Sabtu, 06 April 2013

PERANG SALIB DAN DAMPAKNYA BAGI DUNIA ISLAM DAN EROPA

A.    Pendahuluan
Sebelum terjadi Perang Salib, pertemuan pertama bangsa Eropa dengan Islam terjadi akibat kebijakan-kebijakan ekspansi negara muslim baru, yang terbentuk setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632. Satu abad kemudian, orang-orang Islam telah  menyebarangi barisan pegunungan di antara Prancis dan Spanyol dan menaklukkan wilayah-wilayah yang membentang dari India Utara dan Prancis selatan. Dua  ratus tahun berikutnya perkembangan kekuasaan Eropa  dunia Islam secara meyakinkan masih berada di tangan kaum muslim, yang menikmati pertumbuhan ekonomi besar-besaran dan mengalami perkembangan  kebudayaan yang luar biasa. Dari tahun 750 dan seterusnnya, wilayah Dinasti Abbasiyah dibentuk oleh pemerintahan dan kebudayaan Persia Islam dan semakin bertambah dari dukungan militer dari budak-budak Turki yang menjadi tentara.

Selama berabad-abad pertama kekuasaan kaum muslimin, para peziarah Kristen dari Eropa biasanya bisa mengunjungi tempat-tempat suci agama mereka di Yerussalem dan tanah suci. Mereka mengadakan jalan darat Balkan, Anatoli, dan Suriah atau lewat jalur menuju Mesir atau Palestina.  Dengan demikian berita tentang gaya hidup yang luar biasa dan tingginya peradaban kemajuan dunia Islam sampai ke Eropa.
 Di tahun-tahun belakangan yakni abad kesembilan sampai awal abad sebelas orang-orang Kristen Eropa ini bebas berziarah, dengan bebasnya para peziarah Kristen Eropa ini keluar masuk, maka mereka dapat meliahat secara langsung kemajuan peradaban Islam yang tinggi. Namun pada abad kesebelas akhir berita tentang  kemunduran dan desentralisasi politik Umat Islam sampai ke Eropa. Ditambah dengan adanya penguasa Umat Islam yang mempunyai reputasi yang amat buruk yaitu Khalifah keenam Dinasti Fatimiyah Al-Hakim yaitu: mengadakan penyiksaan penyiksaan terhadap Kristen yang tinggal di wilayah kerajaannya, yang membentang hingga Suriyah dan Palestina, mencapai puncaknya  dengan penghancuran Gereja Makam Suci di Yerussalem pada 1009-1010. Tindakan-tindakan al-Hakim tersebut biasanya dianggap sebagai faktor pendorong meningkatnya keinginan kaum Kristen Eropa untuk melancarkan Perang Salib pertama dan menyelamatkan apa yang mereka anggap sebagai tempat-tempat suci umat Kristen yang sedang dalam keadaan bahaya.
    Perang keagamaan (Perang Salib) yang terjadi hampir dua abad antara ummat Kristen di Eropa dengan ummat Islam di Asia menjadi sebuah sejarah panjang yang memberikan kontribusi berharga bagi kemajuan bangsa Eropa sekaligus sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan dan banyak memakan korban. Selain itu sejarah Perang Salib akan menjadi pelajaran yang berharga bagi ummat manusia baik Barat maupun Timur. 
    Disebut dengan Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Makdis dari tangan orang-orang Islam.
    Sejarah manusia menunjukkan betapa agama kerapkali dijadikan alat untuk kepentingan tertentu. Ini juga halnya yang terjadi pada Perang Salib (Crusade).   Karena perang ini merupakan reaksi dunia Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Bagi orang Eropa sendiri perang ini dianggap sebagai kebangkitan agama, bahkan merupakan gerakan kerohanian yang tinggi yang mana dunia Kristen Barat menyadari dan menemukan identitas baru. 
    Kebencian Kristen terhadap ummat Islam dimulai sejak disebarkannya Islam ke daerah-daerah kekuasaan Bizantium, terutama pada abad ke-8 Masehi, yakni ketika ummat Islam melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kristen di Eropa. Mereka melihat bahwa kekuasaan Islam dapat mengancam, bahkan menghancurkan Konstantinopel sebagai ibukota kerajaan Bizantium. Dendam dan kebencian yang disimpan ummat Kristen mencetuskan Perang Salib yang tujuannya adalah merebut kembali wilayah-wilayah yang sudah dikuasai ummat Islam.
    Dalam pengkajian makalah ini penulis bertujuan untuk menjadikan fenomena sejarah masa lalu menjadi iktibar penting dengan menganalisis keberadaan Perang Salib itu sendiri, agar kiranya tidak terulang di masa yang akan datang. Karena itu dalam makalah ini akan dikaji latar belakang Perang Salib serta dampaknya bagi duia Islam dan Eropa.

B. Latar Belakang Perang Salib
    Sejak berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang Kristen diberi kebebasan beragama dan kekuasaan dalam berbagai jabatan dalam pemerintahan. Ketika Yerussalem dan Syiria di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir. Penguasa Mesir mendorong perniagaan dan perdagangan Kristen.
     Menurut Amir K. Ali ada beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib.
1.    Perang Salib itu terjadi karena adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang-orang Kristen untuk saling menguasai. Munculnya Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh Eropa Kristen sehingga pada abad kesebelas pasukan orang Kristen Barat diarahkan untuk melawan Islam.
2.    Pada masa itu Eropa Kristen di Yerussalem semakin bergairah dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Karena Palestina dibawah kekuasaan Turki.
3.    Pada masa itu, Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme. Raja dan Pengeran terlibat perang satu sama lain.
Pendapat lain menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya Perang Salib adalah karena faktor agama, hal ini dapat dilihat dari tanda salib yang dipergunakan para tentara Kristen.  Selain itu terdapat motif lain seperti perdagangan, pengembaraan atau keinginan membebaskan diri dari kesulitan hidup di Eropa. 
Ummat Islam sudah memandang lebih baik hidup berdampingan dengan negara dan agama lain dengan tidak memaksa atau menguasai / menaklukkan negara lain. Tetapi tetap saja tokoh Kristen tetap menganggap Islam sebagai ideologi yang mengancam kejayaan Kristen di masa depan. Jihad tetap dianggap sesosok hantu yang menakutkan bagi ummat Kristen.
Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan muslim pada periode 1096 – 1107  dikenal sebagai Perang Salib. 
Adapun penyebab terjadinya Perang Salib dilatar belakangi oleh beberapa hal, antara lain:
•    Faktor  Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul Makdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1070. Pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana. Hal ini disebabkan para penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan-peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang pulang berziarah dan sering mengeluh karena mendapat perlakuan yang fanatik. Ummat Kristen merasa perlakuan penguasa Islam telah menghalangi ummat Kristen yang ingin beribadat ke Baitul Makdis.
•    Faktor Politik / Kekuasaan
Kekalahan Bizantium sejak  direbutnya Costantinopel pada tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil di bawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Commerus untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II dalam usahanya untuk megembalikan kekuasaannya di daerah penduduk Dinasti Saljuk.
•    Faktor Sosial Ekonomi
Pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah terutama yang berada di Kota Venezia Genoa, dan Pisa berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang Pantai Timur dan Selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagangan mereka.  Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan tersebut menjadi pusat perdagangan dan adanya propoganda. Jalannya Perang Salib selain stratifikasi sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata dengan dijalankannya hukum waris yang menyebabkan populasi kemiskinan meningkat.

C. Proses Berlangsungnya Perang Salib
    Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan bahwa meletusnya perang Salib memakan waktu yang lama, yakni hampir dua abad. Berikut ini akan diuraikan bagaimana terjadinya Perang salib dari berbagai periode:
1.    Perang Salib yang Pertama (1096 – 1144 M)
Perang Salib ini semula digerakkan oleh seorang Pendeta Prancis yang bernama Peter dan kemudian di back up oleh Paus di Patikan, Raja Kristen di Eropa dan oleh Kepala Kristen di Konstantinopel.
Ini merupakan serbuan pertama dalam sejarah Perang Salib yang telah memakan waktu dua abad. Serangan ini sebagai konsekuensi dari seruan Paus yang telah menggema dan mengguncang Prancis ketika itu. Pada tanggal 26 November 1095 M. Para Salibis berhasil menguasai Palestina dan mendirikan empat kerajaan besar, yakni di  Baitul Makdis, di Antiochia, di Tripolisia dan di Edessa. Pembunuhan massal terjadi sehingga tidak kurang dari 70.000 mayat bergelimpangan disepanjang kota suci ini. Tangan, kepala  dan kaki manusia berserakan dimana-mana.  Bahkan ketika menaklukkan Tripoli, selain membantai masyarakatnya mereka juga membakar perpustakaan, perguruan tinggi dan sarana industri hingga menjadi abu.  Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan Salib merebut kekuasaan-kekuasaan Islam.
Peristiwa yang sangat memilukan ini menjadi dendam sejarah khususnya bagi kaum muslimin ketika itu, hingga pada tahun 1127 , muncul seorang pahlawan Islam yang tekenal Imaduddin Zanki, seorang Gubernur dari Moshul yang dapat mengalahkan pasukan Salib di Aleppo dan Hummah. Inilah kemengan pertama bagi kaum muslimin, sehingga tentara Salib harus merasakan bagaimana tidak enaknya kalah sampai memakan banyak korban.
2.    Perang Salib kedua (1144 – 1192)
Lalu Paus II selaku pemegang otoritas tertinggi di Barat mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen, para Pendeta, para Kesatria dan orang-orang miskin di Clermont (Prancis sebelah Tenggara). Dalam pertemuan tersebut ia berpidato dan menyerukan kepada ummat kristen untuk bersatu padu dalam perang suci melawan ummat Islam. Dalam seruannya ia mengatakan bahwa orang-orang Turki Saljuk adalah kaum Barbar yang baru masuk Islam dan telah menghancurkan Anatolia di Asia Kecil (Turki Modern) serta mencaplok negeri-negeri Bizantium Kristen. Paus berteriak ras yang terkutuk, ras yang sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang yang hatinya tidak mendapat petunjuk dan tidak diurus Tuhan, maka membunuh para monster yag tidak bertuhan adalah tindakan suci, maka orang kristen wajib memusnahkan ras keji dari negeri kita. Para Ksatria Eropa diseru untuk merebut Yerussalem dan membebaskannya dari kaum muslimin karena sangat memalukan bila kristus berada dalam genggaman kaum muslimin (persi Paus).  Ia juga berjanji memberikan ampunan atas segala dosa-dosa bagi mereka yang turun ke medan juang. Mungkin inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang meneriakkan slogan Deus Vult (Tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan.
    Dalam waktu yang sangat singkat seruan Paus berhasil mempengaruhi dan mengumpulkan pasukan Kristen yang dikumpulkan di Kostantinopel. Pasukan tersebut berasal dari Bangsa Prancis (Franks) dan Bangsa Normandia (Normans).  Maka meletuslah perang besar yang dikenal dengan Perang salib ( The Crussade).
    Proses kekalahan ini, tentara Salib meminta tambahan pasukan kepada Paus. Dengan dipimpin langsung oleh Raja Louis VII dari Prancis, Kaisar Kourad dari Jerman dan Putra Roger dari Silsilia mereka melakukan penyerbuan kembali tepatnya pada tahun 1147  – 1179 M. Serangan ini disambut hangat oleh Nuruddin Zanki (Putra Imaduddin Zanki) yang kehebatannya sama seperti ayahnya sehingga tentara Salib II tidak berkutik dan dapat dikalahkan.
    Melihat ketangguhan kepemimpinan Nuruddin Zanki di Pantai Laut Timur Tengah, tentara Salib merubah arah penyerbuan dan menjadikan Mesir sebagai daerah target operasi. Penyerangan mereka disambut oleh Salahuddin al-Ayyubi. Tentara Islam dapat merebut kembali Baitul Makdis yang tadinya sudah dikuasai oleh Kristen. Shalahuddin segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir dan seelh Dinasti Abbasiyah hancur Shalahuddin menjadi penguasa Mesir ( 1174 – 1193 M) dan berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M.

3.    Perang Salib Ketiga (1193 – 1291)
Tentara Salib bertahan dan memperkuat diri di Pelabuhan Shour di sebelah Barat dan mereka mengirim utusan (Pendeta) untuk mengirimkan Tentara Salib tambahan. Maka datanglah pasukan tambahan di bawah pimpinan Frederick Raja Austria dan Jerman dengan membawa 200.000 pasukan. Kemudian ditambah lagi tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Hati Singa (the Lion Heart) semakin menyempurnakan kekuatan tentara Salib sehingga mereka dapat merebut kota Okka. Peristiwa ini sangat memilukan hati kaum muslimin. Richard si hati singa adalah monster pembunuh yang telah membantai 30.000 nyawa tawanan Islam.
    Sebenarnya Salahuddin al-Ayyubi telah menyadari akan bahayanya membiarkan musuh memperkuat diri di Pelabuhan Shour dan telah meminta bantuan kepada Sultan Ya’kub Raja terbesar Muwahiddin yang menguasai daerah Marokko dan Andalusia Selatan untuk menghalangi datangnya bantuan. Sultan takut malah mereka yang akan menjadi sasaran serangan sehingga tidak mengirim bantuan. Tentara Salib dengan enaknya melewati selat Gibraltar. Namun demikian Shalahuddin berhasil mempertahankan dan merebut kembali Yerussalem dan ini merupakan hasil peperangan terbesar Shalahuddin al-Ayyubi.
    Gagal untuk kembali merebut Yerussalem tentara Salib bergerak untuk menguasai Mesir dengan meninggalkan daerah yang telah mereka kuasai, yakni Kaisaria, Yaffa dan Asqalan. Kesempatan ini digunakan oleh Salahuddin dengan menyerang mereka dari belakang, sehingga dapat merebut kota Yaffa. Richard jatuh sakit dan menawarkan damai.
    Secara diam-diam Salahuddin al-Ayyubi menyamar menjadi dokter dan datang ke kemah Richard untuk merawat dan mengobatinya. Dengan kasih sayang dan keluhuran budi ia merawat Richard sehingga sembuh. Setelah itu barulah ia memberitahukan siapa dirinya sebenarnya sehingga membuat Richard terkagum-kagum dan amat berterima kasih kepada Salahuddin. Keduanya pun sepakat berdamai pada tahun 1192 . setahun kemudian wafatlah sang pahlawan Islam dalam usia 75 tahun pada tahun 1193 . 
    Sebenarnya nuansa persaudaraan sudah terbina sehingga adek perempuan Richard dinikahkan dengan al-Malikul Adil untuk melanjutkan dan membina perdamaian, tetapi setelah mendengar berita wafatnya Salahuddin Paus selalu menghasut raja-raja Eropa untuk melanjutkan perang. Pasukan Salib sudah pecah, karena persaingan tidak satu visi lagi maka pada tahun 1291 Sultan Asyyuraf  Khalil dari Mesir berhasil mengusir tentara Salib dan bentengnya yang terakhir.
4.    Perang salib keempat (1292)
Sebagaimana penulis uraikan di atas, berita kematian Salahuddin al-Ayyubi membangkitkan ambisi Paus Cylinsius III untuk mengirim tentara Salib IV. Namun tentara Salib IV ini tidak sedahsyat serbuan tentara Salib sebelumnya, sehingga sampai tentara Salib VIII dapat ditaklukkan oleh para Mujahidin Islam. Tahun 1292 , resmilah tentara Salib penyerbu terusir dari Timur. 

D. Dampak Perang Salib Bagi Dunia Islam dan Eropa
    Perang Salib yang berlangsung selama hampir dua abad (1095 – 1291) membawa dampak yang sangat berarti terutama bagi Eropa yang beradabtasi dengan peradaban Islam yang jauh lebih maju dari berbagai sisi. Perang Salib menghasilkan hubungan antara dua dunia yang sangat berlainan. Masyarakat Eropa yang lamban dan enggan terhadap perdagangan dan pendapatnya yang naïf terhadap dunia usaha. Masyarakat Eropa terkesan ortodok dan tradisional. Di sisi lain terdapat masyarakat Bizantium yang gemerlapan dengan vitalitas perkotaan, kebebasan berekonomi secara luas dengan tidak ada pencelaan dari ideologi tertentu dan dengan perdagangan yang maju.
    Prajurit perang Salib datang dari benteng-benteng yang sangat gersang dan mengira bahwa mereka akan berhadapan dengan Bangsa yang biadab dan Barbar yang lebih dari mereka, ternyata terperangah ketika sudah berhadapan langsung dengan dunia Timur yang lebih beradab, maju dengan peredaran uang yang cukup banyak sebagai pondasi perekonomian.
    Mereka sangat tertarik dengan peradaban serta budaya Islam yang jauh lebih maju. Bahasa Arab mulai mereka gunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Tidak sedikit pula diantara mereka yag memeluk agama Islam dan kawin dengan penduduk asli. Hal inilah yang terjadi pada Richard the Lion Heart.
    Secara sederhana dampak Perang Salib dapat dijelaskan sebagaimana berikut: Pertama : Perang salib yang berlangsung antara Bangsa Timur dengan Barat menjadi penghubung bagi Bangsa Eropa khususnya untuk mengenali dunia Islam secara lebih dekat lagi. Ini memiliki arti yang cukup penting dalam kontak peradaban antara Bangsa Barat dengan peradaban Timur yang lebih maju dan terbuka. Kontak peradaban ini berdampak kepada pertukaran ide dan pemikiran kedua wilayah tersebut. Bangsa Barat melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan di Timur dan hal ini menjadi daya dorong yang cukup kuat bagi Bangsa Barat dalam pertumbuhan intelektual dan tata kehidupan Bangsa Barat di Eropa. Interaksi ini sangat besar andilnya dalam gerakan renaisance di Eropa.  Sehingga dapat dikatakan kemajuan Eropa adalah hasil transformasi peradaban dari Timur.
    Kedua : Pra Perang Salib masyarakat Eropa belum melakukan perdagangan ke Bangsa Timur, namun setelah Perang Salib interaksi perdaganganpun dilakukan. Sehingga pembauran peradaban pun tidak dapat dihindarkan terlebih lagi setelah Bangsa Barat mengenal tabiat serta kemajuan Bangsa Timur.  Perang Salib membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap perkembangan ekonomi Bangsa Eropa. Kehidupan lama Bangsa Eropa yang berdasarkan ekonomi semata sudah berkembang dengan berdasarkan mata uang yang cukup kuat.  Dengan kata lain Perang Salib mempercepat proses transformasi perekonomian Eropa.
    Ketiga : Perang Salib sebagai sarana mengalirnya ilmu pengetahuan dari Timur ke Barat. Pasca penyerbuan yang berlangsung lebih dari 2 abad, para tentara Barat mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan Bangsa Timur. Mereka melihat ketinggian peradaban dan budaya Islam dalam berbagai aspek kehidupan, yakni, makanan, pakaian, alat-alat rumah tangga, musik, alat-alat perang, obat-obatan, ilmu pengetahuan, perekonomian, irigasi, tanam-tanaman, sastra, ilmu militer, pertambangan, pemerintahan, pelayaran (navigasi) dan lain-lain. Tentara Salib (crusaders) membawa berbagai keilmuan ke negara mereka dengan kata lain terjadi transformasi budaya (culture) dan peradaban (civilazation) dari Timur ke Barat.
    Keempat : Bangsa Barat melakukan penyelidikan terhadap seni dan budaya (art and culture) serta pengetahuan (knowledge) dan berbagai penemuan ilmiyah yang ada di Timur. Hal ini meliputi sistem pertanian, sistem industri Timur yang sudah berkembang dan maju serta alat-alat teknologi yang dihasilkan Bangsa Timur seperti kompas kelautan, kincir angin dan lain-lain.  Setelah kembali ke negerinya Bangsa Eropa menyadari betapa pentingnya memasarkan produk-produk Timur yang lebih maju, mereka mendirikan sistem-sistem pemasaran produk Timur. Maka semakin pesatlah perkembangan perdagangan antara Timur dengan Barat.
    Kelima : Perang Salib yang meluluh-lantakkan infra dan suprastruktur terutama di negara-negara Timur berakibat tertanamnya rasa kebencian antara Timur dan Barat. Di benak Kristen Eropa diyakini sangat membenci warga Negara Timur baik yang beragama Kristen, Yahudi terutama terhadap   muslim.  Tentunya hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.
    Keenam pada awal kedatangan tentara Salib kondisi Umat Islam tidak bersatu, terbukti adanya tiga kerajaan besar yang bertikai yaitu: Dinasti Fatimiyah di Mesir, Daulah Abbasiyah di Baghdad yang dikendalikan orang-orang Saljuk dan Dinasti Muwahidun di Afrika, ditambah lagi dari tiga dinasti ini masing-masing internnyapun selalu bertikai, tentu hal ini memudahkan para tentara Salib menyerang Umat Islam yang tidak bersatu. Untuk itu hikmah yang perlu diambil adalah perlunya persatuan dan yang  yang dibangun dengan akidah benar berdasarkan Alquran.

E. Penutup
    Tragedi Perang Salib yang berlangsung selama hampir 2 abad mempengaruhi banyak hal, baik itu persepsi masyarakat Islam terhadap dunia Barat (Kristiani) dan cara pandang Kristen terhadap agama Islam. Saling menyerang dan membunuh yang terjadi pada Perang Salib tersebut secara kodrati memang hal yang wajar terjadi sesuai dengan kehendak zaman. Namun yang perlu diantisipasi oleh siapapun adalah menjadikan simbol-simbol sebagai pelegitimasi dan mengakumulasi kekuatan ummat untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang pada akhirnya dapat merugikan bagi kehidupan ummat manusia itu sendiri. Hal ini terjadi sebagaimana peristiwa Perang Salib yang pada awalnya bukan hanya diawali oleh faktor agama tetapi sudah berbagai kepentingan yang bercampur aduk.
    Perang Salib sekalipun dimenangkan oleh pihak Islam, tetapi jka dilihat dari perspektif peradaban (civilization) Islam sangat dirugikan dan sebaliknya Barat sekalipun kalah tetapi banyak belajar dan berhasil membangun peradaban yang lebih maju setelah melihat dasar-dasar sainsnya dari peradaban Islam. Dengan kata lain Barat berhutang jasa kepada Islam, sebab tanpa transformasi peradaban melalui tragedi Perang Salib ini, Barat tidak bisa berdiri tegak seperti sekarang ini.
    Ummat Islam haruslah mencari dan dapat menemukan kembali mutiara yang hilang di masa lalu sehingga di masa mendatang Islam kembali mampu memimpin dunia dengan kejayaan peradabannya sebagaimana yang pernah dicapai  pada masa dinasti-dinasti yang lalu.
     Hal yang paling utama perlunya umat Islam bersatu padu dalam membina umat, yakni persatuan yang dibangun dengan akidah yang benar berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.

_________. Studies in Islamic History.  Delhi : Jayyed Press, 1980.

Amstrong, Karen. Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk (terj) Hikmat Darmawan. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Al-Faruqi, Ismail R. The Culture Atlas of Islam. New York : Macmillan, 1986.

Carole Hillenbrand. Perang Salib  Sudut Pandang Islam. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri, Jakarta , 2006.

Harun, M. Yahya. Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa. Yogyakarta : Bina Usaha, 1987.

Hassan, Ibrahim Hassan. Tarikh al-Islam jilid IV. Kairo : Maktabah al-Nadhah al-Mishriyah, 1967.

Hitti, Philip K. History of The Arabs. London : The Macmillan Press Ltd., 1974 (terj) Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta : UI Press, 1985.

Sunanto, Musrifah, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Rawamangun : Prenada Media, 2003.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Ummat Islam. Tk : Tp, 2004.

Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam :Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta : Tiara wacana, 1990.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.

2 komentar: