Rabu, 06 November 2013

Alvin Toffler : Future Shock (KEJUTAN MASA DEPAN)

A. Pendahuluan
    Banyak pertanyaan yang muncul tentang masa depan. Dan dapat dikatakan semua orang pasti peduli dengan masa depan itu. Akan ada berbagai pertanyaan muncul mengenai masa depan ini. Apakah kita peduli dengan masa depan pendidikan kita ? Dari manakah kemungkinan datangnya para pelanggan ? Bagaimana dengan karier sekarang atau yang akan datang ? Barangkali kita sedang memikirkan masa depan putra-putri kita atau masa depan Indonesia ? Apakah kita tertarik mengetahui risiko-risiko yang mungkin mengincar hidup kita ? Apakah kita tertarik mengetahui bagaimana perubahan-perubahan yang akan dialami para pelanggan produk atau jasa layanan kita di masa depan ?
    Untuk menjawab seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebaiknya kita memang membaca buku Alvin Toffler ini. Melalui buku ini kita dapat memetakan masa depan. Pemetaan masa depan adalah proses yang akan memperlihatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia bagi seorang individu, sebuah organisasi, industri, pasar, bangsa, bahkan peradaban. Peta masa depan memperlihatkan gabungan kekuatan-kekuatan yang muncul yang akan membentuk kondisi industri-industri pada masa depan seperti layanan kesehatan, pendidikan  atau pasar, layaknya pasar energi.

    Future Shock adalah sebuah buku yang ditulis oleh sosiolog dan futurolog Alvin Toffler pada tahun 1970. Ini tumbuh dari sebuah artikel "Masa Depan sebagai Way of Life" di majalah Horizon. Buku ini telah terjual lebih dari 6 juta eksemplar dan telah banyak diterjemahkan.
    Kejutan masa depan juga sebuah istilah untuk suatu keadaan psikologis tertentu individu dan seluruh masyarakat, yang diperkenalkan oleh Toffler dalam bukunya dengan nama yang sama. Toffler membuat definisi singkat tentang  kejutan masa depan adalah persepsi pribadi "terlalu banyak perubahan terlalu pendek periode waktu".
Pemaparan makalah ini bertujuan untuk menelaah buku Alvin Toffler, Future Shock, yang berkaitan dengan cara di mana dunia bergerak progresif menuju masa depan yang tak seorang pun dapat sepenuhnya mengendalikan dan hanya sedikit bahkan dapat memprediksi sebagian. Dalam bagian besar, ini berasal dari revolusi teknologi dan dari teknologi cara di mana feed kepada dirinya sendiri, yang mengakibatkan kecepatan yang lebih cepat dari perubahan teknologi dan pengembangan seperti selalu menemukan diri di dunia yang telah berubah dalam banyak cara karena terakhir diperiksa adalah apa konsep kejutan masa depan.

B. Biografi Singkat Alvin Toffler
                  bidang rakitan. Setelah bertugas sebagai koresponden di Washington, ia bergabung dengan majalah Fortune sebagai editor pembantu. Sebagai editor majalah Fortune, karya awalnya berfokus pada teknologi dan dampaknya (melalui efek seperti informasi yang berlebihan). Kemudian ia pindah ke memeriksa reaksi dan perubahan dalam masyarakat. Di kemudian hari telah fokus pada peningkatan kekuatan militer abad ke-21 perangkat keras, senjata dan teknologi proliferasi, dan kapitalisme. Toffler juga penulis dan futuris, yang dikenal untuk karya-karyanya membahas revolusi digital, revolusi komunikasi, revolusi perusahaan dan teknologi singularitas.
    Kemudian Toffler mengajar di New School for Social Research. Ia juga menjadi professor tamu di Universitas Cornell, sebagai ahli tamu di Russel Sage Foundation. Toffler merupakan dosen yang paling banyak diundang dan banyak dicari serta memperoleh gelar kehormatan dalam ilmu pengetahuan, sastra, dan hukum.
    Perusahaan konsultan manajemen, telah menjulukinya ketiga suara paling berpengaruh di antara para pemimpin bisnis, setelah Bill Gates dan Peter Drucker. Dia juga telah dijelaskan dalam Financial Times sebagai "futurolog dunia yang paling terkenal ".
    Toffler menikah dengan Heidi yang merupakan rekan sekerjanya dan juga mempunyai karier sebagai seorang penulis, futuris, dan pengajar. Mereka tinggal di Los Angeles dan mempunyai seorang anak perempuan yang telah dewasa.
   
    Sebagai seorang futurolog, Toffler dan istrinya Heidi Toffler telah banyak menulis buku-buku yang sangat diminati oleh masyarakat di manca negera. Diantara karya-karya mereka yang populer antara lain :
•    Future Shock (1970) Bantam Books ISBN 0-553-27737-5
•    The Eco-Spasm Report (1975) Bantam Books ISBN 0-553-14474-X
•    The Third Wave (1980) Bantam Books ISBN 0-553-24698-4
•    Previews & Premises (1983) Previews & Bangunan (1983)
•    The Adaptive Corporation (1985) McGraw-Hill
•    Powershift: Knowledge, Wealth and Violence at the Edge of the 21st Century (1990)     Bantam Books ISBN 0-553-29215-3 Powershift: Pengetahuan, Kekayaan dan Kekerasan     di Edge of the 21st Century (1990)
•    War and Anti-War (1995) Warner Books ISBN 0-446-60259-0
•    Revolutionary Wealth (2006) Knopf ISBN 0-375-40174-1
•     Adaptive Corporation karya Alvin Toffler (Pantja Simpati;1987)
•  Future shock karya karya Alvin Toffler (Pantja Simpati;1988)
•  The Third Wave karya Alvin toffler (Pantja Simpati;1988)
•  Preview and Premises karya Alvin Toffler (Pantja Simpati;1997)
   
C. Makna Historisitas Alvin Toffler Tentang Peradaban Manusia yang akan Datang     (Suatu kajian sejarah)
      1. Latar belakang
Manusia selalu mengalami perubahan dan perubahan tersebut dapat dilihat salah satunya dari perkembangan manusia itu sendiri. Ia juga dikatakan sebagai pembuat sejarah akan kehidupannya yang tercipta secara alamiah, kehidupan manusia selalu bertitik tolak dari masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang dengan kata lain bahwa manusia tidak pernah lepas dari konteks ruang dan waktu. Manusia merupakan makhluk yang misterius, mengapa dikatakan demikian karena sejarah telah membuktikan bahwa apa yang pernah dilakukan manusia selalu tidak dapat diprediksikan dan selalu tidak dapat diketahui apa maksudnya. Sedangkan misterius dalam arti bahwa manusia itu sendiri tidak paham akan keberadaannya di masa akan datang.
Ditengah-tengah masyarakat global kita memasuki sebuah dunia baru yang di dalamnya kegiatan apapun dapat dilakukan dengan tingkat pengalaman yang sama yaitu di dalam jagat raya maya. Jagat raya maya itu dianggap lebih menyenangkan dibandingkan dunia maya itu sendiri. Bahkan segala sesuatu di masa lalu dianggap sebagai fantasi, halusinasi atau ilusi kini dapat “dialami” sebagai sebuah “realitas” yang nyata. Hal ini karena dunia fantasi, halusinasi dan ilusi tersebut dengan bantuan teknologi telah menstimulasi manusia dan ini telah tumpang tindih dengan dunia realitas sehingga diantara keduannya tidak dapat dibedakan lagi.   
Alvin Toffler merupakan salah seortang futuris yang mencoba memberikan suatu penjelasan tentang konsep manusia di masa datang. Konsep pemikiran Alvin Toffler ini diawali dari artikelnya yang merupakan karya monumental yang dirumuskan dengan istilah future shock ( kejutan masa depan). Artikel ini melukiskan tentang tekanan dan disorientasi hebat yang dialami oleh manusia jika terlampau banyak dibebani perubahan dalam waktu terlampau singkat, jelasnya bahwa kejutan masa depan bukan lagi merupakan bahaya potensial yang masih jauh tetapi merupakan penyakit nyata yang diderita oleh semakin banyaknya manusia. Kondisi psikologis-biologis ini dapat digambarkan dengan terminologi medis dan psikiatri. Penyakit ini ialah penyakit perubahan  
Mengapa  Alfin Toffler dijadikan tokoh dalam kajian filsafat sejarah ?, karena tokoh ini di mata penulis merupakan tokoh yang mempunyai pemikiran unik tentang peradaban manusia yang akan datang. Berbeda dengan tokoh-tokoh lain yang orientasinya lebih kepada nilai, kemanusiaan dan kebudayaan. Dan yang perlu dikaji lebih mendalam adalah mencari makna historis apa yang disampaikan oleh Toffler tentang kehidupan manusia yang akan datang dan bagaimana sebetulnya citra seorang manusia baru terkait dengan masa depan. Menurut Trotsky, manusia yang akan datang itu “manusia akan lebih kuat, lebih pintar, dan cepat mengerti, badannya akan lebih serasi, gerakannya lebih berirama, suaranya lebih merdu. Gaya hidupnya akan mempunyai kualitas yang sangat dramatis dari rata-rata manusia itu akan setingkat Aristoteles, Goethe, dan Marx.” Bagi Frantz Fanon “ kedatangan manusia baru akan mempunyai pikiran baru.” Sedangkan Toffler sendiri tidak menjelaskan bagaimana citra manusia baru itu? Disinilah salah satu letak keunikan Toffler ketika ia membicarakan tentang kehidupan manusia yang akan datang tetapi ia sendiri tidak menjelaskan manusia itu sendiri.
    Historisitas manusia berkaitan dengan kompleksitas kesadaran. Kompleksitas merupakan segi luar dan intensitas merupakan segi dalam badan, wahyu, wujud, kompleksitas dapat dikatakan dengan cara yang lebih umum sebagai aspek materi atau materialitas manusia. Segi dalam jiwa/intensitas/gaya dapat dikatakan sebagai askpek spiritualitas manusia.
    2. Masa Depan antara Realitas dan Harapan
Masa depan bagi manusia merupakan suatu yang rumit. Karena terlalu rumitnya masa depan tersebut menjadi sulit diprediksikan dan pada hakekatnya yang menjadi pijakan dari masa depan itu sendiri adalah masa lalu dari apa yang telah terjadi dan masa depan itu sendiri merupakan sebuah realitas yang diharapkan bagi kehidupan manusia. Menurut Toffler masa depan adalah sebuah gelombang perubahan. Setiap kali gelombang perubahan yang tunggal menguasai suatu masyarakat tertentu maka pola perkembangan masa depannya relativ untuk diamati. Sebaliknya, bila suatu masyarakat sedang dilanda dua atau lebih gelombang perubahan besar dan belum jelas yang mana yang dominan, maka citra manusia masa depan itu menjadi retak.  
    Akhir sejarah, biasanya dan lebih sering merupakan akhir setiap peradaban, ketika peradaban universal muncul, masyarakat menjadi tertipu oleh apa yang disebut Toynbee dalam Samuel Hantington sebagai “bayang-bayang keabadian dan menyakini bahwa apa yang menjadi milik mereka merupakan “bentuk” final dari sejarah kehidupan manusia. 
Manusia mengharapkan masa depan yang lebih baik memberikan suatu makna tersendiri, memberikan harapan yang lebih baik. Tetapi manusia itu sendiri tidak dapat mengelak dari apa yang disebut dalam konsep Toffler adalah perubahan. Gelombang perubahan pertama, kedua, dan ketiga. Kemungkinan-kemungkinan yang dihadapi manusia sekarang ini adalah kemungkinan semu. Konteks kehidupan yang melanda kehidupan manusia saat ini tidak lepas dari konteks kehidupan masa lalu. Jadi apa yang pernah diperbuat oleh manusia masa lampau mempunyai korelasi pada masa depan manusia.
Harapan manusia tentang masa depan adalah harapan kesementaraan pergeseran kearah kesementaraan bahkan akan terwujud dimisalkan dalam arsitektur bagian lingkungan fisik yang pada masa lalu sangat menunjang kesadaran manusia akan kekuatan. 
            3. Konteks Manusia Sekarang
Manusia dimasa depan adalah manusia yang  konsumtif  dengan keserakahan yang luar biasa. Digambarkan oleh Toffler bahwa tidak pernah terjadi sebelumnya, bahwa suatu peradaban telah menciptakan kerusakan yang begitu parah dan hebat, bukan saja terhadap kota, tetapi terhadap planit ini. Tidak pernah samudra luas menghadapi keracunan air laut, spesi-spesi punah dalam sekejab mata dari permukaan bumi sebagai akibat keserakahan dan kecerobohan manusia, tidak pernah perut bumi dikuras dan dirusak oleh galian tambang-tambang seperti sekarang ini ; tidak pernah zat penyemprot erosol mencemarkan lapisan-lapisan udara murni, ataupun termopolusi mengancam iklim planit ini, semua ini terjadi secara besar-besaran di zaman industri ini. 
Konsep peradaban menurut Toffler adalah peradaban dimana teknologi mengambil peranan lebih besar dibanding dengan keberadaan manusia. Eksistensi manusia akan digantikan dengan eksistensi teknologi sebagai jalan menuju peradaban baru. Manusia akan menjadi budak dari teknologi itu sendiri.
Karena persoalan hidup yang semakin kompleks dan dengan tekanan teknologi yang semakin mendesak, akhirnya manusia bekerja fulltime. Walaupun terkesan menghibur, tetapi dengan menggunakan teknologi yang sangat menegangkan saraf, secara cepat akan terjadi kemunduran mental. Kemunduran mental ini sering dimulai dengan rasa lelah. Kemudian muncul kebingungan dan keadaan cepat  tersinggung. Orang itu menjadi amat peka terhadap rangsangan sekecil apapun di sekitarnya. Ia langsung ”mengamuk” oleh provokasi yang remeh. Ia menunjukkan tanda kehilangan akal. Ia agaknya tak dapat membedakan suara tembakan musuh dari suara lain yang tidak berbahaya. Ia menjadi tegang, gelisah, dan sering berang. Temannya tidak pernah tahu kapan ia akan mengamuk, bahkan melakukan kekerasan, sebagai response terhadap gangguan kenyamanan yang tak berarti. 
            4. Masyarakat yang hilang
Peradaban manusia masa depan dapat dikatakan sebagai peradaban yang mekanik selama ini hukum-hukum positivistic masih bisa ditentang oleh teori-teori filsafat dan sosial tetapi nantinya akan terjadi apa yang dinamakan sebagai pembalikan dari teori sosial bahwa hukum alamlah yang nantinya dapat berlaku dan terbukti secara alamiah karena telah terjadi proses pengaturan diri secara alamiah. Misalnya, masyarakat yang sekarang ini dikatakan sebagai masyarakat berbudaya, berperadaban, dan eksis tidak lama lagi akan menjadi masyarakat cyber dalam artian bahwa masyarakat tidak harus kita temui secara face to face tetapi masyarakat yang jauh yang tidak pernah kita kenal sebelumnya akan menjadi suatu yang eksis dalam kehidupan kita. Individu akan hidup tanpa adanya masyarakat dan yang akan disebut masyarakat bukanlah manusia tetapi mekanik-mekanik sebagai media dan teknologi sebagai pencipta masyarakat cyber tersebut.
Kriteria apa yang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang hilang adalah ketika ruang-ruang publik telah dialihkan fungsinya, ketika tempat bermain anak-anak telah digantikan dengan Computer Station, ketika media komunikasi tidak face to face lagi tetapi dengan peralatan yang canggih memungkinkan orang tidak harus hadir pada saat itu juga. Hanya menekan beberapa tombol saja orang sudah bisa berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja tanpa mengurangi waktu yang ada. Teknologi informasi berkembang dengan cepat sehingga banyak warung internet (Warnet). Hal inilah yang menjadikan nilai-nilai essensial masyarakat telah hilang.

D. Filsafat Sejarah Alvin Toffler
    Buku Future Shock dan The Third Wave adalah dua buku yang sangat terkenal. Toffler dalam bukunya The Third Wave membagi perkembangan sejarah peradaban manusia atas tiga gelombang: gelombang pertama adalah fase agricultur, gelombang kedua adalah fase industri, dan gelombang ketiga adalah fase yang sekarang sedang dialami oleh umat manusia, fase ini sering disebut era informasi yang ditunjang oleh teknologi komunikasi. Komplek messiah itu adalah suatu ilusi bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita dengan mengganti orang yang dipuncak.   Jeritan yang kian nyaring meminta kepemimpinan adalah karena tiga macam salah pengertian; yang pertama adalah mitos efisiensi otoriter; yang kedua mendambakan kepemimpinan masa lampau yang dianggap berhasil, pada hal belum tentu demikian untuk saat ini; yang ketiga mendambakan pemimpin yang keibuan atau kebapakan yang sebetulnya sudah usang. Setelah menyaksikan para politikus gelombang kedua terjerembab dan seperti orang mabuk menepis-nepis problem yang timbul karena gelombang ketiga, berjuta-juta orang terdorong oleh surat kabar, sampai pada satu-satunya kesimpulan sederhana yang gampang dimengerti, tentang kesengsaraan kita yaitu; “kegagalan pimpinan”. Asal saja ada seorang Ratu Adil muncul di cakrawala politik semuanya akan beres.  
    Idaman kepada seorang pimpinan yang cakap dan macho itu sekarang bahkan diutarakan oleh mereka yang bermaksud baik, ketika melihat yang dikenalnya mulai ambruk, lingkungan semakin tidak dapat diramalkan, dan kehausan mereka akan ketertiban, struktur dan prediktabilitas bertambah. Karena itu kita mendengar apa yang dimaksud oleh berderap-derap, ‘jeritan yang hebat, mengaung laksana lolongan beratus-ratus anjing yang mendongak ke bintang,
meminta seseorang atau sesuatu untuk memegang kendali.
    Bagi Toffler tak seorang pun mengetahui secara rinci bagaimana masa depan itu atau apa yang akan paling berguna di dalam masyarakat gelombang ke tiga. Oleh karena itu janganlah kita hanya memikirkan satu reorganisasi yang massif atau satu perubahan besar yang revolusioner yang diperintahkan dari atas, akan tetapi pikirkanlah ribuan eksperimen yang diselenggarakan dengan sadar dan terdesentralisasi, sehingga kita menguji-coba berbagai model-baru pengambilan keputusan politik pada tingkat lokal dan regional, sebelum hal ini dapat diterapkan pada tingkat nasional dan trans nasional.
    Dengan menghindari kejutan masa depan ketika menunggang gelombang perubahan, manusia harus menguasai evolusi, membentuk masa depan menurut kebutuhan umat manusia Tanpa bangkit memberontak terhadapnya, seharusnya mulai saat historis ini dan seterusnya, manusia mengantisipasi dan mendesain masa depan. Hal ini yang merupakan tujuan akhir futurisme sosial, bukan sekedar transendensi teknokrasi dan mensubsitusinya dengan perencanaan yang lebih manusiawi, lebih berpandangan jauh, dan lebih demokratis, melainkan menundukkan proses evolusi itu sendiri pada bimbingan manusia yang sadar. Inilah saat yang maha agung, titik balik dalam sejarah, saat manusia harus menundukkan proses perubahan itu atau binasa dan saat manusia, dari menjadi boneka evolusi yang tak sadar, menjadi korban atau empu proses itu.

E. Pendidikan di Masa Depan
    Dalam hal ini, Alvin Toffler, dalam buku Future Shock menggambarkan sistem pendidikan dimaksud sebagai berikut  :
Sejumlah besar pelajar ( bahan baku ) dikumpulkan dalam sebuah sekolah yang berlokasi sentral ( pabrik ), untuk diproses oleh para guru ( pekerja ), dan kualifikasi maupun karakteristik lulusannya relatif sama alias standard. Bukankah gambaran pola pendidikan seperti itu persis sama dan sebangun dengan realitas di dunia industri. 
    Selain pola globalnya, hal-hal yang bersifat tehnik pun dipaksakan sedekat mungkin dengan realitas dunia industri. Mulai dari hirarki administratif pendidikan yang mengikuti model birokrasi industrial, sampai ilmu pengetahuan itu sendiri juga diorganisasikan dalam berbagai disiplin permanen, berdasarkan asumsi-asumsi yang ada di dalam dunia industri. Yang hasilnya berupa penjurusan-penjurusan keilmuan yang sangat rigid.
Sekolah dianggap menjadi sarana untuk mengintroduksikan sekaligus “mentakdirkan” peserta didik untuk menjadi salah satu sekrup di dalam masyarakat industrial.
    Sekolah menjadi simulasi dari masyarakat dewasa dengan struktur jabatan, peranan, dan lembaga yang mirip dengan struktur dunia industri. Di sini para pelajar tidak hanya mempelajari fakta dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh industri, tetapi juga menghayati dan mempelajari gaya hidup yang akan di tempuhnya di masa depan. Aspek yang paling dikecam dalam pendidikan dewasa ini –regimentasi, tiadanya individualisasi, sistem yang kaku dalam pengaturan tempat duduk, pengelompokan, pembagian tingkat, pemberian nilai, dan peran guru yang otoriter – justru merupakan faktor yang membuat pendidikan umum secara massal menjadi sarana adaptasi yang begitu efektif terhadap kebutuhan dunia industri.


F. Penutup
    Sejak menggegerkan dunia dengan ''ramalan''-nya tentang masa depan dunia yang terangkum dalam buku 'Future Shock' (1970), Alvin Toffler seolah tak pernah diam. Gagasan-gagasannya tentang benturan peradaban manusia yang telah jadi acuan utama para politisi dunia itu sepertinya terus mengusik benak Toffler, dan membuatnya tak mampu menghindarkan diri dari pusaran aktivitas pencarian. Di tengah proses pencarian itulah buku Future Shock hadir di depan publik sebagai bagian dari rangkaian pemikiran Toffler sebelumnya.
    Sampai sekarang, manusia telah menjalani dua gelombang besar perubahan -- yaitu gelombang revolusi agraris dan perubahan cepat yang terjadi pada proses industrialisi. Masing-masing gelombang melenyapkan budaya dan peradaban sebelumnya; dan menggantikannya dengan peradaban baru yang tak dapat dipahami oleh generasi sebelumnya. Revolusi pertanian (yang disebut Toffler sebagai Gelombang Pertama) membutuhkan proses ribuan tahun, sedang bangkitnya peradaban indutsri (Gelombang Kedua) hanya membutuhkan waktu 300 tahun.
    Sejarah bahkan berlangsung secara lebih akseleratif dalam proses Gelombang Ketiga yang bakal menyapu bersih bentuk peradaban sebelumnya dan menggantinya dengan sebuah peradaban yang benar-benar baru. Bagaimana bentuk peradaban baru dan bagaimana politik yang cocok untuk menghadapinya itulah yang diurai dalam buku Future Shock. Tentu saja konsep dunia masa depan yang disajikan tetap bertumpu pada gagasan-gagasannya terdahulu, khususnya mengenai benturan tiga peradaban manusia.
Sejarah manusia merupakan sejarah kehidupan yang paling panjang, proses sejarah manusia melalui tiga fese yaitu masa lalu, kini dan yang akan datang. Ketiga fase tesebut tidak dapat dihindari kecuali hanya dialami oleh manusia itu sendiri. Alfin Toffler adalah seorang tokoh pembuat sejarah kehidupan manusia yang akan datang. Sejarahwan yang tidak hanya melihat masa lalu sebagai objek studinya tetapi dengan masa lalu kehidupan manusia dapat diprediksikan. Disinilah makna historisitas menurut Alfin Toffler tentang kehidupan manusia yang akan datang yang dia perlihatkan secara jelas dengan pendekatan teori sebab-akibat.


DAFTAR PUSTAKA

Hantington, Samuel. Benturan Antara Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia,  Yogyakarta: Qalam, 2003.

Slouka, Mark. Ruang yang Hilang Pandangan Humanis Tentang Budaya Cyberspace yang Merisaukan, Bandung: Mizan, 1999.

Toffler, Alvin. Future Shock (Kejutan Masa Depan), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.

____________. Gelombang Ketiga (Bagian Pertama), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.

____________, Gelombang Ketiga (Bagian Kedua), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.

____________, Kejutan dan Gelombang, Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.

3 komentar: