Selasa, 05 Maret 2013

DINASTI SALJUK

A.    PENDAHULUAN

Masa ini diawali ketika suku Saljuk mengambil alih pemerintahan dan mengontrol kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 447 H/1055. masa saljuk berakhir pada tahun 656 H/1258, ketika balatentara Mongol menyerang serta dunia Islam terutama bagian timur. Suku saljuk tidak selamanya mendominasi kekuasaan, karena khalifah Abbasiyah belakangan berhasil membebaskan diri dari kontrol Saljuk.
Sejak periode kedua Abbasiyyah yang dimulai setelah pertengahan abad ketiga hijriah, negara kekhilafaan Islam terus melemah secara progresif hingga akhirnya harus pecah menjadi tiga khilafah. Khilafah Abbasiyah berdiri di Timur; khilafah Fatimiah di Mesir, sebagian wilayah Afrika Utara dan Syria; dan khilafah Umawiyah di Andalusia. Pada saat kondisi umat yang seperti ini perang salib terjadi.

Empat puluh tahun sebelum terjadinya perang salib, bangsa Saljuk Turki telah berhasil mendominasi Baghdad dan mengambil kekuasaannya di bawah kekhalifaan nominal Abbasiyah. Orang Saljuk berusaha untuk dapat menguasai sebagian besar wilayah Parsi, wilayah utara Iraq, Armenia dan Asia kecil pada tahun 1040 M.
Kemudian sultan Saljuk, Tugril Beg , berhasil menguasai wilayah Bain pada tahun 1055 M.
Orang Saljuk mulai menyebarkan kekuasaan mereka atas Byzantine di Asia Minor. Pada tanggal 19 Agustus 1081 M, terjadi perang Malathkard di bawah komando Saljuk yang bernama Alp Arslan yang benar-benar menimbulkan malapetaka besar bagi orang-orang Bizantium hingga akhir abad ke 11 M.
Pada tahun 1071 M. bangsa Saljuk meluaskan cengkraman kekuasaan mereka di sebagian besar wilayah Palestina kecuali Arsout. Dengan kekuasaan ini mereka mengakhiri dominasi Fatimiyah dari tanah ini dan terus meluaskan ekspansinya atas wilayah Syiria yang dikuasai oleh Fatimiah dan menguasai sebagian daerahnya.
Munculnya Dinasti Saljuk mempunyai arti yang penting bagi perkembangan sejarah Islam, karena banyaknya kemajuan-kemajuan yang dicapai serta luasnya wilayah yang dikuasainya . Untuk memperluas kekuasaan Islam, bahkan sampai ke Asia.




B.  ASAL USUL DINASTI SALJUK (1055-1258)
Saljuk adalah nama sebuah dinasti yang berkuasa di Irak, Persia, Suriah dan Kirman. Mereke berasal dari suku yang mendiami Asia Tengah. Atrak (orang Turki) adalah nama kolektif yang dinerikan oleh penulis Arab kepada warga suku Nomad yang menduduki gurun dan lahan kering antara ujung timur laut Denia Islam dan perbatasan Cina. Mereka mengembara ke arah barat, kemudian menetap dan bahkan sebagian telah terserap ke dalam birkrasi dan militer penguasa Islam. Adapun torkoman adalah orang-orang yang mengembara dengan binatang dan tenda mereka, menjarah kampung, dan mengambil rampasan yang menjadi tumpuan kehidupan mereka. Turkoman yang mengembara ke Timur Tengah datang dari suatu kelompok yang dikenal dengan nama Ghuz atau Oghuz. Mereka terbagi ke dalam sembilan suku .
Saljuk adalah nama keluarga penguasa suku-suku Oghuz di Turki. Mereka berasal dari daerah pegunungan dan step Turkistan. Menjelang akhir abad ke-2H atau abad ke-8M, orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran tinggi Siberia ke laut arab dan sebagian ke wilayah Rusia. Dengan menyerang daerah Ushrusana (Iran), yang berada di bawah kekuasaan Khalifahal-Ma’mun (198-218H/813-833M), beberapa orang Oghuz juga pindah ke dataran tinggi di Histan, sebelah utara Sungai Atrak (Iran), dan yang lain mengambil alih pemukiman yang ada di mutiara sungai Syr Darya (Kazakhstan).
Suku Saljuk adalah keturunan Saljuk bin Yakak, seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi kepada salah seorang Turki yang mengabdi kepada salah seorang Khan di Turkistan. Saljuk pindah dari dataran tinggi Kirghiz (Kazakstan) bersama seluruh anggota sukunya ke Jand di Propinsi Bukhara. Di kota ini ia dan seluruh sukunya masuk islam. Dua dasawarsa berikutnya, orang-orang Saljuk (yang kemudian dipimpin oleh tiga orang putra saljuk: Musa, Mikail dan Arslan; kemudian juga oleh dua orang putra Mikail yang bernama Tugril Beq Muhammad dan Chaqri Beq Dawud) menjadi tentara bayaran khalifah dan berperang di Tyransoxiana serta Khurasan. Akhirnya, pada 1055 mereka mengambil alih kekuasaan di Baghdad dan membuat khalifah di bawah pengaruh mereka. Khalifah hanya memiliki wewenang dalam bidang keagaman saja.
Samarkand. Kota ini merupakan ibukota provinsi Transoksania (sekarang Usbekistan). Kota Samarkand menjadi saksi sejarah kekuasaan Alexander The Great (Iskandar Dzu Al-Qarnain), putra Philip dari Makedonia, ketika berhasil menaklukkan Dinasti Achameneids. Kota ini telah melahirkan para Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti Saman, seperti: Muhammad Addi As-Samarkandi, Abu Manshur Al-Maturidi, Abu Al-Hasan Maidani, Ahmad ibn Umar, Abu Bakr As-Samarkandi, Muhammad ibn Mas’ud As-Samarkandi, Alauddin As-Samarkandi, Najibuddin As-Samarkandi, dan Abu Al-Qasim Al-Laitsi As-Samarkandi.
Bukhara menjadi ibukota pemerintahan pada puncak kejayaan Dinasti Saman. Di kota ini banyak dibangun perpustakaan yang sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Bukhara merupakan kota kelahiran ulama besar penghimpun Hadits-hadits Nabi yang amat masyhur, Abu Abdullah Muhammad bin Abi Al-Hasan Al-Bukhari.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, tiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu . Mereka dipersatukan oleh Saljuk ibn Tukaq. Karena itu, mereka disebut orang-orang saljuk. Pada mulanya Saljuk ibn Tukaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara.
Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja bermaksud menyingkirkan Saljuk. Namun sebelum rencana itu terlaksana, Saljuk mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah Jand, atau disebut juga wama wara’a al-nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami deaerah ini atas izin penguasa dinasti Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan mazhab Sunni. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah, Saljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh dinasti Samaniyah.
Dominasi Saljuk atas Kekhalifahan, yang dimulai oleh al-qoing pada 1055, berakhir pada tahun 1194 pada masa pemerintahan al-Natsir.

C.  PERKEMBANGAN DINASTI SALJUK
Dinasti Saljuk ini berdirinya sama dengan halnya seperti Dinasti Buaiwiyah yaitu leyaknya disekitar laut Kaspia, yang sama-sama mempunyai sejarah Dinasti yang memerdekaan diri dari Baqdad. Hanya saja Dinasti Buaiwiyah yang menguasai Baghdad merupakan Dinasti yang paling kuat dan luas pada abad 10-11 M. Sementara Dinasti Saljuk merupakam Dinasti yang mengantarkan babak baru dan masyhur bagi sejarah Islam dan system pemerintahannya.
Walau demikian, ketika Saljuk berhasil mamasuki Baqdad setelah sempat mengalahkan kekuatan buaiwiyah (1037-1063)
Pada saat itu kekuasaan kaum Saljuk mulai semakin terang, dan kekuasan Bani Buaiwiyah mulai redup dan pudar. Saat itu Buaiwiyah dipimpin oleh Raja Rahim dan Saljuk di pimpin oleh Tuqril Beg. Maka berakhirlah zaman Bani Buaiwiyah dan bemulalah kekuasaan Saljuk.
Sebelum berjumpa dengan Dinasti Buaiwiyah, Saljuk bermukim berdekatan dengan kaum Sammaniyah. Dan ketika itu pula kaum Sammaniyah sedang berperang dengan Ghaznah.  Sedang kaum Saljuk berpihak dengan kaum Sammaniyah serta mendukungnya. 
Kerajaan Sammaniyah telah lumpuh pada penhujung abad ke empat. Sedangkan kaum Ghaznah kekuatannya semakin meningkat. Ini telah memberi kesempayan pada kaum Saljuk untuk memerdekakan diri bersama dengan sisa-sisa milik kerajaan Sammaniyah yang runtuh.
Saljuk kemudian meninggal dunia ketika berusia lebih kurang seratus tahun dan meninggalkan empat orang anak, yaitu: Mikail, Musa, Israil dan Yunus. Setelah kematian Saljuk Ibnu Tuqaq, kepemimpinan keluarga Saljuk berada ditangan Israil Ibnu Saljuk yang juga dikenal sebagai Arsalen. Pada masa Dinasti Saljuk semakain besar dan melebar wilayahnya hingga ke Nur Bukhara (sekarang Nur Ata) dan sekitar Samarkand.
Pimpinan kaum Ghaznah (Sultan Mahmud) mulai merasa curiga terhadap kekuatan yang baru muncul ini, adapun pimpinan kaum Saljuk (Israil). Namun ia berpura-pura besikap cinta akan damai dan mengundang Israil untuk berunding. Tetapi Israil yang menyambut undangan itu telah ditanggap dan dipenjarakan oleh kaun Ghaznah. Kemudian Kaum Saljuk melantik saudaranya kembali sebagai pimpinan yaitu Mikail.
Sultan Mahmud kemudian menyerang kaum Saljuk dan memporak-porandakan, bertepatan pada tahun 418 H. Kemudian Mikail juga meninggal dunia, dan hal ikhwal kaum Saljuk di serahkan kepada kedua anak laki-lakinya Mikail ibnu Saljuk yaitu: Tugril Beg dan Cagril Beg.
Sultan Mahmud kemudian meninggal dunia pula, Kematian ini telah merintis jalan kearah kejayaan Saljuk, karena anaknya yang bernama Mas’ud gagal memenuhi kekosongan besar yang ditinggalkan olehnya dan telah tewas di tangan kaum Saljuk di Medan pertempuran pada tahun 429 H.
Pada akhir tahun 429 H/Agustus 1038 kekuatan Saljuk dapat menaklukkan kota Nisapur. Maka nama Tugril Beg menjadi semakin berkibar dan begitu juga dengan nama saudaranya Chagril Beg. Maka pada tahun 429/1037 Dinasti Saljuk memilih Tugril Beg untuk menjadi pimpinan daerah Nisapur, untuk menggantikan Mas’ud. Tahun itulah dianggap sebagai awal sejarah Inperium Turki Saljuk. 
Masa kepemimpinan Tugril Beg berhasil menjalakan rencananya yakni melakukan konsolidasi kekuatan meliter yang dianggap menentang kekuatan Saljuk dan memperluas wilayah kekuasaan. Pada bulan Ramadhan 431/1039 H. Terjadilah pertempuran sengit antara Saljuk dengan balas dendam Mas’ud di Nisapur, dan Mas’ud sendiri terbunuh, sehingga dari Ghaznawi di Iran dan dibelakang wilayah sungai Eufrat digantikan oleh Saljuk. Sebab itu dalam sejarah ini disebut sejarah Turky Saljuk Raya. Karena gembira atas kemenangannya dan di sebut juga dengan sejarah Turky Saljuk di Iran, karena berada didaerah Iran tersebut.
Pada masa Saljuk Raya ini, mereka sudah menguasai Irak, Persia Barat dan Syiria. Dan Saljuk sudah mempunyai banyak cabang dan diantara para sultannya yang terkenal Alp Arslan (455-465/1063-1072) dan Malik Syah (456-485/1072-1092) dengan menteri yang terkenal Nizam al-Muluk. Alp Arslan mengembangkan wilayah kekuasaanya hingga ke Byzantium. Sedangkan Malik Syah mengembangkan wilayahnya lebih luas lagi yang meliputi Afganistan hingga ke Laut Tengah, dan dari Asia Kecil hingga ke Yaman.

D.  TUGRIL BEG
Arslan Israil mempunyai dua keponakan yang bernama Tugril Beg dan Chagri Beg, yang tetap di wilayah tradisional suku itu di Syr Darya.  Tetapi sekitar tahun 420H/1030M, mereka di gusur oleh musuh lokal mereka dan terpaksa menyerang kota Gaznawi di Transoksania. Di sinilah mereka diterima dengan hati-hati tetapi tidak terlalu bermusuhan oleh pembesar lokal. Sultan Mas’ud Gaznawi mempertahankan daerahnya, tetapi pada 431H/1040M ia bertemu tentara Bani Saljuk di Dandaqan yang dikalahkan secara total.
Di saat kepemimpinan Thugril beg inilah, dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi bani Buwaihi. Sebelumnya, Thugril berhasil merebut daerah-daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan.   
Posisi yang kedudukannya Khalifah lebih baik setelah dinasti Saljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama “dirampas” orang-orang Syi’ah.
Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugril Beg memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti-dinasti kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan dinasti saljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keagamaan Abbasiyah untuk membendung faham Syiah dan mengembangkan mazhab Sunni yang dianut mereka.
Periode kekuasaan Tugril (1037-1063), keponakan sekaligus penerusnya, Alp Arslan (1063-1072), dan periode putra terakhirnya, Maliksyah ( 1072-1092), mewakili periode-periode paling cemerlang dalam masa kekuasaan saljuk atas dunia Islam di timur. Karena angkatan bersenjata kelompok suku-suku Turki yang masih segar semakin bertambah pesat, Saljuk memperluas wilayah taklukannya kesegala penjuru, sehingga wilayah asia Barat, sekali lagi, dipersatukan dalam satu kerajaan Muslim, dan kemashuran tentara Muslim yang telah sirna itu kini bangkit kembali.  Wilayah kekuasannya terbentang luas dari Kashgar, sebuah kota kecil diwilayah paling ujung Turki, hingga Yerussalem, dan dari kontantinopel hingga laut Kaspia.
Untuk membalas jasa pengemudi perahu yang pernah menyeberangkannya melintasi Oxus, ia menetapkan beberapa aturan untuk perwakilannya di Antiokia. Maliksyah bukan hanya seorang penguasa atas suatu imperium yangs angat luas. Ia juga membangun beberapa ruas jalan dan sejumlah mesjid, memperbaiki dinding-dinding kota, menggali kanal-kanal dan menghabiskan banyak dana untuk mengamankan  para Kafilah yang menempuh rute ibadah Haji ke Mekkah. 
Sebuah Ras baru dari asia tengah berjuang mati-matian agar Islam kembali manggung dan mendapatkan supremasinya di dunia. Kisah tentang kaum kafir bar-bar, yang menginjak-injak leher para pengikut Rasulullah dan pada saat bersamaan memeluk agama yang dianut oleh bangsa yang ditaklukkannya, kemudian menjadi penganut yang shaleh, bukanlah menjadi kasus unik dalam sejarah agama ini.
Proses seperti itu diulang oleh kerabat mereka, bangsa mongol pada abad 13, dan oleh saudara sepupu mereka, Dinasti Turki Usmani, pada awal abad ke 14. pada masa, masa paling gelap dalam sejarah Islam polotik, Islam keagamaan justru mampu mencapi berbagai kemenangan yang gemilang.
Tugril Beg dan saudaranya telah membangun kerajaan besar, dan kemudian diperluas oleh Alp Arslan yang mengalahkan Bizanium dan menawan kaisarnya. Setelah itu Maliksyah memperluas kerajaanya sampai ke batas Cina di timur hingga keujung wilayah Syam di Barat, dan wilayah Islam di utara sampai selatan wilayah Yaman. Alp Arslan berpesan agar Maliksyah memberikan Pamannya, Quawurt bin Daud yang berada di Kirman unuk menarik pajak penghasilan Fars dan Kirman.
Pada awal pemerintahannya, timbul kegoncangan di berbagai penjuru negeri yang berada dibawah kekuasaan Bani Saljuk. Altakin, penguasa Samarkand, berhasil mengambil turmudz, dan yang paling parah adalah ketika Qawurt, paman Maliksyah yang menjadi Sultan Saljukdi Kirman, bergerak menuju Rayy untuk merebut kedudukan Sultan. Sekali lagi, Nizam al-Mulk berhasil memenangkan pertempuran melawan Qawurt.
Pada masa ini, ada dua belas khalifah Abbasiyah. Nama-nama dan tahun mereka naik tahta adalah sebagai berikut:



1.    al-Qa’im    (1031-1075)    7. al-Mustanjid    (1160-1170)
2.    al-Muqtadi    (1075-1094)    8. al-Mustadi    (1170-1180)
3.    al-Mustazir    (1094-1118)    9. an-Nasir    (1180-1225)
4.    al-Mustarsid    (1118-1135)    10. az-Zahir    (1225-1226)
5.    ar-Rasyid    (1135-1136)    11. al-Mustansir     (1126-1242)
6.    al-Muqtafi    (1136-1160)    12. al-Musta’sim     (1242-1258)
Hampir sepanjang periode ini, pasukan perang Salib membuat lelah penguasa Palestina-Suriah, tetapi baik Saljuk Maupun Abbasiyah tidak tertarik untuk ikut campur di tempat yang jauh itu. Bagi kebanyakan komunitas Muslim, perang salib-dilihat dari pusat-hanyalah sebuah episode yang tidak penting.
Takkala delegasi Muslim tiba di Baghdad-saat Yerussalem jatuh (1099)-untuk meminta bantun melawan Kristen, tuan rumah memang bercucuran air mata dan mengungkapkan simpati, tetapi tidak mengambil tindakan apapun. Khalifah al-Mustazhhir (1094-1118) menyarankan Delegasi itu untuk menghubungi Sultan Barkiyaruq (1094-1104), seorang pemabuk, putra sekaligus penerus ke-II Maliksyah, yang periode kekuasaannya menandai awal kemunduran Bani Saljuk.
Akhirnya, delegasi itu pulang tanpa membawa hasil. Pada 1108, datang delegasi berikutnya, kali ini dri kota Tropoli yang diserang oleh pasukan Salib. Delegasi itu dipimpin oleh Walikotanya langsung, tetapi misi mereka sama percumanya dengan misi yang pertama. 3 tahun kemudian, ketika Wangsa Franka, merebut sejumlah tempat dari Mesir dan membawa barang-barang dan kemudian dikirimkan kepada para saudagar Dialeppo. Al-Mustazhir-ats desakan delegasi dari Dialeppo, yang menggebrak mimbar dan mengganggu jalannya Sholat disebuah mesjid yang dihadiri sultan-berinisiatif mengirimkan segelintir bala tentara yang, tentu saja, tidak berarti apa-apa. Begitulah, sang pemimpin kaum beriman, juga Sultan Saljuk hanya berdian diri ketika berlangsung drama paling spektakuler dalam sejarah hubungan Islam-Krinten.
Selama kekhalifahan al-Muqtafi (1136-1160) ketika perang salib berkobar semakin hebat, pemimpin Muslim yang tertakan, Zangi, menyeru penguasa Baghdad meminta bantuan mereka, yang memberikan-sebagai jawaban atas desakan halayak-hanya beberapa ribu tentara. Sementara itu putra Zangi, Nur Al-Din, yang suka berperang, dan Shalah Al-Din ( Saladin) yang kondang, berhasil mengalahkan tentara mereka bukan hanya untuk menghadapi orang Kristen, tetapi juga menghadapi Dinasti Fatimiah di Mesir. Pada 1171, Shalah Al-Din Mengakhiri riwayat Dinasti Fatimiah dan, sebagai seorang sunni yang teguh ia menghentikan penyebutan nama al-Mustadhi-khalifah Abbasiyah yang berkuasa saat itu dalam khutbah-khutbah di Mesir dan Suria. Dengan demikian, tampak jelas bahwa kekuasaan khalifah Abbasiyah atas kawasan ini hanyalah formalitas.
Kepada penerus al-Mustadhi, Shalah Al-Din menyerahkan-setelah sebuah pertempuran menentukan di Hitstsin (1187)-sejumlah tawanan Franka dan sebagian barang rampasan, termasuk sebuah Salib perunggu berlapis emas yang katanya mengandung potongan kayu Salib asli. Khalifah kemudian mengubur Salib itu di Baghdad.
Pada masa pemerintahan khalifah yang terakhir ini balatentara Mongol menghancurkan Baghdad. Adapun para pemuka Saljuk yang menjadi pemimpin pemerintahan pada periode ini dapat dibedakan antara mereka yang berdomisili di Baghdad, ibukota Abbasiyah, dan yang bertempat tinggal di Iran.
Mereka yang tinggal di baghdad adan menjadi pemuka Saljuk di Baghdad
1.    Tughril Beq     (1038)    9. Dawud    (1131)
2.    Alp Arslan    (1063-1072)    10. Tugril II    (1132)
3.    Maliksyah I    (1072-1092)    11. Mas’ud    (1134)
4.    Mahmud I    (1092)    12. Maliksyah III    (1152)
5.    Barkiyaruk    (1094-1104)    13. Sulaiman Syah    (1160)
6.    Maliksyah II    (1105)    14. Arslan    (1161)
7.    Sanjar    (1118)    15. Tugril III    (1176-1194)
8.    Mahmud II    (1118)
Tampaknya mereka telah berpindah ke wilayah selatan Syr Darya, ke tenggara Laut Aral, pada permulaan abad ke-5 H/11 M, ketika salah satu darikeluarga Saljuk, menjadi muslim.
Dalam posisi ini, mereka terlibat sebagai sekutu dan tentara bayaran dalam pergulatan untuk menguasai ransoksania antra penguasa Dinasti Samania terakhir karakhani, serta Mahmud Gaznawi, seorang yang bernama Ibnu Seljuk tampaknya telah meninggal sebelum keluarganya mulai bergerak ke barat. Salah seorang anaknya, Arslan Israil, masuk ke Transoksania dengan pengikunya.
Di bawah pimpinan anaknya, Qutlumsy, mereka dipukul keluar dari wilayah Mahmud, bukan ke timur, tempat mereka datang, tetapi ke barat. Mereka menyusuri tepi Pegunungan Tabaristan dan Dailam, padang rumput Azerbaijan. Di sinilah mereka menjrah dan mencoba menegakkan kekuasaan mereka tanpa sukses, mereka selalu ditentang oleh penduduk suku kurdi.
Sebagian dari mereka lari ke irak, tempat mereka untuk sementara menduduki Mosul sebelum dikalahkan oleh Qirwasy bin al-Muqallad, pemimpin Bani Uqail, dengan tentara Arab dan suku Kurdi pada 475 H/1044M. ketika itulah banyak lagi orang Turki bergabung dengan mereka dari timur, dan Turkoman menjadi penduduk dominan yang mengubah peta etnik Timur tengah.
Setelah Dandaqan, pasukan Tugril mengikuti jejak pendahulunya, sementara Cagril tetap di Khurasan. Turkoman terus bergerak dibawah pimpinan Ibrahim Inal, salah seorang angota keluarga Bani Saljuk. Sekitar tahun 433 H/1042 M, ia mengukuhkan kekuasaannya di Rayy sebelum tahun berikutnya ke Hamadan. Cagril sendiri mengikuti dengan lebih lambat. Ia berusaha menertibkan pemerintahannya. Sekitar tahun 442 H/1051 M, ia berada di Isfahan, saat Ibrahin Inal dan Qhutlumusy menuju wilayah timur Kerajaan Bizantium. Tugril membuat perjanjian damai dengan Abu Kalijar, penguasa Buwaihi di Fars, dan berunding dengan Khalifah al-Qa’im di Baghdad.
Posisi Tugril semakin kokoh ketika Abu Kalijar meninggal dan Fars terbuka bagi serangan Torkoman. Syiraz di jarah pada tahun 444 H/1052 M, dan Ahwaz bahkan diserang. Pada tahun 447 H/1055 M, Tugril mengumumkan niatnya melakukan haji dan menyerang Fatimiah. Ia mengumpulkan pengikutnya di pegunungan Zagros. Pada tahun 447 H/1105 M, ia memasuki Baghdad, dan memakzulkan al-Malik ar-Rahim. Masa keemasan Bani Saljukpun di mulai.
Tidak lama setelah memasuki kota Baghdad, Tugril Beg menghadapi kemelut yang ditimbulkan oleh tantara Turki di Dar al-Khalifah. Di samping itu kegoncangan juga terjadi diberbagai wilayah, seperti Mosul; Diyarbakr dan Sinjar. Keadaan itu memaksa Tugril sendiri terjun untuk mengamankan kekuasaannya diwilayah tersebut. Setelah itu, ia harus kembali ke Baghdad untuk menghadapi pemberontakan tentara Turki yang dipimpin oleh al-Basasiri, yang mempunyai misi untuk menegakkan pengaruh Dinasti Fatimiah.
Kekacauan yang ditimbulkan oleh gerakan al-Basasiri ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Pengaruh Dinasti Fatimiah sesungguhnya telah masuk Baghdad, ketika Bani Buwaihi mengalihkan simpatinya ke Dinasti Fatimiah sejak masa Abu Kalijar (435 H/1043 M-440 H/1048 M). ia memiliki hubungan dekat dengan al-Muayyat Hibatullah asy-Syirazi, seorang dai Fatimiah di Fars, yang kemudian karena jasanya di angkat menjadi da’I ad-du’at (Kepala Propogandis) di Mesir.
Akibat dukungan daulah Fatimiah, al-Basasiri dapat mengalahkan tentara Khalifah dalam peristiwa Sinjar tahun 449 H/1057 M. meskipun demikian, berkat perjuangan Ibnu Muslimah yang menjadi Wajir bagi Khalifah al-Qa’im, pasukan Bani Saljuk mampu menghalau pengaruh Dinasti Fatimiah di Baghdad.

E.  MENINGGALNYA TUGRIL BEG
Pada tahun 454 H/1062 M, Tugril Beg meninggalkan Baghdad untuk mengatur pemerintahannya di al-Jabal. Namun maksud itu gagal, karena setelah sampai di Rayy ia menderita sakit dan kemudian meninggal pada bulan Ramadhan 455 H/1063 M, setelah menguasai Daulah Abbasiyah selama hampir 8 tahun. Menjelang wafat, Tugril menobatkan keponakannya, Sulaiman bin Daud. Adapun keponakannya yang lain, Alp arslan, dinyatakan akan tampil sesudah Sulaiman. Namun kenyataannya, setelah Tugril Meninggal, Alp Arslan bin Daud yang saat itu menjadi penguasa Khurasan, menggantikannya kedudukannya.


F.  MASA KEKUASAAN ALP ARSLAN (455 H/1063 M-465 H/1072 M)
Sekalipun masa kekuasaan Alp Arslan (455 H/1063 M-465 H/1072 M) singkat, ia menyaksikan perluasan wilayah Saljuk. Pada tahun pertama kekuasaannya, ia berhasil merebut Khatlan, Herat dan Shighaniyan di timur laut. Ia juga berhasil membendung kemajuan Bizantium di Asia Kecil.
Dalam misi tersebut terlibat pula anaknya Maliksyah bin Alp Arslan, dan Wajir Nizam al-Mulk, yang berjasa dalam memenangkan peperangan pada tahun 456 H/ 967 M. Tak lama setelah itu, Alp Arslan menundukkan Jand serta memadamkan pemberontakan di Fars dan Kirman. Pada tahun 457 H/1064 M, ia mendirikan Madrasah Nizamiyah I Baghdad, dan tahun berikutnya mengangkat anaknya, Maliksyah, sebagai putra mahkota.
Maliksyah mengunjungi Baghdad dua kali, yakni pada tahun 479 H/1086 M dan 484 H/1091 M. Diantara dua masa itu ia berhasil merebur Bugkhara, Samarkhand dan wilayah lainnya di Transoksania, serta mendapat jizyah dari kerajaan Bizantium. Pada masa inilah kekuasaan Bani Saljuk mencapai puncaknya. Nizam al-Mulk dan kedua belas anaknya memainkan peranan penting bagi kejayaan Bani Saljuk.
Disamping keberhasilannya dibagian timur dan utara, Alp Arslan juga berhasil merebut wilayah Dinasti Fatimiah, Halb, Mekah dan Madinah, sehingga nama Khalifah Dinasti Fatimiah diganti dengan nama Khalifah al-Qaim dan Sultan Alp Arslan dalam Khutbah dua kota suci itu.
Barangkali pencapaian yang paling penting terjadi pada masa Alp Arslan adalah kemenangannya atas pasukan Bizantium dalam peperangan di Malazgird pada tahun 463 H/1070 M. tentara Bizantium terdiri dari sekurangnya 200.000 orang sedangkan dari Bani Saljuk hanya 15.000 orang.
Dalam pertempuran itu kaisar Bizantium tertawan. Selanjutnya, pada awal tahun 456 H/1072 M, Alp Arslan bergerak menuju wilayah Trasoksania dalam ekspedisi itu, Alp Arslan jatuh sakit, dan Nizam al-Mulk menganjurkan agar Alp Arslan mengangkat anaknya, Maliksyah, menjadi putra mahkota. Ia meninggal pada tahun 465 H/1072 M, dan dimakamkan di Rayy.
Paska kematiannya menandakan permulaan kehancuran dominasi orang Saljuk dan meletusnya berbagai peperangan sengit antar mereka berkecamuk untuk memperebutkan dominasi dan kekuasaan. Pada tahun 1096 M, kerajaan mereka terbagi menjadi lima :
1.    Kesultanan Persia (di bawah kekuasaan Barkiyaruq)
2.    Kerajaan Khurasan dan wilayah di seberang sungai (di bawah kekuasaan Singer)
3.    Kerajaan Aleppo (di bawah penguasa Radwan)
4.    Kerajaan Damaskus (di bawah penguasa Daqaq)
5.    Kesultanan Saljuk Romawi (di bawah penguasa Qalj Arsalan).

Sebagian besar wilayah Palestina berada di bawah rezim Damaskus. Pada saat dua penguasa Syria (Radwan dan Daqaq) melemah, banyak penguasa partikelir bermunculan namun tidak ada satupun yang dapat mendominasi lebih dari satu kota.

G.  SANJAR
Kekuasaan Bani Saljuk jatuh ke tangan Sanjar dan saudaranya, secara berturut- turut: Mahmud, Barkiyaruk, Muhammad dan sanjar sendiri. Masa ini berlangsung selama 65 tahun sejak kematian Maliksyah sampai kematian Sanjar, yang pada masa pemerintahannya menguasai Khurasan. Ia berkuasa sejak 511 H/ 1118 M- 552 H/1157 M. ia menguasai wilayah Khurasan dan Transoksania. Sebelum masa akhir kekuasaannya, saljuk mengalami berbagai serangan yang menghancurkan di tangan bangsa Ghuz, dan penghancuran ini di lanjutkan oleh serangan bangsa Mongol selama 70 tahun.
Sejak penyerahan wilayah Khurasan kepada Barkiyaruk pada 490 H/ 1096 M, Sanjar melakukan 19 kali peperangan dalam 40 tahun yang berakhir dengan kemenangan. Ia dapat merebut Gazna dan menunjuk Bahramsyah sebagai penguasa dengan catatan harus membayar upeti 1000 dinar perhari. Demikian juga dengan Sanjar. Ia berhasil menawan Ahmad khan, raja Samarkhand yang memberontak setelah wafatnya Baskiyaruk pada tahun 498 H/ 1104 M. selain itu Sanjar juga dapat menundukkan Sijistan dan Dinasti Khawarizmi.

H.  WAFATNYA SANJAR
Setelah wafatnya Sanjar, mulai muncul kegoncangan yang melemahkan Bani Saljuk, pada tahun 535 H/ 1141 M, Alauddin Aziz, seorang Syah Khawarizmi memberontak dan mengumumkan kemerdekaannya. Tahun berikutnya, orang Turki non-Islam mengalahkan Sanjar, menawan istrinya dan memorak-porandakan 100.000 tentaranya. Demikian juga dengan kota Marw, Sarakhs, Nisabur dan Baihaq, hilang dari peta Saljuk.
Pada 547 H/ 1152 M kekuatan Ghur di bawah kepemipinan Alauddin mulai muncul. Tahun 548 H/ 1153 M, Sanjar menderita kekalahan di tangan Turki Ghuz yang menguasai Thuz dan Nisabur. Sanjar meninggal pada 552 H/ 1157 M dan dikubur didekat  makam kakeknya Alp Arslan. 

I.  DINASTI SALJUK DAN CABANG-CABANGNYA :
1.    Saljuk Besar, atau Saljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Saljuk ibn Tuqaq. Saljuk ini menguasai Bagdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127M)
2.    Saljuk Kirman di Kirman, (433-583H/1040-1187M)
3.    Saljuk Syiria atau Syam di Syria, (487-511H/1094-1117M)
4.    Saljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590H/1117-1194M)
5.    Saljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil, (470-700H/1077-1299M) .
Setelah Saljuk meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil. Namun, israil dan kemudian penggantinya Mikail, saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah. Kepemimpinan dilanjutkan dipegang oleh Thugril Beg. Pemimpin Saljuk terakhir ini berhasil mengalahkan Mas’ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429H/1036M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamasikan bedirinya dinasti Saljuk. Pada tahun 432H/1040M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad .
Dengan kematian Maliksyah pada 485 H/ 1092 M, maka berakhirlah masa keemasan Bani Saljuk.

J. KEMAJUAN-KEMAJUAN PADA MASA DINASTI SALJUK. 
        1. Ilmu Pengetahuan (Sain)   
Dalam ilmu pengetahuan dan patronase pendidikan Nizamiyah. Pada masa Dinasti Saljuk mengalami masa kejayaan, kemakmuran, kedamaian hidup, dizaman Malik Syah anak Saljuk, yang membuka era baru tidak hanya dalam sejarah Bani Saljuk tetapi dalam sejarah dunia Islam di Asia. Malik Syah dibantu oleh wajirnya yang bernama Nizam al-Muluk yang mencintai ilmu pengetahuan.
Pada pemerintahan ini seluruh wilayah kerajaan Saljuk yang luas ini diwarnai kemakmuran dan kedamaian hidup, dimana Nizam al-Muluk juga melancarkan program pendirian sejumlah lembaga yang terkenal dalam sejarah Madrasah Nizamiyah antara tahun 1065-1067 M, dimana  Imam Al-Ghazali merupakan salah seorang pengajar di Madrasah. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa pengaruh Madrasah Nizamiyah yang didirikan Nizam al-Muluk ini melampui pengaruh Madrasah-Madrasah yang didirikan sebelumnya. Dan hampir disetiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizamiyah.
Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizamiyah inilah yang menjadi modal bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari   sebab, Madrasah Nizamiyah ini merupakan pusat lembaga pendidikan agama yang terbesar pada masa Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Dinasti Saljuk. Mengapa Madrasah Nizamiyah ini mengungguli Madrasah lain. Ibnu al-Atsir berpendapat sebagai berikut: “Sesengguhnya Nizam al-Muluk seorang mentri sultan dari Malik Syah, telah mendirikan dua buah Madrasah yang terkenal memakai namanya di Baqdad dan di Naisaburi. Masing-masing diberi nama Nizamiyah, dan pada abad ke 5 H bergabung menjadi satu di Naisabur. 
Disamping itu diantara madaris yang terkenal bagi pendidikan tinggi diwilayah Abbasiyah dengan ibu kota Bagdad adalah Madrasah Nizamiyah dan Madrasah Tajiah serta Bayt al-Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Al-Makmun.
Universitas-universitas yang tertua ini mempunyai peran dalam melebarkan pengaruh Islam atas Erofa. Sehingga lembaga tinggi ini ditiru oleh Erofa, tetapi sumber ilmu tetap berada ditangan Universitas Islam. Bahwa pendidikan Tinggi Islam memengang peran penting dan strategis dalam kemajuan umat Islam pada abad pertengahan ketika itu. Disamping Nizamal-Muluk adalah seorang yang mengelola Madrasah untuk tujuan-tujuan tertentu, dalam kenyataan bahwa ia seorang wajir aktif dan melatar belakangi pendiriannya adalah masalah politik dan ketenaga kerjaan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehendak memperlacar tugas dan mempertahankan Negara, baik keuntungan sendiri maupun demi kesultanan Saljuk.
Di samping era baru berdirinya Nizamiyah adanya ketentuan-ketentuan keterkaitan dengan komponen kependidikan yaitu keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan Madrsah. Madrasah Nizamiyah merupakan lembaga pendidikan resmi dan pemerintah terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya, menetapkan kurikulum, memilih guru dan memberikan dana yang teratur kepada Madrasah.
Sebelum muncul Madrasah Nizamiyah ini, kurikulum ketika itu kadang bersipat Kuttab, hanya sekedar membaca dan menulis, kadang belajar bahasa Nahu, sajak dan berpindah dari guru yang satu kepada guru yang lain.  Akan tetapi munculnya Madrasah Nizamiyah bentuk pendidikan sudah lengkap, sudah tidak lagi di Masjid, sebab menurut Nizam al-Muluk dapat mengganggu ibadah, sehingga sudah mempunyai ruang belajar, pondok dan Masjid sendiri.
Bentuk kurikulum Madrasah Nizamiyah yang fleksibel ini mencerminkan masyarakat yang ahli dalam dunia lapangan kerja serta ahli dalam agama. Seperti yang diajarkan kalam Asy’ariyah dimana menggunakan akal mantiq. Selain itu  diajarkan juga imu-ilmu Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, Ushul Fikih, Matematika, Filsafat, dan kalam.  Madrasah Nizamiyah ini mengkonsentrasikan usahanya pada pengajaran al-Ulm Asy-Ariyah dan Ushul Ad-Din Serta Umu an-Naqliyah yang berhubungan dengan Al-Qur’an seperti Tafsir, Qiraat, Hadis, Ushul Fiqih dan Ulum al-Lisaniyah meliputi, bahasa, sastra, nahu, sharaf, sebab semua ini termasuk dalam tujuan Madrasah.  
Dalam rangka pengembangan ajaran sunny, Madrasah Nizamiyah ini mengajarkan fiqih yang menyiapkan pegawai pemerintah khususnya lapangan hukun dan pendidikan. Dengan meguasai fiqih seseorang akan dibutuhkan di dalam masyarakat pada waktu itu. Selain itu sejumlah sarjana-sarjana besar dimana mereka pada akhirnya menciptakan buku-buku teks inti yang baru dalam berbagai disiplin keagamaan yang menghasilkan kurikulum yang tertentu.
Nizam al-Muluk berjasa besar dalam membangkitkan geraka ilmu pengetahuan Islam yang banyak dipuji dan disanjung orang banyak. Beliau sendiri banyak sekali mengunjungi Madrasah-madrsah itu dan sering pula memberikan kuliyah ilmu Hadis, bahkan lebih dari pada itu beliau memberi gaji kepada guru-gurunya.
Beliau juga mendorong penyebaran Islam dengan cirinya yang khas, beliau bahkan mengangkat Umar al-Khayamdisalah satu Observatorium perbintang. Umar memengang dibidang Matematika dan falak serta ahli sya’ir. Selain itu Al-Ghajali sempat pula mengajar selama empat tahun, pada tahun 484 sampai dengan 488 H di Madrasah Nizamiyah ini.
Komplek Nizamiyah ini terdiri dari ruang belajar, ruang pendidikan, mesjid, perpustakaan, observatorium yang di bangun Umar al-Khayam dan adanya koprasi Mahasisiwa.
Sistim yang diterapkan  di Madrasah Nizamiyah ini, tujuanya yakni membela mazhabnya yaitu mazhab Sunny. Kemudian istilah guru di kenal dengan Muddaris, murit, Muntasib. Sementara kurikulum yang dipakai adalah Aqliyah dan Naqliyah 
Demikian Nizam al-Muluk mendirikan Madrasah-Madrasah dikawasan Abbasiyah yang sudah merosot pada ketika itu, sehingga  stabilitas Abbasiyah dapat naik kembali. Selain itu sebagai pendiri pendidikan Nizamiyah. Nizam al-Muluk bersama dengan repurtasinya  sebagai wazir dalam kekuasaan Bani Salljuq.

        2. Bidang Politik dan Ekspansi   
Sejarah telah mencatat bahwa dinasti Saljuk dalam tataran sejarah Islam telah memberikan Kontribusi yang sangat berarti dalam khazanah peradapan Islam. Pada tahun 448 H / 1056 M. Thugril memasuki Bagdad dan menangkap Al-malik ar-Rahim, sultan terahir pemerintahan Buwaiyih. Dengan demikian berahirlah Buwaiyihun dan berdirilah pemerintahan Saljuk sebuah pemerintahan Islam kebanyakan beraliran Sunni yang sangat besar. Pemerintahan ini berhasil menyelamatkan Bagdad dari orang-orang Buwaiyihun yang beraliran Syi’ah Rifidha sesat, serta berhasil menyelamatkan Khifah Bani Abbasiyah dari gerakan Albasasiri yang menyimpang.
Dalam perluasan daerah atau dengan kata lain Ekspansi dari daerah-daerah yang dikuasai oleh Dinasti Saljuk pada masa pemerintahannya tidak terlepas dari siasat atau politiknya untuk daerah kekuasaanya. Pemerintahan Samaniyah runtuh pada tahun 390 H /1000 M. Maka Thugril Beg menguasai Marw, Nisabur, Jurjan, Thabaristan, Karman, Khawarizm, Ashfahan, dan wilayah-wilayah lainnya.

     

3. Perkembangan Ekonomi.
Ekonomi imperium pada masa Bani Saljuk digerakkan oleh perdangan. Barang-barang kebutuhan pokok yang mewah dari wilayah timur diperdagangkan dengan barang-barang hasil dari wilayah bagian Barat, dimasa kerajaan ini sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen di Mesir, Sutra dari Syiria, dan Irak, kertas dari Samarqand, serta barbagai produk pertanian  seperti gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak hasil-hasil industri ini diperdangangkan keberbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara-negara lain.
Karena industrialisasi yang muncul diperkotaan, urbanisasi tidak dapat di bendung lagi, selain itu perdangan barang dagang  tambang juga semarak, Emas, tambang dari Nubia dan Sudan Barat. 
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain sangat penting, secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, dan Dinasti Saljuk, dan Dinasti T’ang di Cina juga mengalami  masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdangangan tinggkat dunia. Kapal-kapal laut Cina berlayar ke Bagdad. Sebaklinya banyak perkampungan Arab di pelabuhan-pelabuhan Cina ketika itu, selain melalui laut, perdangangan juga dilakukan melalui jalan darat, yang dibawa ke wilayah Cina, India, Eropa, Afrika, yang melalui bandar-bandar dangang di wilayah Abbasiya. Meski terjadi peperangan yang sparadis, perdangan dengan Binzantium di Eropa Timur juga berlangsung, Perdangan kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara juga berlangsung sangat intensif.
      4. Kehidupan Sosial dan Budaya          
Kehidupan sosial pada zaman dinasti Saljuk merupakan sambungan dari zaman-zaman sebebelumnya, yang dimaksud dengan kehidupan sosialnya  yaitu susunan masyarakat, kehidupan keluarga, kehidupan pribadi, adad kebiasaan dan kehidupan masyarakat lainnya, terbagi dua kelas yaitu kelas khusus dan kelas umum.
Kelas khusus terdiri dari yaitu, Khalifah, ahli famili khalifah, para pembesar Negara, Mentri, gubernur, panglima, kaum bangsawan, para petugas khusus, anggota Tentara, pembantu-pembantu istana dan yang lainnya.
Kelas umum, yang terdiri dari yaitu para seniman, para ulama, fukaha, dan pujangga, para saudagar, dan pengusaha, para tukang (industrialisasi) dan petani.
Sebagai mana tiap-tiap pribadi manusia mempunyai kepribadiannya sendiri. Demikian juga halnya dengan bangsa-bangsa, kepribadian satu bangsa berbeda dengan bangsa lain berbeda adat istiadadnya, berbeda pengalaman hidupnya, berbeda cara cara berfikirnya, berbeda cara pandangnya, berbeda tata cara sopan santunya dan berbeda dalam hal yang lain.  Dengan demikian,kita melihat bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan bangsa lain, sebab kebudayaan tiap-tiap umat adalah pancaran dari iklim negerinya, sejarahnya, raja-rajanya, rakyatnya, tegasnya bahwa kebudayaannya adalah pancaran dari segala cabang kehidupan sosial.
Unsur-unsur bangsa ini berbeda satu sama lain dalam segala cabang kehidupannya, dan bersatu dalam agama dan Negara Islam, yang mana terjalin menjadi satu kerajaan, yaitu Mamlakah Islamiyah. Tiap-tiap unsur bangsa dari umat Islam ini mempunyai kelebihan dan sifat-sifat tersendiri, yang dengan itulah mereka terkenal. Oleh karena itu, maka “kebudayaan Islam” terjalin dari berbagai kehidupan bangsa.
      5. Seni dan Sastra               
Perkembangan seni bahasa (kesustraan) baik puisi maupun prosa, semakin meningkat menuju kedewasaannya. Mengenal perkembangan kedua bidang seni bahasa mereka telah melahirkan  para sastrawan (penyair) yang membawa aliran baru dalam sajak-sajaknya, baik isi, uslub, tema ataupun sasarannya, sehingga dalam hal tersebut mereka mengatasi penyair Islam sebelumnya. Para penyair pada masa Bani Umaiyah masih terlalu keras mempertahankan kemurnian Arabnya. 
Dari itu menciptakan  dalam bidang seni dan prosa antara lain adalah:
a.    Perkembangan seni suara
b.    Penyusunan kitab musik
c.    Pendidikan musik
d.    Jenis musik
e.    Musik sufi
f.    Pabrik alat musik
g.    Para penyayi
h.    Seni tari         

       6. Filsafat atau Gerakan Penerjemah      
  Meski kegiatan penerjemah sudah dimulai sejak masa daulah Umaiyah upaya besar-besaran untuk menterjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing  terutama bahasa Yunani dan bahasa Persia kedalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah  Yunani  dalam berbagai bidang ilmu, terutama fisafat dan kedoktoran. Sedangkan penerjemahan dari daerah timur Persia adalah terutama dalam bidang sastra dan tata negara, para penerjemah tidak hanya dari kalangan Islam tetapi juga dari pemeluk Nasrani dari syiria dan majusi dari Persia.
Biasanya naskah bahasa yunani diterjemahkan dulu kedalam bahasa Syiria kuno, sebelum kedalam bahasa Arab, hal ini dikarenakan para penerjemah biasanya adalah para pendeta Kristen Syiria yang hanya memahami bahasa Yunani. Kemudian para ilmuan yang memahami bahasa Syiria dan Arab menterjemahkan bahasa tersebut kedalam bahasa Arab.

K.  SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN DINASTI SALJUK
Faktor terpenting yang menyebabkan awal runtuhnya kerajaan Saljuk di Antolia adalah wafatnya Ala’ al-Din Kay-Qubad yang terlalu dini. Pada tahun 634 / 123 H tampa pengganti yang kuat. Putranya Izz al-Din kay-Khushraw adalah memiliki pribadi yang lemah dan krisis politik, akibatnya inkasi tentara Mogol menjadi pelengkap kehancuran kekuatan politik Saljuk. Dimana mereka ini semua adalah generasi dari sepeninggalnya Malik Syah.
Adapun konflik-konflik yang timbul di antara Saljuk sendiri adalah pemberontakan dan pembunuhan golongan Ismailiyah dan kelompok Hasimiyah, kelompok ini menimbulkan kekuatan untuk menindas negeri Islam itu sendiri, yang terkenal dengan perbuatan-perbuatan kejam, penipuan dan membunuh sehingga dikenal dengan istilah Assains dalam bahasa Inggris pembunuh atau penumpah darah.
Setelah Hasysysim menaklukkan kota Alamut dan berhasil menundukkan benteng-benteng di Parsi dan Syiria, serta melumpuhkan semua percobaan kerajaan Saljuk untuk menumpas mereka. Pada tahun 1092, mereka menjatuhkan hukuman mati kepada Nizam al-muluk,
Setelah Malik Syah wafat bersama menteri Nizam al-Muluk. Saljuk besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Timbul perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga. Dinasti-Dinasti kecil melarikan diri seperti Salat,Khawarizm, Ghuz dan Al-Giriyah. Berakhirlah Saljuk di Irak ditangan Khawarizm Syah. Sementara itu sultan di Turki juga melarikan diri karena serangan dari Mongol, dan Saljuk Rum lari ke Antalya,  sehingga semakin lengkaplah kehancuran Dinasti Saljuk.


KESIMPULAN

Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, tiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu . Mereka dipersatukan oleh Saljuk ibn Tukaq. Karena itu, mereka disebut orang-orang saljuk. Pada mulanya Saljuk ibn Tukaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara.
Di saat kepemimpinan Thugril beg inilah, dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi bani Buwaihi. Sebelumnya, Thugril berhasil merebut daerah-daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan.   
Posisi Tugril semakin kokoh ketika Abu Kalijar meninggal dan Fars terbuka bagi serangan Torkoman. Syiraz di jarah pada tahun 444 H/1052 M, dan Ahwaz bahkan diserang. Pada tahun 447 H/1055 M, Tugril mengumumkan niatnya melakukan haji dan menyerang Fatimiah. Ia mengumpulkan pengikutnya di pegunungan Zagros. Pada tahun 447 H/1105 M, ia memasuki Baghdad, dan memakzulkan al-Malik ar-Rahim. Masa keemasan Bani Saljukpun di mulai.
Setelah wafatnya Sanjar, mulai muncul kegoncangan yang melemahkan Bani Saljuk, pada tahun 535 H/ 1141 M, Alauddin Aziz, seorang Syah Khawarizmi memberontak dan mengumumkan kemerdekaannya. Tahun berikutnya, orang Turki non-Islam mengalahkan Sanjar, menawan istrinya dan memorak-porandakan 100.000 tentaranya. Demikian juga dengan kota Marw, Sarakhs, Nisabur dan Baihaq, hilang dari peta Saljuk.
Dengan kematian Maliksyah pada 485 H/ 1092 M, maka berakhirlah masa keemasan Bani Saljuk.

DAFTAR PUSTAKA

al-Jambulati, Ali. Perbandingan Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

al-Khudhri Beg, Muhammad. Muhadharat Al-Tarikh Al-Umam Al-
Islamiyah: al-Daulah al-Abbasiyah, kairo, Istikomah, 1953

Ali, K.  Sejarah Islam Tarikh Pra modern, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Chair, Abd. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Khalifah), Jakarta, PT
Ichtiar Baru Van Hoeve.

Hasjmy, A.  Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

K. Hitti , Philip. HISTORI OF THE ARABS, Jakarta, PT. Ikrar Mandiriabadi,
2006.

Maksum, Madrasah Sejarah Perkembangannya, Ciputat: Logos Wacana
Ilmu,1999.

Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modderen,
Yogyakarta: Fak. Dakwah IAIN Sunan Kali Jaga, 2003.

Mufradi, Ali. Islam kawasan Kebudayaan Arab, Ciputat: Logos Wacana
Ilmu,1997.

Mungni,Syafiq A. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Ciputat: Logos Wacana
Ilmu, 1997

Qazwini, Mustaufi-i. MIRCHONDI HISTORIA SELDSCHUKIDARUM, terj,
Johanes A. Vullers. Giesser, 1837

Salabi, A.  Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Jakarta: Al-Husna Zikra, 1997.

Syalabi, Ahmad. Mausuahal-Tarikh Al-Islami wa al-Hadharat al-
Islamiyah, Juz II Kairo, Mahtabah al-Wahdhah al mishriyah, 1974.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2002
















KERAJAAN ABBASIYAH / DINASTI SALJUK














MESJID YANG DIDIRIKAN DINASTI SALJUK














PERANG SALIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar