Sabtu, 02 November 2013

I’JAS AL QURAN ( KEMUKJIZATAN AL QUR’AN )

    Jika membicarakan I’jas Al Qur’an ( Kemukjizatan Al Qur’an ), ini berarti bahwa mukjizat ( Bukti Kebenaran ) tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat dalam Al Qur’an itu sendiri, dan bukan bukti kebenaran yang datang dari luar.
    Mukjizat pada umumnya bertujuan untuk membuktikan kebenaran seorang Nabi dan menambah keyakinan para pengikutnya, disamping untuk menyeru kepada ummat lainnya agar percaya akan keesaan ALLAH SWT.
    Adapun mukjizat yang dianugerahkan ALLAH SWT kepada para utusan-Nya  adalah untuk menantang Kaum-Nya. Juga untuk membuktikan pada mereka bahwa petunjuk dari risalah yang dibawanya benar-benar datang dari ALLAH SWT dan juga menannmkan iman kedalam lubuk hati manusia, dan menunjukkan jalan yang lurus demi menuju keselamatan hidup.
    Kata Mukjizat itu sendiri tidak terdapat dalam Al Qur’an, namun untuk menerangkan mukjizat, Al Qur’an menggunakan istilah ayat atau bayyinat. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua macam arti. Yang pertama artinya perkabaran/berita Ilahi, yang berupa ayat-ayat suci Al Qur’an ( Ali Imran/3: 118,252, Al An’am/6 :4, Yunus/10: 7, dan Al Baqarah/2: 159, Ali Imran /3 : 86, Yunus/10:150 ). Sedangkan yang kedua artinya mencakup mukjizat atau tanda bukti ( Ali Imran 3/49, Al A’raf/7:126, Al Mukmin/40:78 dan Al A’raf /105, An Nahl/66:44, Thaha/20:72)1

    Mukjizat Nabi Muhammad Saw bukanlah berarti mukjizat-mukjizat yang lainnya. Mukjizat-mukjizat sebelumnya berarkhir seiring dengan berakhirnya hidup para Nabi tersebut.Dengan Wafadnya para Nabi tersebut, bekas mukjizat yang mereka bawapun  lenyap. Sementara Mukjizat Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad Saw, tetap dan abadi sampai hari kiamat2. 

Al Qur’an mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran, dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad Saw  . Sebagai sumber ajaran. Al-Qur’an memberikan berbagai  norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan ummat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Disamping sebagai sumber ajaran, Al Qur’an juga diturunkan ALLAH Swt untuk menjadi kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw. Terutama bagi yang menentang dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian ilmu-ilmu Al Qur’an disebut mukjizat.
Untuk menguraikan lebih jauh tentang I’Jas (Kemukjizatan) Al Qur’an ini, pemakalah akan membahas lebih rinci tentang pengertian I’Jas ( Mukjizat ), macam-macam Mukjizat, aspek-aspek mukjizat dan kesimpulan.
B. Pengertian Mukjizat
    Secara Etimilogis (bahasa) berarti melemahkan. Sementara menurut terminology (Istilah), ialah suatu yang luar biasa yang diperlihatkan / diberikan ALLAH kepada paraRasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan3.
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mukjizat adalah kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia4. M Quraish Shihab berpendapat mukjizat diambil dari kata bahasa Arab yang berarti”melemahkan atau menjadikan tidak mampu”,Pelakunya ( yang melemahkan ) dinamai mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga tidak mampu membungkam lawan, ia dinamai mukjizat. Tambahan ta’marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif). Sedangkan pengertian mukjizat dalam Ensiklopedia Islam adalah, membuat sesuatu menjadi tiadk mampu atas sesuatu yang luar biasa tidak mampu mendatangkan hal yang serupa. Sesuatu yang laur biasa yang nampak pada diri seorang nabi. Keluarbiasaan itu mendapat tantangan, tetapi tantangan itu tidak mampu mengalahkannya.
    Menurut Manna al-Qattan, I’jaz adalah menetapkan kelemaha. Kelemahan menurut pengertian umum adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari Quadrah (potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang diamksud dengan I’Jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam menghadapi mukjizatnya yang abadi, yakni Al-Qur’an. Imam Jalaluddin al-Sayuti menjelaskan bahwa mukjizat ialah;
Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang disertai tantangan dan selamat (tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan tersebut8.
    Pengertian Mukjizat menurut pakar Agama Islam  adalah sebagai”suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan hal serupa, namun mereka tidak mampu  melayani tantangan itu”9.

    Dari defenisi dan keterangan di atas dapat dipahami bahwa mukjizat itu harus memenuhi 4 (empat) unsur yaitu:
1.    hal atau peristiwa yang luar biasa
peristiwa-peristiwa alam, misalnya, yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan tidak dinamai mukjizat, karena ia telah merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hokum-hukumnya. Dengan demikian, hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun sekilas ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, ia tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam defenisi tadi.
2.    terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi.
Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari seseorang Nabi, maka tidaklah dinamakan mukjizat.
3.    mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum atau sesudahnya. Di sisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan yang sejalan dengan ucapan sang Nabi.
4.    Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
Apabila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan ang penantang tidak terbukti. Perlu digaris bawahi disini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing Nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan keahlian umatnya10.
    Para Nabi memiliki mukjizat yang berbeda sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Nabi Musa, karena masyarakatnya sangat ahli dalam ilmu sihir, maka mukjizatnya ialah kemampuannya merubah tongkat menjadi ular besar, yang mampu menelan semua ular yang dimunculkan para penyihir Fir’aun. Nabi Isa, karena masyarakatnya ahli dalam bidang pengobatan, mukjizatnya ialah kemampuan menyembuhkan orang buta sehingga mampu melihat kembali. Sedangkan Nabi Muhammad, karena masyarakatnya ahli dalam bidang sastra maka mukjizanya ialah Al-Qur’an, yang melebihi sastra Arab gubahan para sastrawan yang dianggap tidak ada yang mampu menyaingi Al-Qur’an11.
    Al-Qur’an digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab. Tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan  balaghah-nya . Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
    Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tata cara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipewrtebal atau diperhalus ucapannya, di mana tempat terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu daniramanya, sampai kepada etika membacanya12.
    Rasulullah SAW pernah menantang ornag-orang Arab ketika mereka menuduh bahwa  nabi yang menciptakan Al-Qur’an. Tantangan yang diberikan Rasul terlihat pada tiga tahapan.
Pertama , menantang mereka dengan seluruh Al Qur’an dalam uslub( metode) umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya: “Katakanlah,”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain”. (Q.S. 17/Al Isra’:88)
    Kedua, menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al Qur’an, dalam firman-Nya: “Bahkan mereka mnegatakan,”Dia ( Muhammad) telahmembuat-buat Al Qur’an itu.-“Katakanlah, “(Kalau Demikian), datangkanlah sepuluh srat semisal sanggup selain ALLAH, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka ( Katakanlah),”Ketahuilah, bahwa ( AlQur’an) itu diturunkan dengan ilmu ALLAH, dan tidak ada Tuhan selain Dia, aka maukah kamu berserah diri ( masuk Islam)”.(Q.S.11/Hud:13-14).
    Ketiga, menantang mereka dengan satu surat saja dari Al Qur’an, dalam firman-Nya;”Apakah pantas mereka mengatakan Dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah,”Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah  (Al Qur’an) , dan ajaklah siapa saja diantara kamu yang mampu (membuatnya) selain ALLAH, jika kamu orang-orang yang benar”.(Q.S.10/Yunus:38)
   
Tantangan ini diulang lagi dalam firman-Nya:
“dan jika kamu meragukan Al Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhamad), maka buatlah satu surah semisal dengannya, dan ajaklah penolong-penolongmu selain ALLAH, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. 2/Al-Baqarah:23).13
    Dari pengertian di atas jelaslah bahwa mukjizat pada hakikatnya bertujuan untuk membenarkan kerasulan para Rasul, dengan kemampuannya melebihi kemampuan masyarakatnya.
C. Macam-Macam Mukjizat  
    Menurut Said Agil Husin Al Munawar, mukjizat dapat dibagi kepada dua macam, yaitu
1.    Mukjizat “Hissi”, ialah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai oleh panca indra. Mukjizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan kepada manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan fikirannya, yang tidak cakap pandangan mata hatinya dan rendah budi dan perasaannya.
2.    mukjizat”ma’nawi”, ialah mukjizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mukjizat ini melainkan orang yang berpikir sehat, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur14.
Sedangkan menurut M Quraish Shihab, secara garis besarnya, mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indriawi lagi tidak kekal; dan mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat-mukjizat Nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indriawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi tersebut menyampaikan risalahnya.15
Perahu Nabi Nuh .AS yang dibuat atas petunjuk ALLAH SWT, sehingga mampu bertahan dala situasi ombak dan gelombang yang demikia dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim A.S. dalam kobaran api yangsangat besar; tongkat Nabi Musa A.S. yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa A.S atas izin ALLAH SWT, dan lain-lain. Kesemuanya bersifat material indriawi, sekaligus erbatas pada lokasi tempat Nabi tersebut berada, dan berakhir dengan wafatnya masing-masing Nabi. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW , yang sifatnya bukan indriawi atau material, namun dapat dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasioleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjzat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya kapanpun dan dimanapun16.
Jenis mukjizat bagi para Nabi itu berbeda –beda, sesuai denganjenis-jenis tantangan yang popular pada masa Nabi yang bersangkutan. Misalnya mukjzat Nabi Muhammad Saw mengeluarkan air bersih dari sela-sela jari-jemarinya, mencukupkan makanan yang sedikit sehingga makanan yang sedikit pada waktu penggalian parit pada perang Khandaq dapat menjamu dan mengenyangkan banyak orang.
Al-Qur’an sering disebut sebagai Umm al-Mukjizat (induk semua mujizat) karena jika dibandingkan dengan semua mukjizat-mukjizat nabi-nabi lainnya, Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar. Kemukjizatannya tidak hanya terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, tetapi juga setelah Nabi Muhammad SAW meninggal. Berbeda dengan mukjizat nabi-nabi sebelumnya, mukjizat mereka hanya dapat disaksikan ketika nabi yang bersangkutan masih hidup17.


D. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
    Ada beberapa segi kemukjizatan Al-Qur’an, yaitu :
1.    susunan yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang Arab
2.    Adanya uslub yang berbeda dengan uslub-uslub bahasa  Arab.
3.    Sifat agung yang tidak mungkin bagi seorang untuk mendatangkan hal yang seperti itu.
4.    Bentuk Undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna, melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
5.    mengabarkan hal-hal qaib yang tidak bisa diketahui, kecuali dengan wahyu.
6.    tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
7.    Menepati janji dan ancaman yang dikabarkan Al-Qur’an.
8.    adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya (ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum)
9.    memenuhi segala kebutuhan manusia
10.    Berpengaruh kepada hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya18.
Disamping itu ada tiga aspek dalam Al-Qur’an yang menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi bukti bahwa selurh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari ALLAH SWT. 
   
1.    Aspek Keindahan dan Ketelitian Redaksi Al-Qur’an

Tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan memiliki rasa bahasa Arab, karena keindahan diperoleh melalui perasaan bukan melalui nalar. Namun demikian, setelah Al-Qur’an rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya. Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Qur’an yang berjumlah 77.439 ( tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan ) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dan paduannya, maupun kata-kata dengan lawan kata dan dampaknya19.

Abdurrazaq Nawfal, dalam Al-I’jaz Al-Adabiy fi Al-Qur’an Al Karim yang dikutip oleh M.Quraish Shihab, mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimbangan tersebut, yang dapat kita simpulkan secara singkat sebagai berikut.
A.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya. Beberapa contoh diantaranya:
•    Al-Hayah  (Hidup, kehidupan) dan al-Mawt(mati, kematian), masing-masing sebanyak 145 kali
•    Al-Naf ( manfaat ) dan al-madharrah ( mudarat ), masing-masing sebanyak 50 kali
•    Al-Har ( panas ) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali.
B.    Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya / makna yang dikandungnya. Beberapa contoh, diantaranya:
•    Al-Harts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali.
•    Al-uslub dan al-dhurur(membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali.
•    Al-Infaq(infak) dengan al-ridha(kerelaan), masing-masing 73 kali.
•    Al-Qur’an, al-wahyu dan Al-Islam (Al-Qur’an, wahyu dan Islam), masing-masing 70 kali

C.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan jumlah yang menunjuk kepada akibatnya. Beberapa contoh, diantaranya :
•    Al-Kafirun (orang-orang Kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran), masing-masing 154 kali
•    Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali

D.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan penyebabnya, contoh ;
•    Al-israf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali.
•     Al-isra(tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali.
•    Al-salam (kedamaian) dengan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali
E.    Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus, yaitu ;
1.    Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk jamak (plural) yaitu (ayyam) bentuk musanna atau dua, yaitu (yaumayni), berjumlah 30 kali, sama dengan jumlah hari-hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) disebutkan sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2.    Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh lapis. Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
3.    kata-kata yang menunjuk kepada utusan ALLAH, berupa rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir( pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi dan rasul20.

2.    Aspek Pemberitaan-Pemberitaan Gaib dalam Al-Qur’an

Di antara pemberitaan gaib dalam Al-Qur’an adalah berita tentang Fir’aun dan tenteranya yang mengejar Nabi Musa. Mereka tenggelam dalam lautan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah Thaha/20: 77-78 
Kemudian Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa mayat Fir’aun diselamatkan ALLAH SWT untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Ayat tersebut adalah sebagai berikut :

Artinya : Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.

Maspero, seorang pakar sejarah Mesir Kuno, menjelaskan dalam “Petunjuk bagi Pengunjung Museum Mesir”, setelah mempelajari dokumen-dokumen yang ditemukan Alexandria Mesir, bahwa penguasa Mesir yang tenggelam itu bernama Maneptah, hal itu terjadi sekitar 1200 tahun S.M.

Pada masa turunnya Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, tidak seorangpun yang mengetahui dimana sebenarnya penguasa yang tenggelam itu berada, dan bagaimana kesudahan yang dialaminya. Namun pada tahun 1896 seorang ahli purbakala bernama Loret menemukan jenazah tokoh tersebut dalam bentuk mummi di Wadi Al-Muluk (Lembah Para Raja) berada di daerah Thaba, Luxor, di seberang Sungai Nil, Mesir. Kemudian pada tanggal 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mummi itu dan ternyata badan Fir’aun tersebut, masih dalam keadaan utuh.
Pada Juni 1975, ahli bedah Perancis, Maurice Bucaile, mendapat izin melakukan penelitian lebih lanjut tentang mummi tersebut dan menemukan bahwa Fir’aun meninggal di laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya21.

3.    Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an

Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan  dalam Al-Qur’an. Misalnya diisyaratkan bahwa “Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan dari cahaya matahari” (Q.S. Yunus/10: 5)22.
Masih banyak lagi ayat yang menjelaskan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Secara logika, jika bukan berasal dari ALLAH yang Maha Mengetahui segala sesuatu, mana mungkin Nabi Muhammad SAW, orang yang Ummiy (tak pandai membaca dan menulis), memiliki kemampuan secanggih itu.
Kesemua aspek tersebut dimaksudkan menjadi bukti bahwa petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Al-Qur’an adalah benar, sehingga manusia yakin dan mengamalkannya.

F.    Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan dan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan / diberikan ALLAH kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian  dan kerasulan.
2.    Unsur-Unsur Mukjizat adalah peristiwa yang luar biasa, terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi, mengandung tantanga terhadap yang meragukan kenabian, dan tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
3.    Mukjizat dapat dikelompokkan kepada dua macam yaitu mukjizat”hissi”dan Mukjizat “ma’nawi.
4.    Ada tiga aspek yang dapat dijadikan bukti tentang kebenaran Al-Qur’an, yaitu aspek keindahan dan ketelitian redaksinya; aspek pemberitaan gaibnya dan aspek isyarat-isyarat ilmiahnya.

Daftar Bacaan

Al Munawwar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, ed. Abdul Halim, cet,IV, Jakarta : Ciputa Press, 2005.
Al-Qattan , Manna, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, cet.XIII, Kairo : Maktabah Wahhab, 2004
Al-Sayuti, Jaluddin, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al Kutub al-Ilmiyah, 2000
Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali, Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aminuddin, Bandung : Pustaka Setia, 1999.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , cet.III, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, cet,XI, jilid III, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003.,
Khalid, Amru Ibadah Sepenuh Hati, terj. Saiful Haq, ed. Tony Syarqi, Solo : Aqwam, 2005
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib,_cet. II ( Bandung : Mizan, 2007).
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 2007
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 2000
Syahrin dan Hasan Bakti, Ensiklopedi Aqidah Islam, Jakarta : Prenada Media, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar