Rabu, 02 September 2015
Minggu, 16 Agustus 2015
DINASTI THAHIRIYAH
A.
Pendahuluan
Menurut para pakar sejarah Islam,
Daulat Abbasiyah (750-1258 M) telah berjasa dalam memajukan umat Islam. Hal ini
ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu pengetahuan, peradaban, kesenian, dan
filsafat. Data monumental dari kebesaran Daulat Abbasiyah, yaitu berdirinya kota Baghdad yang megah, kota yang didirikan atas
prakarsa raja-raja dinasti ini. Menurut Philip K.Hitti, kota
Baghdad adalah kota terindah yang dialiri sungai dan
benteng-benteng yang kuat serta pertahanan militer yang cukup kuat[1]. Sekalipun demikian, dinasti
ini tidak mampu mempertahankan integritas negerinya, karena setelah Khalifah
Harun Ar-Rasyid, daerah kekuasaan dinasti ini mulai goyah baik daerah yang ada
di bagian Barat naupun yang ada di bagian Timur Baghdad. Di bagian Timur,
menurut J.J Saunder berdiri dinasti-dinasti kecil yaitu Thahiriyah, Saffariah,
dan Samaniyah[2].
PERKEMBANGAN CORAK-CORAK PENULISAN SEJARAH ISLAM KLASIK (Perkembangan Corak Penulisan Sejarah)
A.
Pendahuluan
Perkembangan penulisan
sejarah dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya secara
umum.[1]
Puncak dari perkembangan budaya itu terjadi pada dinasti Abbasiyah, tepatnya
pada abad ke-9 dan ke-10 M. Seiring dengan perkembangan budaya dan peradaban
Islam itulah penulisan sejarah dalam Islam yang sudah dimulai bersamaan dengan perkembangan
penulisan hadis semakin mengalami perkembangan pesat.
Mulai dari masa awal
pertumbuhan historiografi Islam hingga masa munculnya sejarawan-sejarawan besar
seperti Ibn Qatadah al-Dinawari (w.276/889), Al-Baladzuri (w.279/892),
Al-Ya’qubi (w.284/897), Abu Hanifah al-Dinawari (w.282/895), Abu Ja’far
Muhammad ibn Jarir al-Thabari (w.310/922) dan lain-lain, corak penulisan
sejarah dalam karya-karya sejarah mereka, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian
yaitu corak khabar, corak halwiyat (kronologi berdasarkan tahun)
dan corak maudhu’iyat (tematik).
Al-Jarh wa al-Ta’dil
A. Pendahuluan
Hadis
sebagai sumber kedua ajaran Islam telah mendapat perhatian yang serius dan para
Ulama dalam upaya memelihara keotentikannya. Hadis telah dibukukan di dalam
berbagai kitab dan penulis kitab Hadis disebut periwayat sekaligus penghimpun
hadis. Sebagian penghimpun Hadis telah berupaya untuk menyeleksi hadis-hadis
yang sahih di dalam kitabnya, namun sebagian lain menghimpun Hadis sebanyak
mungkin tanpa membedakan antara yang sahih dan yang tidak sahih, seperti musnad Imam Ibn Hanbal dan kitab-kitab musnad lainnya.
Para Ulama
memperhatikan para periwayat hadis dalam upaya membedakan antara hadis yang
dapat diterima dan hadits yang ditolak, yakni dengan memperhatikan kesalehan,
kekuatan ingatan, kecermatan dan akhlak setiap periwayat hadis. Pengalaman para
Ulama dalam mengkaji keadaan periwayat hadis ini berkembang dan melahirkan
kaidah-kaidah yang pada akhirnya menjadi sebuah ilmu, disebut ‘ilmu al-jarh
wa at-ta’dil.
Arnold J. Toynbee II (Kontak Antar Peradaban dan Runtuhnya Peradaban)
A.
Pendahuluan
Peradaban menurut Spengler adalah
tingkatan kebudayaan ketika tidak lagi memiliki sifat produktif, beku, dan
mengkristal. Lebih lanjut lagi, ia menyatakan bahwa peradaban adalah sesuatu
yang sudah selesai (it has been), sedangkan kebudayaan sebagai sesuatu
yang menjadi (it becomes).[1]
Sementara itu, Arnold Joseph Toynbee menyatakan bahwa peradaban adalah wujud
daripada kehidupan suatu golongan kultur seluruhnya. Dengan mengacu pada
pemikiran Spengler dapat diartikan bahwa peradaban merupakan tingkatan ketika
masyarakat yang menjalankan sebuah kebudayaan berada pada suatu posisi yang
telah mapan, telah menjadi. Peradaban dapat pula diartikan sebagai kebudayaan yang
telah mencapai taraf yang tinggi dan kompleks. Dengan demikian, berarti
peradaban berasal dari kebudayaan. Oleh karena itu sebelum membahas tentang
peradaban perlu dibahas pula konsep dasar tentang kebudayaan.
STIMULATING THE INTEREST OF TEACHER IN READING AND WRITING
The fact that
the interest of pupils, students teacher and lectures in Indonesia is still low is something
that we must realize and be our problems in educational sector.
Taufik Ismail
one of the famous cultural observer in Indonesia who had observed some
primary school in ASEAN countries. Said that Indonesian pupils in primary
school can not read and write properly. This fact is underieble especially
after International Education Achievement (IEA) also report that school pupils
are in the 26th grade of 27 countries that had been researched.
The research
was conducted by IAEA in 1992. When the economic situation grow well mean while
the purchasing power of society was good enough. It means unability to buy
books and other knowledge source as many after complain is unreasonable. Then
when this nation was shocked by long multidimensional crisis.
Minggu, 14 Juni 2015
DINASTI SAMANIYAH
A.
Pendahuluan
Dinasti Samaniyah adalah merupakan salah satu Dinasti yang ada di dunia
Islam pada masa ketika politik pemerintahan Khalifah Abbasiyah mulai melemah . Dinasti Samaniyah salah satu suku dari
Persia yang sebelum memeluk Islam beragama Zoroaster(Majusi). Pemerintahan Dinasti berpusat di
Bukhara,tidak begitu santer dalam pengetahuan ummat Islam, padahal Dinasti ini hampir-hampir
menyamai zaman keemasan Abbasiyah dari segi capaian kemajuan dan perkembangan
peradaban yang pernah ada di dunia Islam.
Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Saman (204 H/819 M)
dan hakikat pendiri yang menjadi icon dinasti ini adalah Nasr bin Ahmad
(250 H/864 M), masa Selama ± 186 tahun lamanya Dinasti ini bertahan yakni sejak
tahun 204-395 H/819-1005 M sebelum kemudian digantikan Dinasti Ghaznawi,
dan Dinasti samaniyah memiliki luas cakupan wilayahnya mulai dari Sijistan, Karman,
Jurjan(CIS selatan) di samping Rayy, Tabristan, Khurasan, dan Transoksania.
PENELITIAN SANAD DAN MATAN ( Kritik Sanad dan Matan )
A. Pendahuluan
Status dan
kualitas Hadis, apakah dapat diterima atau ditolak,
tergantung kepada sanad dan matan.
Apabila sanad Hadis telah memenuhi syarat-syarat tertentu, maka Hadis tersebut
adalah sahih dari segi sanadnya, tetapi belum tentu dari segi matannya,
sebaliknya, jika ternyata sanad dai’f, maka otomatis hadis itu menjadi da’if
sekalipun matannya nanti sahih.
Begitu pentingnya peranan sanad dalam menetapkan status dan
kualitas suatu hadis, maka para ulama hadis telah melakukan upaya untuk
mengetahui secara jelas mengenai keadaan sanad. Upaya untuk mengetahui secara jelas mengenai keadaan sanad. Upaya
dan kegiatan ini berwujud dalam bentuk penelitian hadis. Penelitian sanad
sering juga disebut dengan kritik ekstern atau an-Naqd al-Khariji atau an-Naqd
az-Zahiri. Urgensi penelitian ini berkaitan dengan kedudukan hadis sebagai
sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, dan karenanya, apabila syarat-syarat
suatu hadis untuk dijadikan hujah tidak terpenuhi akan menyebabkan terjadinya
atau tidak benarnya suatu hukum ajaran Islam yang dirumuskan.
SEJARAH DAN AL-QUR`AN
A.
Pendahuluan
Apabila
disebut tentang sejarah, lazimnya kebanyakan kita akan menggambarkan ia sebagai
suatu topik yang membosankan. Sejarah selalu mendapat label sebagai
penghikayatan sesuatu yang telah berlalu dan sukar untuk dilihat. Jika benar
statemen itu,maka lebih dari sepertiga Ayat Al-qur`an adalah topik yang
membosankan, karena berisi tentang sejarah.
Al-qur`an
yang progresif, berdaya maju serta menjadi pendorong kejayaan, mengemukakan
aspek sejarah sebagai tubuh badannya yang utama. Al-qur`an selain ayat-ayat yang
berkaitan dengan aqidah kepercayaan, hukum amali dan akhlak diri, Al-quran juga
membentangkan persoalan sejarah di sebahagian ayat-ayat atau surat dalam
Al-quran .
Sesungguhnya Al-qur`an
telah memberikan suatu definisi yang istimewa kepada Sejarah. Catatan sejarah
di dalam al-qur`an terungkap di dalam apa yang dikenali sebagai Al-Qasas
al-Qurani, ia disifatkan oleh Al-qur`an sebagai ahsan al-Qasas atau
sebaik-baik kisah
JIHAD CONTROVERSY
There is controversy and misunderstand will mean jihad., by assuming holy war, this is picture one who do not understand
principles in Islam. While the term fight is Qital, is not Jihad, The term
Jihad interpreted with war if condition and situation menacing the continuity
of people life many; like attack and threat from outside.
As for Jihad meaning is to battle with seriously according to
Islam is syariah. Basically its meaning jihad word is to " struggling"
or " effort very seriously , non war in meaning " physical . If jihad
interpreted as " struggle for the religion of", that do not have to
mean physical struggle, but struggle uphold Islam syariat . So that jihad shall
be done/conducted by each; every moment , as long as life . Both for concerning
person and also to importance of society toward better.
Kamis, 28 Mei 2015
PERGUMULAN ISLAM DAN NASIONALISME ( Perjuangan Dasar Negara )
A. Pendahuluan
Proses
kelahiran Dasar negara (Pancasila) bagi bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dan
menampilkan berbagai ragam organisasi dan tokoh-tokoh nasional yang pernah
dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dalam perumusannya berhimpunlah berbagai tokoh dengan latar belakang pendidikan
dan kondisi yang berbeda sertakarakter yang beraneka ragam, sehingga terjadilah
pergumulan konsep yang sengit untuk melahirkan konsep teoritis sebuah landasan
negara.
Namun
hanya ada 2 kelompok yakni yang bersifat nasional Islam dan nasional sekuler,
demikian juga halnya konsep yang dilontarkan agar menjadi landasan negara hanya
2 macam yakni; Landasan negara yang bersifat nasional dan landasan negara yang
berdasarkan Islam. Sekalipun perbedaan yang sengit terjadi, akhirnya tercapai
juga kompromi dengan mengakomodir kedua perbedaan yang melahirkan Piagam
Jakarta dalam sidang BPUPKI.
DINASTI TIMURIAH
A.
Pendahuluan
Sebagaimana
perkembbangan sejarah Islam di belahan dunia lain, Islam yang hadir di
tengah-tengah bangsa Asia Tengah dan sekitarnya pun menorehkan sejarah panjang
yang patut dikaji. Apa yang pernah diukir dalam sejarah mereka, juga melahirkan
tragedi romantik yang menarik untuk dijadikan teladan bagi generasi berikutnya.
Sejarah
panjang bahasa Mongol, sebagai kekuatan imperium dunia saat itu tidak lepas
dari figur sentral pemimpin monarki yang bernama Chengis Khan. Ia menjadi tokoh
utama dalam episode panjang pada perkembangan bangsa Mongol berikutnya. Siapa
yang menduga, bahwa kekejaman mereka terhadap pusat pemerintahan Islam di
Bagdad, terjadi menjadi anti klimaks dari idealismenya membangun imperium
dunia. Justru dari daerah dagingnyalah tercatat dalam tinta emas peradaban
Islam yang agung dan monumental. Peradaban Islam Mongol tidak kalah pentingnya
dengan peradaban Islam di Asia Barat, Eropa Barat Daya (Andalusia), Afrika
Utara, bahkan di anak benua India sekalipun. Mereka berhasil menggoreskan hasil
peradaban dalam bidang ketatanegaraan, militer, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya, termasuk juga arsitektur yang bernilai istimewa. Daerah kekuasaan
selama kepemimpinan Mongol Islam dalam tiga dinasti, juga melebihi luas
kekuasaan dinasti Islam yang pernah ada sebelumnya.[1]
ALIRAN IRAK (PENULISAN SEJARAH ISLAM)
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan sejarah adalah usaha
rekonstruksi peristiwa yang terjadi di masa lampau. Penulisan itu bagaimana pun
baru dapat dikerjakan setelah dilakukannya penelitian, karena tanpa penelitian
penulisan menjadi rekonstruksi tanpa pembuktian. Dalam penelitian dibutuhkan
kemampuan untuk mencari, menemukan dan menguji sumber-sumber yang benar.
Sedangkan dalam penulisan dibutuhkan kemampuan menyusun fakta-fakta yang
bersifat fragmentaris dan selanjutnya disusun ke dalam suatu uraian yang
sistematis, utuh dan komunikatif. Keduanya membutuhkan kesadaran teoritis yang
tinggi dan serta imajinasi historis yang baik.[1]
Perkembangan ilmu sejarah dalam Islam tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan budaya secara umum yang berlangsung sangat cepat.[2] Dalam
bidang politik, hanya dalam satu abad lebih sedikit, Islam sudah menguasai
Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian
Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Turkmenia, Uzbekistan dan Kigris di Asia Tengah. Seiring dengan perkembangan
budaya dan peradaban Islam. Ilmu sejarah dalam Islam lahir dan berkembang.
Penulisan sejarah Islam berkembang dari masa ke masa,
mengikuti perkembangan
HADIS : SESUDAH ZAMAN SAHABAT HINGGA SEKARANG
A. Pendahuluan
Hadis adalah sumber
hukum Islam yang pertama sesudah Alqur’an. Selain berkedudukan sebagai sumber
hukum, Hadis memiliki fungsi sebagai penjelas, perinci dan penafsir Alqur’an.
Berdasarkan hal ini, kajian tentang Hadis memiliki kedudukan yang penting di
dalam studi ilmu sumber hukum di dalam Islam.
Salah satu usaha
membangun pemahaman tentang Hadis adalah pemahaman tentang sejarah Hadis
sesudah zaman sahabat hingga sekarang. Sejarah penulisan Hadis seringkali
menjadi bahan kontroversi di kalangan sebagian kaum muslim maupun non muslim.
Ada sebagian yang menolak untuk menerima otentisitas Hadis Nabi lantaran mereka
berargumen bahwa Hadis Nabi ditulis dan dibukukan dua abad sesudah wafatnya
Rasulullah Muhammad, suatu rentang waktu yang agak lama berlalu sehingga dapat
menyebabkan timbulnya perubahan dan pergeseran lafazh serta makna Hadis
yang bersangkutan. Mereka ini beranggapan hanya berdasarkan asumsi rasional
semata dan tidak melihat serta meneliti berbagai argumen yang bisa diterima
oleh syari’at Islam serta tidak mengkaji serta menelaah sejarah penulisn dan
pembukuan Hadis dengan benar. Sementara di sisi yang lain ada sebagian kaum
yang secara tekstual menerima begitu saja Hadis Nabi tanpa mempedulikan
kesahihan dan ketidaksahihannya. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
disajikan uraian tentang sejarah Hadis sesudah masa sahabat hingga sekarang.
FRANCIS FUKUYAMA: THE END OF HISTORY AND THE LAST MAN
A.
Pendahuluan
Di
penghujung abad ke-20 ini, dalam ilmu-ilmu sosial, disemaraki oleh dua buku:
pertama dari Francis Fukuyama, The End of
History and the Last Man (1992), dan kedua dari Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking
of World Order (1996). Kedua buku tersebut oleh para sarjana sosial di
sebagian besar dunia memang telah ditempatkan sebagai buku terpenting untuk
memahami kondisi global setelah usai Perang Dingin.[1]
Karya monumental Francis Fukuyama mengartikulasikan sebuah
paradigma yang diawali dengan pembahasan bahwasanya di abad 21 ini terutama
pasca Perang Dingin, telah menjamur ‘perdamaian’ di seluruh dunia. Berakhirnya
masa berlaku ideologi lain, baik yang Moderat dan Kiri di panggung
internasional, dengan mudahnya disimplifikasikan sebagai ‘Kemenangan’ ideologi
Barat. Begitupun dalam ekonomi, komoditi yang semakin meluas, baik ragam produk
(terutama fashion, dan teknologi informasi), geografis (pemasaran) maupun level
pembeli (konsumen) juga dimasukkan sebagai pembenar finalnya peradaban manusia.
ISLAMIC VIEW OF VALENTINE’S DAY
Valentine's Day is a holiday celebrated on February 14.
It is the traditional day on which lovers express their love for each other;
sending Valentine's cards, or offering candy. It is
very common to present flowers on Valentine's Day. The holiday is
named after two among the numerous Early Christian martyrs named Valentine.
The day became associated with romantic love in the circle of Geoffrey Chaucer
in High Middle Ages, when the tradition of country love flourished.
Ceremony of
Valentine’s Day comes from West (America
and Europe). This day becomes popular because
of respect to Christian martyrs named Valentine. It is western custom. Because
of western custom, it is not appropriate to Indonesia culture also called East custom.
Furthermore Islam is the majority religion professed by most native of Indonesia.
Ceremony of Valentine’s Day becomes a contasting thing to Islam.
Selasa, 12 Mei 2015
DUNIA ARAB MENJELANG KELAHIRAN ISLAM
1. PENDAHULUAN
Arab,
dahulunya didiami oleh satu bangsa saja, bahasanya pun satu pula, yaitu bahasa
Saam. Oleh sebab itu maka bangsa Arab itu dihitung satu asal dengan bangsa
Ibrahim, Siriani, Asyur dan Kaldan. Cuman menjadi pertikaian diantara ahli –
ahli Ilmu asal usul keturunan dan Ilmu menyelidiki bentuk tubuh manusia (Biologi
dan Antropologi ), tentang tempat diam
bangsa Saam yang asal. Didalam kitab Taurat tersebut bahwasanya tempat tinggal bangsa manusia yang
mula – mula ialah diantara dua sungai besar Furat dan Dajlah ( Tigris ), dari
sana dia terpecah – pecah kemana – mana. Dari bangsa Saam itu terpecahlah
menjadi bangsa Asyur dan bangsa Babil dinegeri Irak, dan menjadi bangsa Aram
dinegeri Syam, dan menjadi bangsa Punisia dipantai Suriah, menjadi bangsa
Ibrani dinegeri Palestina dan menjadi bangsa Arab disemenanjung tanah Arab, dan
menjadi bangsa Ethiopia dinegeri Habsyi.
Langganan:
Postingan (Atom)