Senin, 04 Maret 2013

AMTSAL ALQURAN

BAB I
PENDAHULUAN
             Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak dahulu bangsa Arab telah mempunyai keahlian dalam membawakan syair-syair dalam menyampaikan sesuatu maksud . Ini juga banyak  dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Karena nampaknya makna dan tujuan yang akan sampaikan serasa memiliki hakekat hakikat yang tinggi, indah dan lebih   menarik  jika  dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin.

            Tamsil (membuat permisalan, perumpamaan) merupakan  kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap di dalam pikiran, dengan cara merupakan sesuatu yang ghaib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang kongkrit dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan  membuat akal merasa  puas dengannya. Tamsil adalah  salah    satu Uslub Quran dalam mengungkapkan  berbagai  penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya. 
            Kenyataan bahwa ayat Alquran ada yang mengandung amtsal merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah. Karena secara tegas Alquran menyatakan  dalam berbagai ayatNya , antara lain:
وتلك الامثا ل نضربها للنا س لعلهم يتفكرون
Artinya: …Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami    adakan  bagi manusia      supaya
              mereka  berfikir.(Al-Hasyar (59)ayat 21)     
Senada dengan ayat di atas  :     
          ولقد ضربنا للناس فى هذاالقرآن من كل مثل لعلهم يتذ كرون              
Artinya: Dan sungguh telah Kami buat bagi manusia di dalam Alquran ini beberapa       
               Perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran (Az Zumar {39}: 27). 

            Selain Alquran, hadis Nabi juga menegaskan bahwa di dalam Alquran ada Matsal  seperti diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Ali r.a
ان الله انز ل القرآن أمرا وزجرا وسنة ومثلا مضروبا
Artinya:  Sesungguhnya    Allah     telah     menurunkan Alquran   (yang berfungsi untuk)
memerintah, melarang(serta menjelaskan) sunnah (umat) yang lampau dan            perumpamaan yang dibuat. 
           Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan,baik manusia sebagai makhluk, maupun Tuhan sebagai Khalik, pada hakekatnya menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam menyampaikan sesuatu maksud.Namun perlu dipertanyakan apakah sama konotasi amtsal yang dipakai oleh bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain didunia ini dengan amtsal yang dipakai dalam Alquran( Allah SWT). Barangkali dari segi etemologi  mempunyai maksud yang sama. Tapi untuk  makna yang lain  akan lebih baik dikaji dengan uraian selanjutnya yang akan dimulai dari pengertian dari Amtsal itu sendiri.
                                                                          
BAB II
PENGERTIAN AMTSAL DAN MACAMNYA .

A.    PENGERTIAN AMTSAL
      Pembahasan yang berkaitan dengan Amtsal Alquran tidak dapat dipisahkan dari Bahasa Arab karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab tersebut. Dengan demikian maka diketahuilah bahwa lafal amtsal  (أمثال) jamak dari matsal (مثل). Dari sudut etimologis,kata ini sama dengan amtsilat  (أمثلة) jamak dari mitsl dan mitsal (مثال)  . Yakni sama-sama berasal dari م, ث, ل yang menurut al-Zamakhsyari matsal bermakna mitsl artinya bandingan.
        Dalam pemakaian sehari-hari di kalangan masyarakat Indonesia, kata ini berkonotasi perumpamaan, bandingan, contoh (misal), dan lain-lain. Konotasi tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dirumuskan: ”misal: sesuatu yang menggambarkan sebahagian dari keseluruhan”.
               Sementara menurut Manna Al-Qathan, Amsal adalah bentuk jamak dari masal. Kata masa , misl dan masil adalah sama dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.
            Secara terminologis para ahli bahasa Arab memakaikan kata amtsal untuk menunjuk :
1)   Kepada suatu keserupaan antara dua hal yang berbeda akan tetapi ada titik sama yang mempertemukan dua     hal   yang   berbeda itu. Ungkapan     serupa itu mereka masukkan kedalam apa yang disebut dengan Tasybih Tamtsili                                                       seperti :
وماالمال والاهلون الا وداتع# ولايد يوما ان تر د الوداتع
Artinya: Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan, pada suatu       hari  titipan itu pasti akan dikembalikan.     

             Jelas terlihat dari syair di atas bahwa harta dan keluarga adalah merupakan titipan yang diamanahkan kepada seseorang dan keduanya tidak akan kekal menjadi milik seseorang kelak disuatu saat titipan itu akan diambil, bisa jadi diambil langsung kedua-duanya dan bisa jadi secara bertahap harta yang diambil dulu baru  keluarga atau sebaliknya. Karena yang namanya amanah tidak akan kita miliki selamanya suatu saat akan diambil oleh pemilikNya. Jadi jangan  terlalu disedihkan.

2)  Untuk menunjukkan kepada peribahasa yakni suatu ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan keserupaan suatu kondisi dengan kondisi lain yang diserupakan kepadanya, seperti  قطعت جهيزة قول كل خطيب (jahizah memutuskan semua pembicaraan ) .
                 Ungkapan diatas digunakan kepada setiap pendapat atau ide yang dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit yang sulit dicarikan pemecahannnya.
                 Dari kedua contoh diatas tampak jelas perbedaan yang nyata antara Tasybih Tamtsili dengan matsal. Yang pertama merupakan  dua variable yang berbeda dalam suatu ungkapan atau kalimat, sementara yang kedua menggambarkan pemakaian suatu ungkapan untuk menunjuk kepada kondisi tertentu yang kasusnya mirip dengan apa yang terkandung dalam ungkapan tersebut.
           Demikianlah gambaran mastal yang berlaku dalam bahasa Arab. Apabila diterapkan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maka akan dijumpai bahwa dari    sudut pola
susunan kalimat tidak ada perbedaan antara matsal yang diperaktekkan dalam bahasa Arab untuk berkomunikasi dengan apa yang dituangkan dalam ayat Alquran. Tapi dari sudut konotasi atau dalalat-nya jauh sekali perbedaannya. Hal ini disebabkan antara lain yang terpenting ialah karena Alquran bukan kalam manusia, melainkan wahyu Allah yang mutlak benar dan berlaku dan berlaku secara universal sepanjang zaman, sedangkan bahasa Arab, perkataan manusia yang kebenarannya nisbi (relatife) dan tidak berlaku secara universal serta tidak abadi. Kecuali itu Alquran tidak hanya menggambarkan hal-hal yang kongkret, bahkan kadang-kadang menjelaskan sesuatu yang  yang sangat abstrak seperti penggambarannya tentang surga dan bermacam azab yang akan diterima oleh penghuni neraka. Dengan demikian jika Alquran menggambarkan kondisi yang tidak mungkin terjangkau indera manusia sekarang dan tidak pernah terlintas dalam benak, maka contoh atau perumpamaan Alquran terhadap hal-hal yang sangat abstrak serupa itu hanya sekedar untuk mendekatkan pemahaman, tidak menggambarkan hakekat yang sebenarnya. Disamping itu, kalau dalam bahasa Arab yang dicontohkan adalah peristiwa atau kondisi yang sudah lalu, maka dalam matsal Alquran tidak jarang kita menjumpai ayat-ayat yang menginpormasikan peristiwa mendatang yang akan dialami oleh umat manusia. Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang demikian, maka jelas devinisi amtsal Alquran tidak mungkin sama dengan yang  berlaku dikalangan masyarakat manusia.
            Perbedaan Amtsal Alquran dengan Amtsal yang terdapat pada Bahasa- Arab.
NO    Amtsal  Dalam Aquran      
1.      Alquran  Kalamullah
2.      Mutlak ebenaranNya
3.      Berlaku sepanjang masa
4.      Universal
5.      Selain menggambarkan yang kongret juga abstrak, seperti syurga dan neraka
6.      Terkadang menggambarkan kejadian yang akan datang    Kalam manusia

No.     Amtsal Dalam Bahasa Arab
 1.      Kalam Manusia
2.       Relatip kebenarannya
3.       Berlaku sementara
4.       Tidak universal
5.       Hanya menggambarkan yang kongkret terjangkau oleh akal
6.       Menggambarkan kejadian yang telah lewat

              Oleh karena itu agaknya definisi yang  dikemukakan oleh Manna’ al-Qathan dapat kita terima karena cocok dengan kondisi yang digambarkan tadi.Definisi itu ialah: ”Matsal di dalam Alquran ialah mengungkapkan suatu makna dalam bentuk kalimat indah singkat, padat ,dan akurat serta terasa meresap ke dalam jiwa , baik kalimat itu dalam bentuk tasybih atau ungkapan bebas ”.
             Nampaknya definisi yang disampaikan Manna’  al-Qathan lebih rinci dan luas maknanya jika  dibandingkan pendapat al-Suyuti. Menurutnya Matsal adalah: ”menggambarkan sesuatu yang tersembunyi dengan yang nyata dan yang gaib dengan yang nampak”.
             Definisi yang terakhir ini tidak merinci Amtsal Alquran itu, melainkan hanya menyebutkan prinsif dasar saja. Selain itu juga tidak dijelaskan apakah matsal itu dalam bentuk kalimat atau kata. Sebaliknya dari definisi Manna Al-Qathan  di atas kedua hal itu dijelaskan  lebih sempurna.

B.   MACAM-MACAM AMTSAL ALQURAN DAN CONTOHNYA.
              
              Tentang macam-macam Amstal Alquran para ahli berbeda pendapat dalam penggolongannya. Dikalangan ulama ada yang membagi amtsal dalam Alquran kepada 2 (dua) bagian, yaitu  amtsal al-musarihah dan amtsal kaminah atau maknunah.   Sementara itu Imam Jalaluddin As Suyuthi juga membaginya menjadi 2 (dua), yaitu yang dzahir yang ditegaskan dan yang tersembunyi dimana perumpamaan itu tidak disebutkan didalamnya.  Namun ulama lain membaginya kepada tiga bahagian dengan menambahkan satu bagian lagi, yaitu amtsal al-mursalah.  Keterangan tentang pembagian amtsal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:

1.   Amtsal Musarrahah.
              Amtsal Musarrahah, ialah yang didalamnya dijelaskan dengan lafaz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Quran, senantiasa mencantumkan hurup amtsal  dan berikut ini beberapa di antaranya: 
a).  Firman Allah mengenai orang Munafik:
“ Perumpamaan (matsal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,maka setelah api itu menerangi sekelililngnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat…”(al-Baqarah {2}:17-20).
               Di dalam ayat ini Allah membuat 2 (dua) perumpamaan (matsal ) bagi orang munafik, matsal yang berkenaan dengan api (nari) dalam firman-Nya, “adalah seperti
orang yang menyalakan api…”, karena di dalam api terdapat unsur cahaya, dan matsal yang berkenaan dengan air (ma’i)…, “atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…”karena di dalam air terdapat kehidupan. Wahyu yang turun dari langit pun bermaksud menerangi hati dan menghidupkannya. Allah menyebutkan juga kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka  mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan, mengingat mereka memperoleh kemamfaatan materi dengan masuk Islam. Namun di sisi lain Islam tidak memberikan pengaruh ”nur” -Nya terhadap hati mereka karena Allah menghilangkan cahaya (nur) yang ada dalam hati itu, “Allah menghilangkan cahaya yang menyinari mereka“, dan membiarkan unsur “membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
           Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air (ma’i), Allah menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan  mata karena takut petir menimpanya. Ini    mengingat   bahwa  Alquran   dengan     segala peringatan,   perintah, larangan dan kitabnya bagi mereka tak ubahnya dengan petir yang turun sambar –menyambar.

2.  Amtsal Kamimah.
             Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamsil (pemisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai terpengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Untuk mitsal ini mereka mengajukan sejumlah contoh, diantaranya:
A.  Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: خيرالا مور الوسط (sebaik-baik urusan adalah pertengahannya), yaitu:
a.  Firman Allah Swt mengenai “sapi betina”
لا فا رض ولا بكر عوان بين ذ لك
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…”(al-Baqarah {2]: 68).
b.    Firman Allah Swt tentang nafkah:
والذين إذ أنفقوا لم يسر فو يقترا وكان بين ذ لك قواما
“Dan mereka yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (al-Furqan {25}: 67).
c.    Firman Allah Swt mengenai sholat:
ولا تجهر بصلا تك ولا تخا فت بها وابتغ بين ذ لك سبيلا
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu,”(al-Isra’{17}:110)
B.   Ayat yang senada dengan perkataan : ليس الخبر كا لمعا يتة (kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri).Misal firman Allah Swt tentang nabi Ibrahim:
“Allah berfirman : Apakah kamu belum percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”{2}: 260).
C.   Ayat yang senada dengan perkataan : كما تدين تدان (sebagaimana kamu telah mengutangkan, maka kamu akan dibayar). Misalnya:
“Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. ”(an-Nisa’{4}:123)

3.   Amtsal Mursalah.
Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai amtsal.
            Berikut ini contoh-contohnya:

a.    “Sekarang sudah jelas kebenaran itu”. (Yusuf{12}:51).
الان حصحص الحق
b.    “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah “. (an-Najm{53}:57).
ليس لها من دو ن الله كا شفة
c. “Betapa banyak  terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.”(al-Baqarah {2}:249).
كم من فئة قلية غلبت فئة كثيرة با ذ ن الله
d. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu”. (al –Baqarah{2]:216).
وعسى أن تكر هوا شيئا وهو خير لكم
e.  “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”(al-Muddasir{74}:38).
كل نفسى بما كسبت ر هينة
             Begitu pentingnya masalah Amtsal ini, sehingga tidak sedikit dari ulama, baik klasik maupun kontemporer, telah membuat karya-karya dan buku tentang al-Amtsal Alquranniyah, diantaranya sebagai berikut:
-    Amtsal al-Ouran, karya Junaid bin Muhammad Qawarri (wafat 298 H).
-    Amtsal al-Quran, karya Ibrahim bin Muhammad bin Arafah bin Mughirah, dikenal dengan Nafthawaih (wafat 323 ).
-    Ad-Durrah al-Fakhirah fi al-Amtsal as-Sa’irah, karya Hamzah bin Hasan Isbahani (wafat 351 H).
-    Amtsal al-Quran,  karya Abu Ali Muhammad bin Ahmad bin Junaid Iskafi (wafat 381 H).    Ada buku lain yang belum dicantumkan penulis  ( lihat Ja’ far Subhani, Wisata Al- Quran (Tafsir Ayat- Ayat Metafora), h. 32.

C.   JUMLAH AMTSAL DALAM ALQURAN
              Mengenai jumlah Amtsal dalam Alquran para ahli berbeda pendapat tentang ini. Hal itu terjadi karena karena adanya perbedaan dalam menentukan macam-macam Amtsal dalam Alquran. Al- Suyuti membagi macam tersebut menjadi dua, yaitu  Matsal Zhahir Musharrahunbih dan Matsal Kamin (tersirat),  termasuklah di dalam kategori ini pribahasa, pepatah, majaz, yang didalam kalimat tersebut tidak terdapat  kata Tasybih Tamtsili. Hal ini tidak dapat dijadikan Amtsal bagi golongan tertentu, sebab yang hanya dapat dijadikan Amtsal terdapat Tasbyh Tamsili padanya.
            Berdasarkan pola pemikiran serupa itu, maka Ibn al- Qayyim sebagaimana dikutip al-Khidr usayn menemukan Amtsal Alquran lebih dari 40 (empat puluh) ungkapan (tempat). Bahkan Abu  al- Hasan al-Mawardi menerbitkan karya khusus tentang Matsal Alquran, sementara Al- Suyuthi membuat satu kajian tersendiri dalam kitabnya A’ lam al- Muwaqqi’ in.
                     Sementara berpendapat Amtsal  dalam bentuk pribahasa, pepatah, dan majaz
      menurut golongan tertentu tidak termasuk dalam Amtsal Alquran.
              Ja’far bin Syamsuddin Al khilafah menulis satu bab di dalam kitab Al Adab tentang kata- kata di dalam Alquran yang serupa dengan perumpamaan- perumpamaan. Salah satu cabang keindahan tersebut sebagai Irsatul Matsal (perumpamaaan- perumpamaan lepas). Contoh yang disebutkan beliau terdapat pada contoh- contoh yang diberikan oleh Manna Al Qathan pada contoh Amtsal Kamimah dan Amtsal Mursalah.
              Adapun menurut Ja’far Subhani, bahwa kitab terlengkap tentang Amtsal ditulis oleh  Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim  Naisaburi Maidani (wafat tahun 518 H )  dengan judul Majma’  al-Amtsal yang memuat enam ribu lima ratus Matsal (6500)

BAB III
TUJUAN AMTSAL BAGI PEMBINAAN SOSIAL MASYARAKAT.

            Sebenarnya tak seorang pun yang tahu secara pasti apa sebenarnya yang menjadi tujuan diungkapkan Uslub Amtsal oleh Allah Swt dalam Alquran. Namun bila  diperhatikan secara cermat Amtsal yang dibawa oleh ayat-ayat Alquran itu maka kita dapat berkata bahwa tujuan amtsal tersebut ialah agar umat manusia mengambil pelajaran darinya. Artinya, contoh yang baik untuk dijadikan teladan, sebaliknya perumpamaan yang jelek agar dapat berusaha menghindarinya.
            Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam Surat az Zumar {39}: 27 “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia di dalam Alquran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran”, demikian juga surat al-Hasyar{59}: 21 seperti terdapat didalam bab I Pendahuluan.
          Jadi jelaslah tujuan penggunaan amtsal tersebut ialah agar manusia menjadikaannya pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih bahagia dunia dan akhirat.
           Syeikh Izzuddin berkata: “Sesungguhnya Allah itu membuat perumpamaan-perumpamaan di dalam Alquran hanya untuk mengingatkan dan memberikan nasihat. Adapun cakupannya yang menunjukkan bertingkat-tingkatnya pahala atau menyebabkan hilangnya pahala suatu amal atau menunjukkan pujian atau celaan atau semisalnya,  maka semua itu menunjukkan kepada hukum-hukum”.
           Pendapat lain juga menyatakan: “Pembuatan perumpamaaan di dalam Alquran dapat disimpulkan adanya beberapa manfaat, seperti memberi peringatan-peringatan, nasihat, anjuran, ancaman, perintah untuk mengambil pelajaran, penegasan, lebih mendekatkan pemahaman yang dikehendaki oleh akal, dan menyerupakannya  dengan       sesuatu      yang dapat     dilihat. Karena perumpamaan-perumpamaan    itu   dapat menggambarkan     sesuatu     yang      bersifat   lebih  bermakna,  karena menjadi sesuatu yang dapat dilihat dengan nyata. Karena dia dapat lebih menetapkannya di dalam pikiran, karena akal itu lebih dapat tertolong untuk memahami apa yang dapat dirasakan. Karena itulah, tujuan perumpamaan  adalah menyerukan sesuatu yang samar dengan sesuatu yang jelas, sesuatu yang tidak ada dengan sesuatu yang ada. Perumpamaan-perumpamaan Alquran itu menunjukkan kepada bertingkat-tingkatnya pahala, dan kepada pujian dan celaan, dan kepada siksa dan pahala, dan kepada pengagungan terhadap sesuatu atau penghinaan kepadanya serta menunjukkan kepada penegasan terhadap  sesuatu atau untuk membatalkannya.   Firman Allah Swt  dalam surat Ibrahim ayat 45.
وضربنالكم الا مثال
 “Dan kami membuat perumpamaan-perumpamaan untuk kalian”.
           Apabila diamati berbagai amtsal Alquran maka ditemukan bahwa penggunaan amtsal tersebut mengandung bermacam-macam faedah, bahkan al-Qathan sampai menyebutnya delapan buah.  
           Namun yang pasti Amtsal Alquran mengandung banyak faedah dalam upaya mengujudkan pembinaan sosial masyarakat. Namun  secara kasar faedah tersebut dapat dikategorikan kepada dua kelompok besar, yaitu:
1.  Faedah Umum.
            Yang dimaksud faedah umum ialah  Amtsal yang menggambarkan berita abstrak dalam bentuk kongkret sehingga  seakan-akan dapat diraba atau dipegang seperti perumpamaan Alquran terhadap hapusnya pahala berinfak bagi mereka yang riya dengan menggambarkan bagaikan batu licin yang permukaannya tertutup oleh tanah.  Kemudian datang hujan lebat menimpanya, maka habislah semua tanah itu dari atas batu tadi. inilah yang digambarkan Allah dalam   AlBaqarah ayat 264.
“Maka perumpamaan orang itu {yang riya} seperti batu licin yang diatasnya ada tanah kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih dari tanah tersebut.  Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan”.


2.  Faedah Khusus . 
           Adapun yang dimaksud faedah khusus ialah kandungan kalimat atau ungkapan ayat yang mengandung amtsal itu membawa pesan khusus yang tidak ada pada kalimat  amtsal yang lain, antara lain sebagai berikut:
1)   Untuk  menimbulkan minat dalam beribadah  seperti berinfak, sehingga umat tidak  segan-segan membelanjakan harta mereka di jalan Allah demi meraih keuntungan yang berlipat ganda. Seperti dicontohkan dalam ayat 261 surat AlBaqarah.
“Perumpamaan (nafkah yang diinfakkan oleh) orang-orang yang mengeluarkannya di jalan Allah sama dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai berisi seratus biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Tahu”.
2)  Untuk membuat seseorang lari dari perumpamaan yang  disebut dalam ayat karena perumpamaan tersebut termasuk yang dibenci oleh tabiat seperti digambarkan Alquran  dalam Surat Alhujarat ayat 12.
     “Dan janganlah sebagian kamu menggungjing (aib) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”.
3)  Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan (al-mumatstsal) seperti pujian Allah bagi para sahabat Rasul Allah dalam ayat 29 dari surat al-Fath.
      “Demikianlah sifat-sifat mereka didalam Taurat dan didalam Injil yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya (batangnya). Tanaman itu membuat kagum penananam-penanamnya (sebaliknya) orang-orang kafir menjadi jengkel dan gigit jari ”.
4)  Untuk mencela. Ini terjadi bila yang menjadi perumpamaan itu sesuatu yang dianggap buruk oleh manusia seperti menyerupakan seorang ‘alim dengan anjing karena si ‘alim itu tak mampu     mengendalikan   dorongan hawa nafsunya lalu ia
     melakukan perbuatan tercela sebagaimana digambarkan Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 176.                                          
     “Dan kalau kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan {derajat-nya}dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cendrung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya {yang rendah) maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya niscaya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya {juga}. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami “.
5) Untuk menjadi hujjah  (argumen) atas kebenaran. Seperti dalam firman Allah dalam Surat An-Nahal ayat 75.
      “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang
      tidak dapat berbuat(bertindak) terhadap sesuatu pun dan seseorang yang Kami
beri rezki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebahagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan. Adakah mereka sama?” 

BAB IV
SIGNIFIKANSI AMTSAL ALQURAN

          Dalam tradisi kesusastraan Arab, matsal mempunyai arti yang sangat penting. Melalui amtsal dapat diketahui gambaran kehidupan manusia. Tinggi rendahnya suatu bangsa dapat dinilai melalui matsal. Sebab mengandung refleksi kehidupan manusia, berupa renungan, peringatan, nasehat, ancaman dan cerminan kehidupan. Oleh sebab itu firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat  27 dan surat al-Ankabut ayat 43.
Az -Zumar  27
ولقد ضربنا للناس فى هذاالقرآن من كل مثل لعلهم يتذ كرون              
“Dan sungguh telah Kami buat bagi manusia di dalam Alquran ini beberapa         Perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran”
Surat Al-Ankabut 43
وتلك الا مثال نضربهاللناس وما يعقلها الا العالمون
 “Dan perumpamaan - perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
            Dengan demikian eksistensi Amtsal Alquran membuat kemukzijatan Alquran dari segi lughawi (kebahasaaan)-nya. Retorika Alquran yang begitu tinggi dan komunikatif sehingga melalui amtsal muncul suasana dialogis bagi manusia.
            Oleh karena itu signifikansi Amtsal Alquran itu meliputi:
1.  Melahirkan apa yang masih terkandung dalam pikiran yang bersifat abstrak ke dalam    gambaran inderawi yang bersifat kongkret.
2. Menimbulkan motivasi untuk beramal saleh, melalui gambaran-gambaran yang    menyenangkan hati (Q.S.2:261).
3. Memberikan peringatan agar senantiasa terhindar dari perbuatan yang   tercela. (Q.S:7:76).
 4. Memperoleh pelajaran (ibrah) serta perbandingan bagi orang yang    membacanya (Q.S.39:27) .

BAB  V
K E S I  M P U L A N

             Amtsal Alquran merupakan gaya bahasa Alquran yang kaya dengan makna. Makna yang baik tersebut akan menjadi lebih indah, menarik dan mempesona oleh kehadiran Amtsal ini. Sehingga kehadiran Alquran dalam menyapa manusia serasa memiliki hakikat yang tinggi yang dapat menampilkan makna- makna dalam bentuk hidup dan mantap di dalam berpikir sehingga akan lebih mudah bagi pembaca dan pendengar memahami dan menghayati pesan- pesan yang disampaikan Allah Swt.
                Sebagaimana diketahui Alquran sebagai kitab hidayah yang selalu memberikan bimbingan dinamis dan segar kepada umat dan dengan adanya Amtsal dalam kitab suci tersebut, maka akan terasa sekali sangat penting, sehingga umat yang diserunya dapat memahami makna- makna yang terkandung di dalamNya dengan cara yang tidak terlalu sukar dan sekaligus dapat membuat kita tertarik dan tidak membosankan.
                 Di sisi lain Alquran yang mengandung pesan- pesan moral itu ditampilkan dengan retorika Alquran yang begitu mempesona sehingga eksistensinya mewujudkan suasana dialogis komunikatip terhadap siapa saja yang membacanya. Hal ini tidak terlepas dari keindahan ungkapan- ungkapan Alquran yang mengandung metaforis sehingga kehadiran wahyu terkesan aktip dan secara langsung menyentuh lubuk hati manusia.
                    
B I B L I O G R A F I

          al-Din al-Suyuthi,  Jalal, al-Itqan fi ‘Ulum al –Qur’an, Bairut, dar al-Fikr, 1979, II, h. 131     
          al-Hasyimi, Ahmad,  Jawahir al-Balaghat, Bairut, Dar al-Fikr, cet, ke -12, 1978, h. 266
           al-Kasyayaf, Tafsir,  Bairut, Dar al –Ma’rifat, t.t, I, h. 195                       
         al-Qattan, Manna Khalilal, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Terj: Drs. Muzakkir AS, Bogor, Litera Antar Nusa  Halim Jaya, 2009, h. 400
          As Suyuthi, Imam Jalaluddin, jilid 4, Samudera Ulumul Qur’an  Al-itqan fi Ulumil Qur’an, alih Bahasa: farikh Marzuqi Ammar, Lc, MA, PT Bina Ilmu, tt, h. 55.
         al-Zawi,  al-Thahir Ahmad, Tartib-Qamus AL-Muhith, Daral-Fikr, cet.III, t.t, h. 203.
         Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Beirut, Dar al-Fikr, 1988, h.571.
         Disbintalad, Tim,  AlQuran  Terjemah Indonesia, Jakarta, PT Sari Agung, 2005, h. 1115-1116
         Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,Yokyakarta, 2005,  cet. I, h. 247-248
         Jammartal al-Umarty, Ahmad, Dirasat fi Al-Qur’an wa Al-Sunnah, Kairo, Dar al-Ma’arif, cet.I, 1982, h. 113.
          Penyusun, Tim,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta PN. Balai Pustaka, cet. I, 1988, h .587     
           Subhani, Ja’far, Wisata Al-Quran (Tafsir Ayat-Ayat Metafora), terjemah:  Muhammad Ilyas, Jakarta, cet:  I, 2007, h. 31-32

1 komentar: