Senin, 24 September 2018

POLEMIK IMAM AL-GHAZALI DAN IBNU RUSYD TENTANG METAFISIKA DAN KAUSALITAS



A.    PENDAHULUAN
Imam al-Ghazali (1058-111 M) dikenal sebagai ulama yang banyak mengkritik pendapat para filosof pendahulunya, seperti Aristoteles (382-322 SM), Al-Farabi (874-999 M), Ibn Sina (980-1037) dan lain-lain. Adapun pendapat mereka yang ia kritik adalah 20 masalah metafisika. Tiga diantaranya Al-Ghazali mengatakan bahwa filsafat mereka membawa kepada kekufuran yaitu :
1.      Bahwa aliran alam tidak bermula (qadim).
2.      Bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu (juz’iyat)
yang terjadi di alam.
3.      Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani (hasyr al-jasad) di akhirat.1
Sedang masalah metafisika yang lainnya Al-Ghazali mengidentifikasikan mereka dengan Mu’tazilah.
Sebagai pembelaan atas kaum filosof terhadap serangan-serangan Al-Ghazali, Ibn Rusyd (1126-1198 M) menulis buku yang berjudul “Tahafut al-Tahafut” (kekacauan diatas kekacauan), sebagai bantahan dan jawaban terhadap buku Al-Ghazali yang berjudul “Tahafut al-Falasifah” (kekacauan pemikiran filosof-filosof).

Minggu, 23 September 2018

TRANSMISI FILSAFAT YUNANI KE DUNIA ISLAM



1. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, filsafat berasal dari kata philo yang berarti kebenaran, ilmu dan hikmah. Filsafat juga berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia[1]. secara terminology, filsafat didefenisikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum, dan sebagainya trehadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.[2] dalam defenisi yang lebih umum dikatakan bahwa, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakekat mehgenaTsegala sesuatu yang ada[3].

ISLAM DI ERA PERTENGAHAN ORDE BARU ( KEBANGKITAN ISLAM )



A. Pendahuluan
          Era 70-an sampai pertengahan 80-an, Soeharto memiliki hubungan yang tidak serasi dengan gerakan Islam. Hal itu bisa dilihat dari beberapa sisi, yaitu: Pertama, ia seorang militer yang biasa didoktrin nilai-nilai nasionalisme; Kedua, ia berasal dari keluarga awam ilmu agama dari Gunung Kidul; Ketiga, ini yang paling mendasar, orang-orang berpengaruh yang ada di sekitarnya rata-rata dari kalangan anti Islam (Islam phobia), seperti CSIS, LB. Moerdani, Soedomo (waktu masih non Muslim), Frans Seda, JB. Soemarlin, Radius Prawiro, dan sebagainya. Sikap pemimpin sangat dipengaruhi para pembisik di sekitarnya. Hal itu sangat jelas terlihat di era Abdurrahman Wahid. ia dijatuhkan karena skandal Buloggate dan Bruneigate. Salah satu pembisiknya adalah Soewondo, seorang tukang pijit.

Selasa, 23 Februari 2016

Islam the Peacefull Relegion



Islam the Peacefull Relegion
(An Essays to Answer the Accusation of Violance)
          Conceptually, The main doctrine in Islam is stressing For peace tought. Islam it'self  mean peaceful, secure, safe and surrender to the god as indicated in every last mentioned of ritual prayer. It mean that the Moslem have an obligation to uphold the safety and peacefully to whole of human being. It also a symbol that the last estuary of Islamic teaching is peace. But in the Islamic history, the concept is not running as well as the reality. The trace of Islamic history pointed  to the contrary.

BERTRAND RUSSELL: Understanding History



A.   PENDAHULUAN


          Bertrand Russell adalah seorang tokoh yang sangat produktip dalam menulis buku. Ia membahas tentang berbagai-macam permasalahan, mulai dari filsafat, pendidikan, masalah moral, agama, sejarah dan politik bahkan ia juga ahli dalam bidang matematika dan sains.
          Buku Understanding History yang akan dikaji penulis, memiliki tesk aslinya  sampai dengan halaman 122, akan tetapi banyak uraian-uraian materi lain didalamnya  dan secara kebetulan salah satu judul tersebut berkaitan dengan materi Penulis, Understanding History yang diambil dari  salah satu essey  yang ada, yaitu: Cara Membaca dan Memahami Sejarah. Yang terdiri dari 58 halaman.
          Sebenarnya essey: Cara Membaca dan Memahami Sejarah yang aslinya ini, ditulis pada tahun 1943. Kemudian dicopi  dan dicetak ulang kembali  oleh Philosophical Library.
          Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa essay  karya Betrand Russell, dari judul inilah  salah satu judul pendekatan  yang dilakukan Pemakalah dalam penulisan makalah, yaitu: How to Read and Understand History (Cara Membaca dan Memahami Sejarah). Sehingga tidak semua essey yang terdapat dalam judul diatas akan disampaikan oleh Penulis.

PEMBAGIAN HADIS DARI SUDUT KWANTITAS PERIWAYATNYA (JUMLAH PERAWINYA)



A.  PENDAHULUAN

          Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, keberadaan Hadis di samping telah mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, juga telah menjadi bahan kajian yang menarik dan tiada henti-hentinya. Kajian terhadap Hadis baik dari segi keotentikkannya, kandungan makna dan ajaran yang terdapat di dalamnya, macam-macam tingkatannya, maupun fungsinya dalam menjelaskan kandungan Alquran dan lain sebagainya telah banyak dilakukan para ahli di bidangnya.
         P enulisan Hadis ketika Rasul masih hidup mempunyai dua pendapat berupa larangan dan perintah penulisan. Namun tidaklah  menjadi masalah pokok, hal penting terjadi ketika beliau telah wafat. Selain itu ketika Rasul masih hidup, jika ada permasalahan yang kurang dipahamai para sahabat, maka mereka bisa menanyakan langsung kepada Rasul. Sehingga selagi Rasul hidup penulisan Hadis dikalangan sahabat ada yang terus berjalan, namun sahabat lebih mengutamakan hapalan mereka.
           Menurut Ajjaj al-Khathib meskipun Rasul ada melarang sahabat untuk mencatat Hadis namun larangan tersebut bukanlah tidak menulis seluruh Hadis beliau sama sekali. Karena larangan yang dimaksud adalah larangan menulis Hadis di marjin-marjin lembaran Alquran, karena dikhawatirkan tercampur dengan penulisan ayat-ayat Alquran. Karena ketika itu Alquran juga masih dalam tahap penulisan. Hal Ini disampaikan Rasul agar penulisan Alquran benar-benar murni merupakan wahyu  dari Allah tidak tercampur dengan hal-hal lain.