Rabu, 09 Januari 2013

AL-FARABI DAN IBNU SINA : FILSAFAT EMANASI DAN JIWA

AL-FARABI DAN IBNU SINA : FILSAFAT EMANASI DAN JIWA

A.    PENDAHULUAN
Bermula dari pemikiran Filsafat Yunani yang diwarisi oleh Plato dan Aristoteles yang memberikan perhatian kepada jiwa lebih banyak daripada perhatian kepada badan. Sebab, menurut pandangan kedua filosof ini, hakekat manusia pada dasarnya adalah hewan yang berfikir dan berakal, dan yang membedakan manusia dengan hewan adalah bagian dari jiwa ini, yakni pikiran dan akal. Atas dasar ini pula, dalam filsafat manusia, manusia digolongkan dalam dua kelompok, yaitu orang-orang khusus (al-khashah) dan orang-orang kebanyakan (al-ammah). Orang-orang khusus ialah mereka yang mengasah akal dengan ilmu-ilmu teoritis, bukan dengan kepandaian-kepandaian praktis.

PEMBENTUKAN KHILAFAH PADA MASA ABUBAKAR SHIDDIQ

PEMBENTUKAN KHILAFAH PADA MASA ABUBAKAR SHIDDIQ

I.    Pendahuluan
Nabi Muhammad SAW telah memimpin masyarakat Muslim kurang lebih selama 10 tahun. Pemerintahan Nabi Muhammad SAW di Madinah telah berhasil memberikan beberapa dasar hukum baru pada masyarakat Arab, baik pada sisi politik, sistem kemasyarakatan, sistem hukum yang akan mengatur masyarakat muslim pada masa selanjutnya.
Tampuk kepemimpinan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Abu Bakar, sepeninggal Rasulullah SAW, sebagai pemimpin pertama pengganti Rasulullah. Tentu ada banyak perbedaan corak kepemimpinan antara Rasulullah saw. Dengan kepemimpinan Abu Bakar yang disebabkan semakin heterogennya masyarakat Muslim.

NASIKH DAN MANSUKH

NASIKH DAN MANSUKH

A.  Pengertian Nasikh dan Masukh
Masalah nasikh dan masukh dan korelasinya dengan Al-Qur’an merupakan hal yang masih hangat untuk dibicarakan. Pendapat seputar konsep ini – dalam fiqh – ushul al-fiqh, dan ‘ulum al-qur’an – masih dilingkupi oleh perdebatan. Karena, sepanjang zaman, masalah nasikh ini benar-benar telah menyita perhatian para pemikir Islam.
Menurut Prof.Dr.Muhammad Amin Suma, di antara kajian Islam tentang hukum (fiqh – ushul fiqh), yang hatta sekarang debatable dan controversial adalah persoalan nasakh, terutama jika dihubungkan dengan kemungkinan adanya nasikh – masukh sesame (internal) ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan, dengan nada yang cukup provokatif, pemikir liberal asal Mesir, Gama al-Banna menyatakan bahwa ide nasih adalah “min akbar al-kawarits al-fikriyah” (‘salah satu malapetaka pemikiran terbesar’) yang menjadikan ulama salaf tergelincir

PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM

PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM

A.  Pendahuluan
Pendekatan antropologi dalam mengkaji berbagai fenomena kehidupan masyarakat telah dilakukan para pengkaji sosila budaya diwilayah Barat, dan pada gilirannya pendekatan antropologi budaya dan sosial juga telah dimanfaatkan dalam mengkaji fenomena keagamaan.
Islam sebagai ajaran dan sebagai pemikiran telah mendorong lahirnya berbagai institusi atau kelembagaan dalam lingkungan masyarakat Islam yang pada masa berikutnya setelah melalui suatu proses membentuk prilaku dan fenomena-fenomena keagamaan yang merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat.