panitia dalam melakukan tugas menyelesaikan mushaf tersebut
sebagai upaya menghilangkan peselisihan serta perpecahan di antara umat Islam
hanya karena perbedaan bacaan,ada beberapa karakteristik mushaf Usman antara
lain;
1. Ayat-ayat Alqur`an yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat
mutawatir
2. Tidak memuat ayat-ayat mansukh
3. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib
sebagaimana Alqur`an yang kita kenal sekarang,tidak seperti mushaf Alqur`an
yang ditulis pada masa Abu Bakar yang hanya disusun menurut urutan turunnya
wahyu
4. Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong Alqur`an
5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek quraisy saja”.[14]
V. Rasam Usman
Pada masa kekhalifaan Usman sedang
memerintah,salah satu usaha yang mulia yang beliau lakukan adalah membukukan
Alqur`an dari mushaf Abu Bakar menjadi beberapa mushaf,usaha ini dilatar
belakangi adanya perbedaan qiraat Alqur`an di kalangan umat Islam di berbagai
wilayah kekuasaan Islam.Untuk itulah Usman membentuk panitia penulisan mushaf
kembali dengan maksud mempersatukan usmat Islam dalam hal bacaan Alqur`an.
Usman memerintahkan untuk
menuliskan satu mushaf untuk syam, satu mushaf untuk mesir,satu mushaf
dikirimkan ke Basrah,satu mushaf untuk kufah,untuk Mekkah dikirim satu
mushaf,dan untuk yaman juga satu mushafmsatu mushaf ditinggalkan di
Madinah,,,dan orang menamakannya mushaf Usman,sebab ditulis atas perintah Usman
kendati tidak ditulis dengan tangannya sendiri. Sesudah mushaf-mushaf itu
dikirimkan ke kota-kota tadi dan khalifah mewajibkan supaya bacaan itu yang
dipakai,ia memerintahkan mushaf-mushaf yang lain dikumpulkan dan di bakar”.[15]
Semenjak itulah mushaf Usman
menjadi pedoman dan rujukan umat Islam dalam hal membaca,dengan demikian secara
otomatis menjadi mushaf resmi Negara Islam(Rasm Usman)
VI. Pemeliharaan Alqur`an
Pada bahasan sebelumnya telah
dipaparkan bagaimana latar belakang dan upaya yang dilakukan Usman dalam hal
Alqur`an,untuk itu”tidak perlu diragukan apa yang sudah dilakukan Usman supaya
bacaan Alqur`an seragam merupakan kebijakan yang luar biasa dengan ini qur`an
tetap terjaga kemurniannya”.[16]
Hal ini senada dengan firman Allah yang menyatakan akan penjagaan dan kemurnian
Alqur`an:
انا نحن نزلنا الذكر وانا له لحفظون
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alqur`an dan
sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya"[17]
Oleh sebab itu garansi dari Allah
sudah cukup menjadi penjelasan secara eksplisit dalam Alqur`an tentang
keotentikan Alqur`an,sudah barang tentu hal ini terlihat jelas secara faktual
betapa umat Islam akan marah dan rela mengorbankan dirinya untuk menentang
orang yang berupaya merusak dan merendahkan Alqur`an.
VII. Urutan Ayat dan Surat
Dalam penyusunan Kitab Allah,hanya
Dialah yang memiliki hak dan kewenangan yang mutlak akan kebenarannya terutama
dalam penyusunan urutan atau tertib ayat dan surat,namun Rasulullah memiliki
otoritas yang diberikan Allah akan hak istimewanya firman Allah”
ان عليناجمعه وقرانه –فاذاقرانه فا تبع
قرانه-ثم ان علينابيا نه
Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan(di
dadamu)dan (membuatmu pandai)membacanya.Apabila kami telah selesai membacanya
maka ikutilag bacaannya itu.Kemudian sesungguhnya atas tanggungan kami
menjelaskannya”[18]
1. Urutan Ayat
Bahwasanya urutan ayat kedalam surat pada Alqur`an
memiliki keunikan yang luar biasa,karena susunan mushaf sekarang tidaklah
disusun sesuai dengan urutan ketika turunnya wahyu. Akan tetapi ada bebera
riwayat yang menjelaskan bahwa susunanya adalah bersifat Tauqifi
“Usman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat
panjang maupun satu ayat terpisah,Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya dan
berkata letakkan ayat-ayat tersebut kedalam surat seperti yang beliau sebut”.[19]
Bahkan lebih lanjut AL-Kalbi melaporkan dari Abu Sufyan tentang Ibnu Abbas
tentang ayat :
واتقوا يوما ترجعون الى الله
Dan peliharalah dirimu dari(azab)
yang terjadi pada hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada
Allah.Ia menjelaskan” ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad,malaikat Jibril turun dan minta meletakkannya setelah ayat kedua ratus
delapan puluh dalam surat al-Baqarah”.[20]
Jelaslah bahwa dalam penyusunan ayat-ayat Alqur`an kedalam surat-surat
merupakan suatu yang didasarkan atas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Nabi
berdasarkan ketentuan dari Allah swt,walaupun tidak sesuai dengan waktu ketika
turunnya.
Sebagian ulama meriyatkan bahwa
pendapat tersebut di atas adalah Ijma`.Diantaranya;Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan
dan Abu Ja`far Ibnu Zubair dalam Munasabahnya,di mana ia mengatakan tertib atau
urutan ayat–ayat di dalam surat-surat itu berdasarkan Tauqifi dari Rasulullah
dan atas perintahnya tanpa diperselisihkan kaum muslimin”[21]
2. Urutan Surat
Dalam hal penyusunan urutan surat
pada masa Usman adalah sesuatu yang memiliki persi yang berbeda antara sahabat
dan para ahli,namun banyak yang memiliki kesamaan pendapat,tentang keunikan
susunan Alqur`an memiliki peluang surat berfungsi sebagai satuan
bebas,independen unik dimana tidak terdapat kronologis atau sumber cerita lain
yang masuk kedalam naskah.”Para ulama sepakat bahwa mengikuti susunan surat
dalam Alqur`an bukan suatu kemestian,baik dalam shalat,bacaan,belajar,
pengajaran maupun hapalan.Setiap surat
berdiri sendiri dan tidak ada satupun yang turun kemudian dapat mengklaim
memiliki legalitas lebih besar dari sebelumnya”.[22]
Sekalipun pada mushaf Usman telah
tersusun tertib surat seperti yang kita lihat sekarang ini,dan telah disepakati
oleh para sahabat dan tabi`in,tapi masih ada beberapa sahabat yang berlainan
tertib surat yang mereka buat dalam mushaf pribadinya,seperti;Ali bin Abi
Thalib,Ibnu Mas`ud,serta Ibnu Abbas. Itu sebabnya dalam hal tertib surat ada 3
pendapat :
1. Satu pendapat menyatakan bersifat Tauqifi
2. Bahwa tertib surat berdasarkan Ijtihadi
3. Gabungan antara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA :
- Departemen Agama
RI,Al-Qur`an Dan terjemahan,Jakarta,Tahun,1977
- M.M.Al-Zami,The
History The Qur`anic Text,From Revelation to Compilation, Terjemah,Sobirin
Solihin dkk,Jakarta,Gema Insani,2005,h.75
- Muhammad Husain
Haekal,Utsman Bin Affan,Terjemah,Ali Audah,Jakarta, Litera Antara
Nusa,tahun,2007
- Muhammad Husain
Haekal,Ali bin Abi Thalib,Terjemah,Ali Audah,Jakarta, Litera Antara
Nusa,tahun,2007
- Said Agil Al-Munawwar,Al-Qur`an
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta,Ciputra Press,tahun,2004
- M.Quraisy
Shihab,Membumikan Al-Qur`an,Bandung,Mizan, tahun,1999
[1]
M.Quraisy Shihab,Membumikan Al-Qur`an,Bandung,Mizan,tahun,1999,h.24
[2] Said
Agil Al-Munawwar,Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta,Ciputra
Press,tahun,2004,h.16
[3] Manna
Khalil al-Qattan,Fi Ulumul Quran,Terjemah,Litera Antar Nusa,tahun,2006,h.189
[4]
Manna Khalil Al-Qattan,Fi Ulumul Qur`an,h.190
[5]
Ibid,h.190
[7]
Al-quran dan terjemah,Depag RI,jakarta,1971.
[8]
Muhammad Husain Haekal,Utsman Bin Affan,Terjemah,Ali Audah,Jakarta, Litera
Antara Nusa,tahun,2007,h.125
[9]
Ibid,h.125
[10] Said
Agil Al-Munawwarah,Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,h.20
[11]
Ibid,h.126
[12] Said
Agil Al-Munawwarah,Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki,h.21
[13]
M.M.Al-Zami,The History The Qur`anic Text,From Revelation to Compilation,
Terjemah,Sobirin Solihin dkk,Jakarta,Gema
Insani,2005,h.89-90
[14] Said
Agil Al-Munawwarah,Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,h.21-22
[15]
Muhammad Husain Haekal,Utsman Bin Affan,h.126
[16] Ibid
[17] Depag
RI,Quran Dan Terjemah,tahun,1977
[18]
Ibid
[19]
M.M.Al-Zami,The History The Qur`anic Text,From Revelation to Compilation,
Terjemah,Sobirin Solihin dkk,Jakarta,Gema Insani,2005,h.75
[20]
Ibid,h.25
[21]
Manna Khalil Qattan,Fi Ulumul Qur`an,h.205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar